Berenang Bersama Hiu
Foto: istimewaSebagai taman nasional laut Taman Nasional (TN) Taka Bonerate saat ini menjadi salah satu tujuan wisata yang cukup menarik wisatawan, terutama para pecinta snorkeling dan juga selam. Dengan luas terumbu karang mencapai 500 hektare dan luas atol mencapai 220 hektare, tempat ini menjadi surga wisata bahari di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Ada beberapa spot diving yang bisa dicoba, seperti spot Mercusuar yang memiliki karakteristik lokasi berupa karang tepi (fringing reef) dengan suhu 27 derajat dan pola arus berupa arus susur pantai. Kecepatan arusnya 0,25 meter per detik dengan kedalaman antara 5-8 meter, kecerahan perairan mencapai 10 meter, serta kondisi karang hidup mencapai 30-70 persen.
Ada pula The Rivers Spot yang terletak di Pulau Jinato. Spot diving ini memiliki karakteristik karang slope/wall/drop off. Suhu airnya 28 derajat dengan pola arus berupa arus susur pantai, dengan kecepatan 0,15 meter per detik, dengan kedalaman antara 5-10 meter, kecerahan mencapai 20 meter, dengan kondisi karang hidup mencapai 20-78 persen.
Selanjutnya, ada Jinato Wall Paradise yang berada di perairan Pulau Jinato. Spot ini merupakan salah satu spot diving paling bagus dengan kedalaman 5-15 meter dan kecerahan mencapai 15-20 meter. Kondisi terumbu karangnya sangat baik, dengan tutupan karangnya 57-83 persen.
Selain karang keras dan lunak, berbagai jenis biota laut juga bisa ditemui di Jinato Wall Paradise, seperti butterfly fish, cardinal fish, angelfish, grouper, surgeon fish, damselfish, triggerfish, lobster, eagle rays, belut moray, dan kima.
Pulau Jinato memang bukan primadona di kawasan TN Taka Bonerate, namun pesonanya tak kalah dengan pulau-pulau lain. Dihuni oleh Suku Bugis, pulau ini menyuguhkan keramahan penduduknya. Itulah kenapa tersedia homestay untuk wisatawan di rumah-rumah penduduk.
Terlebih sudah dibentuk Model Desa Konservasi (MDK) disini, sehingga beberapa penduduk sudah dilatih menerima dan menjadi pemandu bagi tamu yang datang. Kearifan lokal yang masih terjaga, pembuatan perahu, proses pembuatan minyak kelapa dan masih banyak lagi.
Bukan hanya menawarkan keindahan bawah laut TN Taka Bonerate, memiliki pulau Pulau Tinabo sebuah pulau tak berpenghuni dan masuk dalam zona inti. Di sini terdapat banyak bayi hiu (baby shark) jenis Black Tip yang ramah bagi manusia. Wisatawan bisa berenang dan bermain bersama tanpa perlu khawatir digigit.
"Bayi hiu itu hanya ada di Taman Nasional Taka Bonerate dan merupakan satu-satunya di Indonesia yang hidup secara liar," ucap Asri, staf Humas Pusat Data Informasi TN Taka Bonerate.
Pulau Tinabo yang merupakan primadona dan ikon TN Taka Bonerate adalah pulau yang hanya dihuni ranger (jagawana). Di sini tersedia guest house untuk pengunjung menginap dan beberapa tenda untuk yang merasakan sensasi berkemah.
Bagi pecinta olahraga selam kawasan Pulau Tinabo menjadi salah satu surganya. Terdapat beberapa titik penyelaman yang patut dicoba sensasinya. Seperti Sumur Ikan, Hantu Ceria, Ibel Orange, Taman Kima, dan sejenisnya. Jangan lupa mengunjungi Bunging Tinabo dan Pulau Gosong.
Aktivitas lain yang bisa dilakukan di TN Taka Bonerate adalah island hopping atau melakukan penjelajahan ke beberapa pulau, seperti Pulau Lantigiang dan Pulau Rajuni. Yang pertama merupakan pulau tidak berpenghuni di zona inti, dengan waktu tempuh 30 menit perjalanan menggunakan perahu dari utama Pulau Jinato.
Sementara itu, Pulau Rajuni dengan waktu tempuh satu jam perjalanan dari Pulau Tinabo menjadi tempat diselenggarakannya Festival Taka Bonerate yang jatuh setiap Oktober. Di pulau itu diselenggarakan Festival Bajo, sebuah nama suku laut yang mendominasi kawasan itu.
Pada Festival Bajo biasanya diawali dengan prosesi pemasangan Bendera Ula-ula, yang merupakan salah satu simbol dari kebudayaan yang dimiliki oleh Suku Bajo. Pertunjukkan seni bela diri menjadi daya tarik utama festival ini.
Dengan kondisi perairan yang terbuka hampir tanpa halangan, menjadi salah satu tempat terbaik untuk menikmati sunset, sunrise, hingga stargazing. Jauh dari polusi cahaya perkotaan TN Taka Bonerate menjadi tempat paling pas untuk menikmati langit malam, memandang planet, bintang, meteor dan galaksi Bima Sakti yang seperti kabut susu.
Salah satu tantangan menikmati keindahan atol Taka Bonerate adalah transportasi. Cara yang mudah dan cepat adalah menggunakan pesawat. Dari bandara Sultan Hasanuddin dilanjutkan dengan menaiki pesawat lebih kecil jenis ATR menuju ke Bandara Aroeppala di Pulau Selayar dengan waktu tempuh sekitar 35 menit.
Setelah sampai di Benteng ibu kota Selayar, dilanjutkan dengan perjalanan darat menuju pelabuhan paling selatan, Pelabuhan Pattumbukang dengan waktu sekitar 1,5 jam. Dari pelabuhan dilanjutkan dengan kayu Jolloro sekitar 4,5 jam atau speedboat 1,5-2 jam, menuju pintu utara TN Taka Bonerate, yaitu Pulau Tinabo.
Redaktur: Ilham Sudrajat
Penulis: Haryo Brono
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Akhirnya Setelah Gelar Perkara, Polisi Penembak Siswa di Semarang Ditetapkan Sebagai Tersangka
- 2 Jakarta Luncurkan 200 Bus Listrik
- 3 Krakatau Management Building Mulai Terapkan Konsep Bangunan Hijau
- 4 Indonesia Bersama 127 Negara Soroti Dampak dan Ancaman Krisis Iklim pada Laut di COP29
- 5 Kemenperin Usulkan Insentif bagi Industri yang Link and Match dengan IKM
Berita Terkini
- Pemprov Jateng Miliki 79 Sekolah Damai Cegah Terorisme
- MK Tetap Terima Gugatan Pilkada Meski Lewat Batas Waktu Pendaftaran
- Pemkab Bogor Luncurkan Program Ini untuk Hilangkan Kesan Wilayah Kumuh
- Pemkot Kediri Siagakan Satgas Penanggulangan Bencana Hidrometeorologi
- Midea Buka Dua Pabrik Baru pada 2025