Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Berburu Sepeda ke Bengkel Garasi Rumah

Foto : koran jakarta/peri irawan

Sejumlah warga Jakarta berebut membeli dan merakit sepeda pada salah satu bengkel sepeda di Jakarta Selatan, Rabu (15/7). Saat ini, sepeda bukan lagi menjadi sarana olahraga tapi sudah bagian gaya hidup warga Jakarta

A   A   A   Pengaturan Font

ngkel Garasi Rumah

Bersepeda di Ibu Kota saat ini tidak melulu soal kesehatan. Sepeda telah menjadi gaya hidup, bahkan bisa meningkatkan derajat seseorang menjadi seorang "sultan". Betapa tidak, usai pandemi Covid-19 menerjang Tanah Air, sepeda telah menjadi tren di kalangan masyarakat.

Bagi pencinta sepeda, merakit sepeda memiliki kepuasan tersendiri. Tengok saja di Jalan Bukit Duri Tanjakan No 6, Tebet, Jakarta Selatan. Sebuah rumah disulap menjadi bengkel sekaligus toko sepeda bermerek, Garage Bike Shop Berkah Mandiri.

Menempati garasi seluas 3 x 7 meter, bengkel sepeda ini disesaki banyak pencinta sepeda. Dari luar tidak terlihat toko sepeda, namun di dalam garasi itu ter-display sepeda-sepeda bermerek yang siap dirakit, mulai frame, groupset, wheelset, brakeset, seater, dan lainnya.

Anggi, 30 tahun, pemilik bengkel, mengaku membuka toko sepeda Berkah Mandiri baru-baru ini, belum genap sebulan. Bermodalkan lebih dari 500 juta, pria yang hobi bersepeda itu menggandeng sepupunya untuk membuka bengkel rakit sepeda.

Ada Fnhon beragam tipe, Dahon, Noris Pacifik, Element, dan lainnya. Dalam sepekan terakhir, Anggi bisa merakit dan menjualnya hingga 23 unit. Sehari bisa merakit 3-4 unit terjual dengan mudah. Namun, akunya, komponen sepeda yang telah menjadi tren masa kini semakin sulit didapat.

"Sekarang barangnya lagi susah, frame untuk Fnhon saja, saya dapat 10,5 juta rupiah kemarin," ujar Anggi, di lokasi, Rabu (15/7).

Semakin senja, teman komunitasnya pun berdatangan. Ada yang beli rantai saja, wheelset saja, atau lainnya. Diakuinya, sepeda lipat semakin hari semakin ngetren. Alhasil, harganya pun semakin mahal. Berbeda dengan sepeda gunung atau mountain bike (MTB).

Selain gampang ditenteng, pengguna sepeda lipat pun bisa bergerak cukup agresif. Sepedanya bisa ditenteng masuk ke transportasi umum, baik Transjakarta, LRT, maupun MRT.

Namun, akunya, merakit sepeda lipat butuh kesabaran. Pasalnya, belum tentu semua komponen sepeda lipat bisa didatangkan dalam waktu satu hari. Terlebih, jika komponen sepeda lipat yang dibeli berasal dari sejumlah toko.

n peri irawan/P-5

Komentar

Komentar
()

Top