Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Moneter - Prospek Neraca Perdangan dan Transaksi Berjalan Diharapkan Terus Membaik

BI 7-Day RR Rate Tetap 5,75%

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA- Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, di Jakarta, Selasa (23/10), mengatakan keputusan menahan suku bunga acuan merupakan kebijakan yang konsisten bank sentral untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas aman dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik sehingga dapat semakin memperkuat ketahanan eksternal Indonesia di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.


"Bank Indonesia terus menempuh strategi operasi moneter yang diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas baik di pasar rupiah maupun pasar valas serta secara efektif memberlakukan transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) mulai 1 November 2018," kata Mirza.


Dia juga menyatakan akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memperkuat ketahanan eksternal, termasuk untuk mendorong ekspor dan menurunkan impor sehingga defisit transaksi berjalan dapat mmenurun di kisaran 2,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2019.


Sebab itu, ke depan otoritas moneter akan terus mencermati perkembangan perekonomian seperti defisit transaksi berjalan, nilai tukar, stabilitas sistem keuangan, dan inflasi untuk menempuh langkah lanjutan guna memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.


Sesuai perkiraan, pertumbuhan ekonomi global lebih rendah dari proyeksi semula disertai ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

Di satu sisi, ekonomi AS diperkirakan makin kuat didukung permintaan domestik yang kemudian menyebabkan ekspektasi inflasi AS tetap tinggi dan akan direspons the Fed dengan tetap menaikkan suku bunga kebijakannya.


Namun di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Eropa dan negara-negara emerging markets, termasuk Tiongkok, diperkirakan lebih rendah dari proyeksi semula, yang pada gilirannya menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi secara global.


"Penurunan proyeksi ekonomi dunia juga dipengaruhi ketegangan hubungan dagang antara AS dan negara lain yang kemudian menurunkan volume perdagangan dunia," kata Mirza.


Neraca Perdagangan


Berbagai perkembangan tersebut pada gilirannya mengakibatkan dollar AS terus menguat dan akhirnya membuat tren pelemahan banyak mata uang negara berkembang berlanjut sampai dengan pertengahan Oktober 2018.


Neraca perdagangan Indonesia tambah Mirza kembali mencatat surplus pada September 2018. Surplus neraca perdagangan tercatat 0,23 miliar dollar AS, membaik dibandingkan dengan kinerja neraca perdagangan bulan sebelumnya yang mencatat defisit 0,94 miliar dollar AS.

Perbaikan tersebut ditopang oleh surplus neraca perdagangan nonmigas yang meningkat dan defisit neraca perdagangan migas yang menurun.

Perbaikan neraca perdagangan nonmigas dipengaruhi oleh penurunan impor nonmigas, terutama karena turunnya impor barang modal dan bahan baku.


Dengan perkembangan tersebut, secara kumulatif Januari-September 2018, neraca perdagangan Indonesia mencatat defisit 3,78 miliar dollar AS.

Sementara itu, posisi cadangan devisa cukup tinggi sebesar 114,8 miliar dollar AS pada akhir September 2018, atau setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.


"Ke depan, prospek neraca perdagangan dan transaksi berjalan diharapkan terus membaik sejalan dengan berbagai upaya Pemerintah bersama BI menurunkan defisit transaksi berjalan," kata Mirza. bud/E-9


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Vitto Budi

Komentar

Komentar
()

Top