Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Berkah Pandemi, RI Berpeluang Besar Jadi Lokomotif Industri Digital

Foto : Istimewa

Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara saat menjadi pembicara kunci dalam Webinar bertajuk "Keuangan Digital Kian Canggih: Mengukur Literasi Keuangan dan Infrastruktur Digital di Indonesia" di Jakarta, Rabu (6/4).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA-Indonesia berpotensi menjadi lokomotif industri digital global yang didorong oleh besarnya jumlah penduduk serta tinggi pengguna internet di Tanah Air.

Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara mengatakan, survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020 menyebutkan 197 juta atau 74 persen dari penduduk Indonesia tersambung ke Internet.

"Dari jumlah tersebut, sebanyak 95 persen pengguna internet tadi mengaku terhubung internet setiap hari dan 20 persen diantaranya itu terhubungnya lebih dari 8 jam sehari," ujarnya saat menjadi pembicara kunci dalam Webinar bertajuk "Keuangan Digital Kian Canggih: Mengukur Literasi Keuangan dan Infrastruktur Digital di Indonesia" di Jakarta, Rabu (6/4).

Dia bilang, tingginya penetrasi internet itu sebagai dorongan dari dalam, sementara itu untuk dorongan dari luar berasal dari pandemi Covid-19. "Covid-19 telah memaksa kita berubah dalam berinteraksi dengan sesama, intensitas pertemuan fisik jadi terbatas, dan digitalisasi menjadi opsi dalam model bisnis baru," pungkasnya.

Menurutnya, fenomena tersebut kemudian mendorong lembaga keuangan untuk beradaptasi dalam rangka mempertahankan eksistensinya serta memenuhi kebutuhan konsumen yang lebih efisien dan tatap aman, cepat serta mengedepankan faktor kesehatan atau keselamatan diri di tengah situasi pandemi Covid-19.

Direktur Teknologi Informasi dan Digital PT Pegadaian (Persero) Teguh Wahyono mengungkapkan, untuk beradaptasi pihaknya melakukan inovasi dan kolaborasi digital dengan sejumlah fintech P2P lending dan e-commerce untuk produk pembiayaan dan penjualan emas.

"Di era digital, kompetisi sudah tidak relevan lagi jadi fintech yang dulu katanya disrupsi sekarang kami berkolaborasi salah satunya dgn digital lending ini. jadi mereka di depan dan dibelakangnya tetap kita atau mereka punya teknologi, kami kerja sama mengadopsi teknologi itu. ini memang digital inovasi, digital kolaborasi sesuatu yang real yang betul-betul kita laksanakan," paparnya.

Di sisi lain, Group Head Enterprise Planning and Architecture PT XL Axiata Tbk, Ariadi Nugroho merasakan betul bahwa Covid-19 membawa perubahan besar pada behavior masyarakat atau customer.

Dengan adanya Work from Home (WFH) dan home schooling, XL mengalami peningkatan trafik yang sangat signifikan sejak 2018 hingga 2021. Selain itu, revenue XL juga meningkat sebesar 200 persen dari 2020 sampai akhir 2021.

"Jadi memang Covid-19 ini membawa perubahan signifikan dari perspektif behavior customer dan apa yang mereka lakukan dengan data internet yang mereka miliki. Kami melihat ke depan yang paling penting adalah menjadi converged operator, jadi kami melihat produk dan jasa kami itu sifatnya harus digital, memiliki customer experience yang baik dan melihat sesuatunya secara utuh," tutur Ariadi.

Dirut PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel), Theodorus Ardi Hartoko menuturkan, memang pandemi Covid-19 membawa dampak negatif ke beberapa sektor, namun di sisi lain juga membawa dampak positif di sektor lainnya. Salah satu sektor yang terangkat adalah telekomunikasi dimana Mitratel sebagai penyedia infrastruktur tower cukup terdorong atas kondisi tersebut.

"Jadi kita masih prrdiksi bisnis tower masih cukup prospektif. Kami masih optimis di bisnis ini dengan model bisnis yang relatif jangka panjang. Hal ini bisa dilihat pada 2019 hingga 2021 pertumbuhan industri tower diatas 5 persen dan kami tumbuh sampai 33 persen," ungkapnya.

Berdasarkan Survei Nasional Literasi Keuangan Indonesia yang dilakukan OJK pada 2019 mengungkapkan, Tingkat literasi keuangan masyarakat indonesia masih rendah hanya sekitar 38 persen atau jauh lebih rendah dibandingkaan tingkat inklusi keuangan yang sebesar 76 persen. Dengan kata lain masih banyak masyarakat indonesia yang telah menggunakan produk layanan keuangan namun belum memahaminya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top