Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemilu 2019

Berebut "Swing Voters" di Jawa Barat

Foto : KORAN JAKARTA/TRI YULIANTORO

PETA PEMILIHAN | Dari kiri ke kanan, Ade Reza Haryadi (Pengamat Politik), Agnes Marcellina (Caleg DPR RI Partai Ger¬indra), Bambang Dwi Hartono (Ketua DPP PDI-P Bidang Peme¬nangan Pemilu), Nasrullah Kusadjibrata (Moderator/ Peneliti Indopolling Network), Hermawan Sulistyo (Peneliti LIPI), dan Wempy Hadir (Direktur Eksekutif Indopolling Network), dalam diskusi “Peta Elektoral Capres dan Partai Politik di Jawa Barat”, di Bakoel Cikini, Menteng, Jakarta, Selasa (6/11).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Menjelang Pemilu 2019, mesin partai dari kedua koalisi terus bekerja keras demi mendapatkan hasil yang optimal. Salah satu ceruk pemilih terbesar adalah Provinsi Jawa Barat, yang mencapai sekitar 32 juta pemilih.
Namun, berdasarkan survei Indopolling Network, jumlah pemilih yang belum menentukan pilihan atau swing voters terhadap Pasangan Calon (Paslon) Presiden-Wakil Presiden mencapai 47,6 persen. Jumlah swing voters inilah yang menjadi perebutan bagi kedua Paslon dalam Pemilu 2019.

"Dengan jumlah swing voters yang cukup besar, Provinsi Jawa Barat masih menjadi wilayah perebutan suara bagi kedua Capres (Calon Presiden)," ujar Direktur Eksekutif Indopolling Network, Wempy Hadir, saat rilis hasil survei di Bakoel Cikini, Menteng, Jakarta, Selasa (6/11).

Berdasarkan survei yang dilaksanakan Indopolling Network, jumlah pemilih tertutup Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebesar 28,8 persen dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebesar 23,7 persen, sedangkan sisanya yang belum menentukan pilihan dan merahasiakannya mencapai 47,6 persen.

Ketua Bidang Pemenangan Pemilu PDI-P, Bambang Dwi Hartono, mengatakan partainya akan bekerja keras untuk memaksimalkan suara di Jawa Barat. Menurutnya, basis PDI-P di wilayah Pantura serta Jawa Barat bagian Timur merupakan modal yang berharga dalam pertarungan Pemilu.

"Pada Pemilu 2014 lalu, PDI-P kalah telak di Jawa Barat. Kita akan berjuang keras, terutama dalam battle ground di Jawa Barat bagian Tengah dan Selatan," ujarnya.

Menurut pengamat politik, Ade Reza Haryadi, Jawa Barat akan menjadi critical point terhadap Pemilu 2019. Suara swing voters akan menjadi tambahan modal bagi kedua Paslon, sehingga menentukan kemenangan, bahkan sampai tingkat nasional.

"Prabowo secara signifikan mendapatkan suara besar di kalangan Islam konservatif, sementara Jokowi berhasil mempertahankan suara golongan nasionalis di Pantura dan Jabar bagian Timur. Namun, swing voters jangan diremehkan karena jumlahnya yang cukup besar," katanya.

Sementara itu, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hermawan Sulistyo, menuturkan bahwa sebagian besar pemilih di Jawa Barat cenderung konservatif, sehingga isu-isu SARA dan tidak substansif masih dominan dalam salah satu alasan memilih Paslon. Dengan begitu, program-program yang ditawarkan akan kalah dengan isu-isu tersebut.

"Sebagus apa pun program Jokowi, ia tidak akan dipilih ketika tersebar luas berita di media sosial yang berkata bahwa Jokowi itu keturunan China, antek PKI, dan isu-isu SARA lainnya," kelakarnya.

Hermawan berpendapat bahwa seharusnya tim kampanye dari masing-masing Paslon dapat mengoptimalkan potensi pemilih konservatif yang ada di Jawa Barat. Ia menganggap bahwa masyarakat Jawa Barat bangga akan suku dan leluhurnya. tri/AR-3

Komentar

Komentar
()

Top