Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Errol Jonathans, Direktur Utama “Suara Surabaya”

Bergairah Mengejar Visi

Foto : koran jakarta/selocahyo
A   A   A   Pengaturan Font

Sukses bagi Errol Jonathans adalah berhasil mewujudkan visi kuat yang dimilikinya. Gairah yang tinggi dibutuhkan untuk mengejar visi tersebut.

Sejak mengudara pertama kali pada 1983, radio Suara Surabaya milik PT Viskaria Jaya Suara Surabaya telah berkembang menjadi grup media, antara lain radio FM Suara Surabaya, FM She Radio, situs berita daring suarasurabaya.net, live streaming, majalah Surabaya City Guide, serta media sosial E100.

Suara Surabaya juga menjalin kerja sama program siaran dengan 12 radio di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Suara Surabaya adalah radio berita pertama di Surabaya yang menerapkan konsep news interactive dengan pelibatan pendengar. Secara swadaya, pendengar aktif melaporkan berbagai situasi mulai kondisi arus lalu-lintas, peristiwa, sampai keluhan terhadap fasilitas layanan publik.

Pada masa siaran radio masih sebatas berisi lagu, kirim salam, kuis, dan informasi satu arah, bentuk siaran yang diterapkan Suara Surabaya terbilang berani. Konsep yang digagas sang pendiri perusahaan, almarhun Soetojo Soekomihardjo bersama Errol Jonathans tersebut kini terbukti berhasil meneguhkan posisi Suara Surabaya sebagai radio informasi papan atas di Surabaya dan sekitarnya.

Perjalanan karier Errol Jonathans, yang saat ini menjabat sebagai Direktur Utama, dimulai secara tidak sengaja. Tepatnya ketika Suara Surabaya masih berjalan 3 bulan itu diperkenalkan oleh istrinya, Nunung Parman, dengan pemilik radio. Dalam perbincangan, Soetojo tertarik dengan wawasan jurnalistik Errol yang memang sedang menjalani kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi - Akademi Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS) Surabaya. Soetojo langsung menawarkan Errol yang juga berstatus sebagai koresponden harian Pos Kota untuk bergabung. "Karena cocok dengan gambaran jurnalisme radio yang saya sampaikan, saya diajak bergabung untuk menerjemahkan konsep pemikiran beliau dalam siaran," kenang Errol.

Pada masa-masa awal, Errol harus membagi waktu antara kuliah, siaran, dan jurnalis surat kabar. Pagi sebelum menjalankan tugas sebagai koresponden, suara Errol sudah terdengar menyapa pendengar, berlanjut malam hari setelah kewajiban di Pos Kota rampung. Seiring waktu, dengan sumbangan buah pikiran dan tenaga, ayah dua anak itu, siaran Suara Surabaya semakin menemukan bentuknya. Ditunjang booming teknologi seluler, pada era 1990- an Suara Surabaya "melompat" dengan program siaran "Kelana Kota" yang mengandalkan citizen journalism. Pendengar yang memiliki ponsel aktif melaporkan tentang keadaan di sekitarnya. "Awalnya hanya berisi laporan lalu lintas, lalu berkembang ke berbagai informasi dan keluhan, sesuai kebutuhan pendengar," tuturnya.

Berhasil membangun perusahaan sesuai visi pemilik, beberapa bulan setelah bergabung, Errol dipercaya menjabat sebagai Kepala Bagian Siaran. Pada masa reorganisasi menyambut milenium baru tahun 2000, Errol menduduki posisi sebagai Direktur Operasional. Selanjutnya, beberapa tahun setelah Soetojo Soekomihardjo wafat, Errol resmi menjabat sebagai Direktur Utama.

Berperan memberikan solusi berbagai keluhan masyarakat dan situasi yang terjadi, kini Suara Surabaya mampu bertahan dari gempuran media online yang sedang terjadi saat ini. Permintaan iklan dari berbagai perusahaan tetap datang meskipun rate yang ditetapkan tergolong tinggi.

"Meskipun dianggap sudah bukan zamannya, faktanya di seluruh dunia radio masih tetap kuat. Visualilasi dan tulisan tidak dapat menggantikan sentuhan emosi dalam nada penyiar. Kalau ada radio yang dijauhi kesalahannya dari radio itu yang gagal memberikan peran sesuai zamannya. Kita bertahan karena berhasil match menempatkan dengan kebutuhan faktual, menjawab persoalanpersoalan yang muncul di masyarakat, lewat informasi berbasis jurnalistik," ujarnya.

Errol mengatakan perubahan adalah keniscayaan agar media mainstream seperti radio tidak tergilas oleh revolusi. Media arus utama seperti radio justru bisa melakukan reaktualisasi dengan bentuknya yang lebih baru. Untuk itu, Suara Surabaya juga mengembangkan jenis media dengan konten dan interaksi audience saling mengisi satu sama lain, seperti situs berita, media sosial, dan majalah.

Dia menuturkan, banyak radio mengalami penurunan pendapatan karena produkproduk radio semacam musik telah diambil alih oleh bentuk media digital lain. Mengantisipasi hal itu, Errol dan tim mulai menggagas program siaran Jazz Traffic sebagai pergelaran musik live. Acara yang diasuh maestro jazz, almarhum Bubi Chen, itu telah mengudara selama 35 tahun di Suara Surabaya.

Visi yang Kuat

Errol menuturkan, sukses adalah bilamana seseorang berhasil mewujudkan visi kuat yang dimilikinya. Gairah yang tinggi dibutuhkan untuk mengejar visi tersebut. "Ada tiga unsur yang dibutuhkan untuk mewujudkan visi itu, knowledge yang terus di-update, skill, dan harus dikuatkan oleh perilaku yang baik," ujarnya.

Selanjutnya, imbuh Errol, harus setia pada profesi. Setia bukan berarti menjadi benalu bagi perusahaan, tapi selalu meng-upgrade diri agar kekaryaan bisa menyatu dengan perkembangan zaman. Pada akhirnya, ini akan menjadi kesatuan gerak yang konsisten. "Senioritas itu berdasar kompetensi, boleh saja orang senior secara usia, tapi tren kinerjanya harus menanjak. Ada lagi, apakah karya-karya kita sudah bermanfaat bagi publik, itu juga ukuran sukses," tuturnya.

.

BIODATA

Nama: Errol Jonathans

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 27 April 1958

Pendidikan :
• Sarjana Komunikasi Sekolah Tinggi Komunikasi Surabaya
• Akademi Wartawan Surabaya

Karier :
• Koresponden Pos Kota
• Staf Siaran Radio Suara Surabaya
• Kepala Bidang Siaran Radio Suara Surabaya
• Direktur Operasional Radio Suara Surabaya
• Direktur Utama Radio Suara Surabaya

Penghargaan :
• PWI Jatim Award
• Tokoh Media Jawa Timur (2013)
• Jatim Kompeten Award
• Tokoh Kompeten Bidang Media (2013)

selocahyo/AR-2

Komentar

Komentar
()

Top