Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
PIFW Spring-Summer 2019

Berdonasi di Panggung "Fashion Show"

Foto : dok. PIFW Spring-Summer 2019
A   A   A   Pengaturan Font

Plaza Indonesia kembali membuka pagelaran pekan mode tahunannya Plaza Indonesia Fashion Week (PIFW) Spring-Summer 2019 dengan sebuah show dari desainer muda Indonesia Wilsen Willim yang bekerja sama dengan Yayasan Jantung Indonesia (YJI).

Kolaborasi ini melibatkan Wilsen yang mendesain baju untuk YJI sebagai bentuk donasi yang dapat dibeli oleh para pengunjung selama pekan mode berlangsung. "Fashion show ini menjadi salah satu ajang yang partisipannya kebanyakan perempuan, maka dari itu bisa menyampaikan pesan untuk para perempuan untuk waspadalah dengan penyakit jantung," tutur Sita Satar, perwakilan dari YJI.

Apalagi, perempuan lebih mudah terkena serangan jantung ketika memasuki usia menopause, meskipun saatini tidak dipungkiri bahwa ketika mereka berada di usia produktif pun serangan jantung dapat mengenai mereka. Ada dua bentuk donasi yang bisa dilakukan, yaitu dengan membeli kemeja berwarna merah dengan origami hati yang melambangkan jantung karya Wilsen Willim atau dengan membeli koleksi busana yang diperagakan model di atas catwalk.

Ada dua sequence yang ia tampilkan pada malam pembukaan PIFW 2019 ini meskipun keduanya saling berhubungan satu sama lain. Pada sequence pertama, Wilsen membawakan koleksi musim gugur/musim dingin yang baru ia pamerkan ke ajang Paris Fashion Week (PFW). "Ini merupakan pertama kalinya menunjukkan karya aku setelah dari PFW. Fall/Winter aku itu selalu identik dengan estetik menggunakan banyak wool dan motif floral yang cukup lucu karena jarang untuk musim seperti itu ada motif floral," cerita Wilsen.

Ia menjelaskan, pada koleksinya itu ia terinspirasi dengan alam saat masa transisi musim gugur dan dingin dengan menggunakan tone warna-warna dingin seperti hitam, abu-abu dan hitam disertai motif garis-garis, di samping detail khas bunga-bungaan pada koleksinya itu.

Sementara untuk sequence keduanya, ia membawakan koleksi yang merupakan interpretasi dari YJI. Ia menggunakan warna-warna merah yang merupakan warna simbol dari jantung pada koleksinya, meskipun tidak di semua koleksi. Siluetnya sendiri cenderung lebih rapih karena sudah meninggalkan tren street style yang sempat menjadi booming di tahun lalu. gma/R-1

Dalam Nuansa Dasar Laut

Alleira Batik menutup malam pembukaan pagelaran PIFW Spring Summer 2019 dengan apik. Bertajuk Two in One, koleksi yang merupakan kolaborasi antara Alleira Batik dengan desainer Malaysia, Michael Ong, membuat para penonton malam itu berdecak kagum. Sebelum ini, keduanya telah bersinergi dalam pagelaran busana Plaza Indonesia Mens Fashion Week tahun lalu membawakan karya berjudul Batik NOW, suatu perpaduan antara batik dan busana modern kekinian bergaya streetwear. Sementara pada kali ini, keduanya mengkombinasikan antara batik menjadi busana modern yang dapat dikenakan di berbagai acara, mulai dari acara formal hingga kasual.

Hal ini dikarenakan mereka terinspirasi pergerakan perempuan modern masa kini yang dinamis, di mana para perempuan karir ini memiliki banyak kegiatan di luar jam kantornya namun tidak memiliki banyak waktu untuk mengubah penampilannya agar tetap terlihat fashionable.

"Koleksi kali ini sengaja dibuat agar para perempuan karir dapat tetap pergi ke acara tanpa harus pulang ke rumah. Ini yang membuat setiap koleksinya menjadi multifungsi," cerita Michael Ong mengenai konsep dari koleksi Two in One ini.

Itu dapat dilihat dari pagelaran busana yang Ong bawakan bersama Alleira Batik, di mana para model berjalan di atas catwalk dan dalam sekejap dapat mengubah tampilannya pada bagian tangan, rok, outer atau yang lainnya sehingga menjadi busana yang berbeda.

Terdiri dari 24 looks, motif batik yang kali ini mengambil dari keindahan dasar laut itu dapat dilihat dengan pemberian detail motif bunga-bunga kecil dan rumput yang biasanya bertengger di dasar laut pada koleksi busana ini. Tidak hanya itu saja, warna-warna yang digunakan pun memiliki nuansa bawah laut, seperti warna-warna turquise, pink, kuning, hijau, abu-abu, biru serta gradasi dasar hitam yang memberikan makna keanekaragaman tanaman bawah laut yang cantik namun misterius.

Seiring dengan model terakhir yang mengenakan gaun panjang berwarna hitam layaknya penguasa lautan menutup rangkaian acara malam itu.gma/R-1

Inspirasi Masyarakat dengan Tren Kekinian

Di tempat berbeda, Senayan City menggelar Fashion Nation 13th Edition bertajuk In Vogue. Fesyen merupakan salah satu industri yang tengah bergerak cepat khususnya di Indonesia, maka dari itu untuk menggerakkan fesyen Indonesia ke arah yang lebih baik lagi serta dapat menginspirasi para desainer dan masyarakat Indonesia, Senayan City pun menggelar kembali ajang pekan mode tahunannya ini.

"In Vogue itu berarti gaya masa kini atau hal yang menjadi acuan tren saat ini. Hadirnya seluruh rangkaian Fashion Nation 13th Edition diharapkan dapat menginspirasi para fashion enthusiast serta mampu memuaskan para penikmat mode Indonesia ataupun Asia," kata Halina, Leasing and Marketing Communications Director Senayan City.

Pada malam pembukaannya, ada dua desainer muda yang menampilkan koleksi mereka. Dibuka dengan Yogie Pratama, mempersembahkan 20 looks bertemakan Imajinasi.

Yogie terinspirasi dari gaya khas club kids, yaitu attitude atau karakter yang dimiliki muda-mudi penggemar disko di era 80an. Itu dapat dilihat dengan pakaian-pakaian yang ditampilkan para model, gemerlap karena manik-manik, kaca serta kaya akan detail dan siluet yang pas di badan.

Sementara Hian Tjen menciptakan karya yang diambil dari pakaian tradisional Peru. Ia mengkolaborasikan kain tradisional Peru dengan siluet busana yang lebih model. Detail unik budaya Peru dapat dilihat dari hasil tekstil tenun tangan otentik yang menggambarkan gunung pelangi Ausangate yang indah di Andes Peru, motif vintage dari garis Nazca yang merupakan gambar besar di tanah yang dikenal sebagai Geoglyph Peru, serta motif-motif hewan dan tumbuhan.

Yang unik, tekstil tenunan tangan tradisional Andean ini kaya dengan simbol dan pola Inca, serta penggunaan warna-warna cerah dari kain wol yang ditenun dari bulu Ilama dan Alpaka. "Kesulitannya adalah kain dari bulu Alpaka ini berat dan jatuh sehingga membuat baju lebih bervolume, tetapi kainnya itu cara membuatnya sama dengan membuat kain tenun di sini," cerita Hian Tjen.

Untuk itu, ia membuat koleksi yang terdiri dari 24 looks dan berkolaborasi dengan Rinaldy A Yunardy dalam membuat hiasan kepala unik yang terinspirasi dari topi festival Peru. gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top