Berasal dari Spiritualitas Buddha
Foto: afp/ MANAN VATSYAYANAAsal usul angka nol berakar pada konsep filosofis Asia selatan dan tenggara kuno meski tidak begitu jelas sejarahnya. Konsep ini kemudian dibawa ke Eropa Bbarat melalui pertukaran budaya, penemuan ilmiah, dan kemajuan teknologi.
Di India dalam bahasa Hindi konsep nol disebut shunya yang merupakan akar yang dalam pada tradisi filosofis dan agama India kuno. Sedangkan shunyata yang sering diterjemahkan sebagai kekosongan atau hampa, memiliki kepentingan yang signifikan dalam agama Buddha.
Filsuf terkenal Nagarjuna yang hidup sekitar abad ke-2 masehi, mendasarkan ajaran Buddha Mahayana pada prinsip kekosongan atau ketiadaaan yang menekankan keberadaan fenomena yang saling bergantung. Pemahaman filosofis tentang kekosongan atau kehampaan ini meletakkan dasar bagi penerapan angka nol secara matematis.
Pada abad ke-6 masehi, matematikawan terkemuka India seperti Aryabhata dan Brahmagupta mulai menggunakan angka nol sebagai penanda dalam perhitungan mereka. Hingga saat ini, upaya arkeologi telah mengungkap dua artefak penting di India yang menunjukkan penggunaan awal angka nol.
Batu yang lebih kuno dari keduanya adalah batu yang dikenal sebagai K-127, yang berasal dari tahun 683 Masehi. Ditemukan di kompleks candi Hindu Sambor di dekat Sungai Mekong, Kamboja, batu ini menampilkan angka nol yang digambarkan sebagai titik diantara angka-angka lainnya.
Selanjutnya adalah angka nol Gwalior yang ditemukan tertulis di Kuil Chaturbhuj di Gwalior, India. Artefak ini, yang berasal dari tahun 876 M, menunjukkan penggunaan angka nol dengan cara yang mirip dengan penggunaan modern, khususnya untuk mendokumentasikan hibah tanah.
Penyebaran konsep nol dari India ke Eropa dipercepat oleh penerjemahan latin dari karya penting al-Khwarizmi, Algoritmo de Numero Indorum pada abad ke-12. Penerjemahan ini berfungsi sebagai penghubung penting, yang menghubungkan warisan matematika India kuno dengan dunia Arab dan selanjutnya dengan Eropa. Ini menjadi dasar bagi adopsi konsep nol yang lebih luas, yang juga difasilitasi oleh para pedagang Arab.
Selanjutnya dalam perjalanan sejarah terdapat nama Fibonacci, yang juga dikenal sebagai Leonardo dari Pisa, yang membawa simbol '0' dan sistem desimal Hindu-Arab milik Al-Khawarizmi, yang lalu membawanya ke Eropa. Fibonacci mempelajari tentang '0' dan matematika desimal dari para pedagang Arab yang ditemuinya saat menemani ayahnya dalam perjalanan dagang di Tunisia.
Ia segera menyadari keunggulan sistem desimal dibandingkan dengan angka Romawi yang digunakan sebelumnya. Jenis matematika baru ini menyebar ke seluruh Eropa melalui bukunya, Liber Abaci (Kitab Perhitungan) yang diterbitkan pada tahun 1202.
Perjalanan angka nol merupakan bukti kekuatan pertukaran lintas budaya, keingintahuan manusia, dan inovasi teknologi. Dari asal usul filosofisnya di India kuno hingga kematangan matematisnya di dunia Arab, dan akhirnya hingga adopsi globalnya. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Hati Hati, Banyak Pengguna yang Sebarkan Konten Berbahaya di Medsos
- 2 Lulus Semua, 68 Penerbang AL Tuntaskan Kursus Peningkatan Profesi Selama Setahun
- 3 Ayo Terbitkan Perppu untuk Anulir PPN 12 Persen Akan Tunjukkan Keberpihakan Presiden ke Rakyat
- 4 Pemerintah Jamin Stok Pangan Aman dengan Harga Terkendali Jelang Nataru
- 5 Cegah Pencurian, Polres Jakbar Masih Tampung Kendaraan Bagi Warga yang Pulang Kampung
Berita Terkini
- Pemkab Mamuju atasi longsor yang mengisolir empat desa
- Polresta Barelang antisipasi kerawanan libur Natal-Tahun Baru
- Jembatan Hanyut Akibatkan Banjir Situbondo dan Ratusan Warga Terisolir
- Pilih Pelatih Baru, Arema FC Berhati-hati dan Penuh Pertimbangan
- Tutup Putaran Pertama, Persik Kediri Berambisi Hasil Tiga Poin