Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
90 Tahun Miss Tjitjih

Bertahan dalam Badai Lakon Hidup

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih pada 2018 merayakan 90 tahun berdirinya. Kelompok sandiwara ini memiliki perjalanan dan sejarah panjang semenjak berdiri hingga kini.

Pada mulanya adalah seorang keturunan Arab - Indonesia asal Bangil Jawa Timur Sayyed Abu Bakar Bafaqih pemilik kelompok sandiwara Keliling atau Komedie Stamboel yang ia dirikan sejak 1891 hingga 1903.

Ia bertemu dengan Nyi Tjitjih saat Nyi Tjitjih berusia 18 tahun. Tjitjih seorang pemain tonil Sunda yang sangat berbakat karena ia pandai bernyanyi, menari dan berakting. Walaupun hanya dapat berbahasa Sunda, Sayyed Abu Bakar Bafaqih berhasil mengajak Nyi Tjitjih bergabung dalam kelompok Opera Valencia bentukannya.

Mereka akhirnya menikah dan kelompok opera Valencia berganti nama menjadi Miss Tjitjih Tonel Gezelschaap dan menempati gedung pertunjukan di Kramat Raya Pasar Senen persis di sebelah bioskop Rivoli. Sayangnya mereka tidak memiliki keturunan hingga akhirnya Nyi Tjitjih meninggal dunia pada 1939 lantaran sakit dan meninggal di kampung halamannya di Sumedang Jawa Barat. Pesan terakhir beliau pada saat meninggal dunia adalah agar para pemain dan sutradara meneruskan kelompok sandiwara ini.

Sepeninggalnya Miss Tjitjih, genre pertunjukan yang dibawakan para anak wayang adalah naskah babad kerajaan, roman percintaan dan roman horor bercampur komedi, juga roman persilatan tetapi tetap menggunakan bahasa Sunda pada setiap pertunjukannya.

Pertunjukan bergenre roman horor menjadi pertunjukan yang mendapat tempat di hati penonton dan masyarakat, kelompok ini juga memiliki kreativitas dalam menciptakan teknik artistik pemanggungan.

Kini Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih masih aktif melakukan pementasan berkala dengan mendapatkan dana hibah budaya melalui UP Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Mereka juga memiliki gedung pertunjukan bernama Gedung Kesenian Miss Tjitjih yang terletak di Jl. Kabel Pendek, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Kini mereka memiliki Kampung Budaya Miss Tjitjih yang terletak di antara Gedung pertunjukan dan mess tempat tinggal mereka. Kampung Budaya ini secara resmi dibuka untuk kegiatan kesenian pada 10 Agustus 2018.

Pada perayaan 90 tahunnya Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih akan mengadakan rangkaian acara yang diawali dengan pementasan di Graha Bakti Budaya pada Selasa (11/9) pukul 14.00 WIB dengan membawakan lakon roman horor Mati Beranak di Mangga Dua karya E. Mintarsa, sutradara Imas Darsih. Lalu Kelompok sandiwara Miss Tjitjih juga akan melakukan pementasan dan rangkaian acara penunjang lain seperti pameran dan workshop untuk memperkenalkan Kampung Budaya Miss Tjitjih kepada masyarakat umum pada Kamis - Jumat (27-28/9) dengan membawakan lakon Beranak Dalam Kubur karya Mat Ali Teba, sutradara Imas Darsih.

Perayaan 90 tahun berdirinya Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih terselenggara atas kerjasama Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Dewan Kesenian Jakarta, Gedung Kesenian Miss Tjitjih dan Bakti Budaya Djarum Foundation. yok/R-1

Dibutuhkan Kegigihan dan Semangat

Mempertahankan kesenian tradisional di zaman sekarang semakin penuh tantangan. Teknologi informasi yang semakin canggih membuat kesenian tradisional semakin tersisih. Dibutuhkan kegigihan untuk tetap semangat mempertahankan kekayaan budaya bangsa yang semakin tergerus zaman.

Saripah Rohmah yang biasa disapa Omah, salah seorang pelestari kesenian tradisional, sekaligus Kepala Kelompok Sandiwara Sunda Miss Tjitjih kini berjuang habis-habisan.

Dulu sewaktu muda perannya menjadi primadona, tapi sekarang perannya antagonis. Cucu pendiri Kelompok Sandiwara Sunda Miss Tjitjih ini memang harus tetap semangat dan gigih agar kesenian tradisional tetap eksis.

"Saya baru 2017 menjadi kepala Kelompok Sandiwara Sunda Miss Tjitjih. Sebelumnya saya hanya menjadi pemain saja. Mudah-mudahan saya bisa membimbing kemauan seniman di sini," ujarnya hunian seniman Miss Tjitjih di bilangan Cempaka Baru, Jakarta Pusat.

Menurut Omah, kelompok sandiwaranya ini mendapatkan subsidi atas jasa Ali Sadikin. "Subsidinya dari zaman Pak Ali Sadikin sampai sekarang ini alhamdulillah terus ada," tukasnya.

Dulu Gedung Miss Tjitjih di daerah Angke kemudian pindah ke daerah Cempaka Baru, Jakarta Pusat. Daripada hilang kesenian tradisional maka dirangkul Pemerintah atas kerja sama Pemda DKI Jakarta dengan Pemda Jawa Barat karena ini merupakan kesenian Sunda.

"Kita di Miss Tjitjih sekarang ada juga Bharata, Gedung Kesenian dan Planetarium dalam satu atap naungan Unit Pelaksana (UP) pimpinan Pak Imam yang kantornya di Taman Ismail Marzuki," ungkapnya.

Kelompok Sandiwara Sunda Miss Tjitjih memang tidak memberi devisa, tidak memberi masukan keuntungan pada pemerintah, tapi melestarikan kesenian tradisional. "Beda dengan pariwisata yang memang memberikan masukan devisa. Jangan dianggap seperti itu karena kita memang melestarikan kesenian tradisional," ungkapnya.

Omah bersama anggota Kelompok Sandiwara Sunda Miss Tjitjih menempati hunian dua lantai yang letaknya persis di belakang Gedung Kesenian Sunda Miss Tjitjih. Hanya saja sudah over kapasitas sehingga satu hunian ditempati dua-tiga kepala keluarga (KK).

"Di sini ada 20 pintu. Saya saja di sini dua KK. Anak saya sudah punya istri tinggal di sini juga. Harusnya satu KK satu hunian. Kalau bukan pemain sandiwara tidak boleh menempati hunian ini," bebernya.

Selain main sandiwara, anggota Kelompok Sandiwara Sunda Miss Tjitjih sering mendapat pekerjaan main film pendek di IKJ, yang membuat film pendek biasanya mahasiswa untuk tugas akhir kuliah.

Harapan Omah, Miss Tjitjih jangan padam, terus ada dan tetap dilestarikan sampai kapan pun tetap akan diperjuangkan.

"Kita sekarang saingan dengan Youtube. Itu saingan kita, yang tanpa harus jalan sudah ada di ponsel. Kalau dulu, belum ada ponsel, belum ada Youtube, persaingan sudah ada mulai dari tv swasta," ungkapnya.

Siapapun boleh menggunakan Gedung Miss Tjitjih tapi harus izin dulu. "Tapi hanya untuk tempat pertunjukan kesenian. Kalau untuk acara pernikahan tidak diperbolehkan," pungkasnya. yok/R-1

Komentar

Komentar
()

Top