Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Berita Gembira, Pertanian Rejang Lebong Belum Terdampak Akibat Pengaruh El Nino

Foto : ANTARA/HO-Distankan Rejang Lebong

Pelaksanaan Sekolah Lapang Iklim Tematik yang dilaksanakan Distankan Rejang Lebong bekerjasama dengan Stasiun BMKG Bengkulu belum lama ini.

A   A   A   Pengaturan Font

Rejang Lebong - Berita gembira, Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu menyebutkan, dunia pertanian di daerah itu belum terkena dampak akibat pengaruh dari el nino yang terjadi di Tanah Air belakangan.

"Alhamdulillah saat ini di Kabupaten Rejang Lebong belum ada laporan dari masyarakat maupun petugas penyuluh pertanian kita yang menyebutkan terjadinya kekeringan dampak dari el nino yang melanda Tanah Air belakangan ini," kata Kepala Distankan Rejang Lebong Zulkarnain di Rejang Lebong, Senin.

Dia menjelaskan di daerah itu kendati sudah masuk musim kemarau namun masih sering turun hujan, selain itu ketersediaan air tanah juga masih cukup, sehingga sungai-sungai yang ada di Rejang Lebong masih tetap mengalir kendati debitnya mulai menyusut.

Sejauh ini dari 4.000 hektare lahan pertanian sawah di Kabupaten Rejang Lebong, kata dia, belum ada petani maupun petugas penyuluh pertanian yang melaporkan adanya sawah kekeringan sehingga terancam gagal panen.

"Di Kabupaten Rejang Lebong ini sawahnya tidak berada dalam satu hamparan, hanya ada spot-spot sehingga ada yang baru menanam padi, ada juga di beberapa tempat sudah panen," katanya.

Untuk mengantisipasi adanya kerugian yang dialami petani akibat kekeringan, pihaknya beberapa hari lalu bersama dengan petugas dari stasiun BMKG Bengkulu mengadakan sekolah lapang iklim yang dihadiri petugas penyuluh dan petani milenial.

Menurut dia, pada pelaksanaan sekolah lapang iklim tersebut diberikan pengetahuan mengantisipasi dampak dari el nino, di mana fokus pembahasannya bukan hanya terhadap tanaman padi sawah, tetapi juga tanaman lain sebagai bahan pangan alternatif yang tahan terhadap kekeringan seperti jagung dan jenis umbi-umbian.

Sementara itu memasuki musim kemarau kali ini telah memicu kenaikan harga jual beras di pasaran, hal ini menurut Zulkarnain merupakan hal yang wajar karena sarana produksi (saprodi) pengolahan tanaman padi semuanya sudah naik kecuali pupuk bersubsidi sehingga harus disesuaikan agar petani tidak rugi.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top