Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Mask Painting Festival 2018

Beranjangsana di Sentra Batik Trusmi Cirebon

Foto : KORAN JAKARTA/TEGUH RAHARDJO
A   A   A   Pengaturan Font

Pada 2 Oktober yang ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional (HBN), di mana batik sudah diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO sejak 2009. Beragam acara dilakukan untuk memperingati hari batik ini, apalagi di pusat batik Cirebon, Batik Trusmi.

Di sentra batik yang ada di Kabupaten Cirebon ini berlangsung acara peringatan HBN dengan menggelar festival, yakni Mask Painting Festival 2018.

Acara berlangsung di sentra Batik Trusmi berupa arak-arakan muda-mudi dengan mengenakan batik dan bertopeng. Mask Painting Festival dibuka Sekda Jawa Barat (Jabar) Iwa Karniwa pada akhir pekan lalu di Cirebon.

Iwa menegaskan aparatur sipil Negara (ASN) harus mengenakan batik setiap Kamis dan Jumat. Tujuannya untuk melestarikan dan mencintai batik. Hal ini sejalan dengan acara Mask Painting Festival 2018.

Ia berharap melalui even semacam ini, dapat memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia, khususnya batik, sekaligus menjadi daya tarik bagi wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Iwa mengatakan setiap kabupaten dan kota di Jabar mempunyai motif daerah masing-masing yang berarti ada sebanyak 27 motif ciri khas. Sebagai bentuk apreasiasi bagi para pelaku dan perajin batik, dukungan Pemprov antara lain diikutsertakan pada even dan pameran melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jabar.

Sementara itu CEO Trusmi Group, Ibnu Riyanto, mengatakan sejak ditetapkannya HBN perkembangan industri semakin meningkat. Maka sebagai bentuk apreasiasinya Batik Trusmi mengadakan Mask Painting Festival 2018 yang diikuti anak-anak sekolah. Tujuannya untuk menumbuhkan rasa cinta akan batik sebagai budaya bangsa.

Parade mengombinasikan batik dan topeng. Karena topeng merupakan salah satu khas Cirebon, yang dikombinasikan dengan batik. Melalui parade ini akan menumbuhkan rasa peduli masyarakat untuk melestarikan batik dengan membeli dan menggunakan batik. Sehingga berdampak positif bagi para pelaku dan pengrajin batik dalam meningkatkan kesejahteraan.

Pawai Budaya

Diawali dengan arak-arakan muda-mudi dengan menggunakan kostum berbahan dasar kain batik. Di bagian depan, beberapa pemuda melakukan atraksi debus. Mereka memperagakan atraksi dengan menggunakan obor api.

Obor itu lalu digoreskan ke kulit tangan dan menempelkan bara api obor ke lidah. Atraksi ini tentunya mendapatkan tepuk tangan meriah dari penonton yang berjejer di Jalan Buyut Trusmi.

Sambil berjalan menyusuri jalan kampung, muda-mudi dengan busana berbahan batik ikut pula menunjukkan kreasi busana mereka. Cantik dan tampan. Uniknya hampir semua dari mereka menggunakan topeng yang menutupi wajah.

Rombongan pawai terus berjalan mengelilingi jalan di dalam kampung batik tersebut. Mereka menyusuri jalan sepanjang sekitar 1,5 kilometer.

Kreasi unik yang ditampilkan beraneka macam. Ada yang membuat kostum dengan sayap. Sehingga karnaval ini hampir mirip dengan pawai festival Jember, Jawa Timur. Dan sekali lagi menggunakan topeng, sesuai tema batik dan topeng dalam festival ini.

"Selain festival topeng, kami juga menggelar berbagai macam perlombaan pada peringatan HBN," kata Ibnu Riyanto.

Selain karnaval, kegiatan lainnya yang juga diikuti ratusan masyarakat Cirebon adalah lomba tari dengan menggunakan kostum dan bertopeng, lalu melukis topeng, fashion show batik, dengan peserta anak-anak sekolah.

Even tersebut juga memberikan apresiasi kepada 100 pembatik setempat karena tetap mempertahankan budaya leluhur meski zaman semakin modern dan sulitnya regenerasi pebatik. tgh/R-1

Wisata Budaya dan Belanja

Trusmi adalah nama kampung batik yang sudah puluhan tahun menjadi sentra produksi batik tradisional. Meski saat ini produksi batik tradisional mulai bergeser dengan produksi secara modern dan massal melalui mesin printing, produksi batik tulis atau batik cap (cetak) di Trusmi masih terus terpelihara.

Kisah membatik desa Trusmi berawal dari peranan Ki Gede Trusmi. Pengikut setia Sunan Gunung Jati ini mengajarkan seni membatik sembari menyebarkan Islam. Sampai sekarang, makam Ki Gede masih terawat baik, setiap tahun dilakukan upacara cukup khidmat, upacara Ganti Welit (atap rumput) dan Ganti Sirap setiap empat tahun.

Batik Trusmi berhasil menjadi ikon batik dalam koleksi kain nasional. Batik Cirebon sendiri termasuk golongan Batik Pesisir, namun juga sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok batik keraton.

Hal ini dikarenakan Cirebon memiliki dua buah keraton yaitu Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman, yang konon berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebonan klasik yang hingga kini masih dikerjakan sebagian masyarakat Desa Trusmi diantaranya Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat Penganten, Katewono, Gunung Giwur, Simbar Menjangan, Simbar Kendo dan lain-lain.

Memasuki kampung batik ini bisa melalui pintu utama Jalan Buyut Trusmi atau melalui Jalan Panembahan, sekitar 200 meter dari perempatan Jalan Plered. Aroma lilin cair yang terbakar sangat terasa saat berada di sini. Mulai dari rumah pertama nampak beragam baju dan kain batik dipamerkan. Seluruh rumah penduduk nampak menjadi show room dan produksi batik. Mulai rumah sederhana hingga rumah besar yang memasang nama toko.

Jalannya memang sempit, terlebih lahan parkir yang disediakan juga tidak terlalu luas. Sehingga kebanyakan pengunjung yang hendak berbelanja memarkirkan kendaraan di salah satu toko yang lahan parkirnya sedang kosong, setelah itu mereka berjalan keluar masuk rumah atau toko batik di Trusmi.

Selain dimanjakan dengan berbagai produk batik mulai dari yang berharga murah sekitar 50 ribuan rupiah hingga yang bernilai jutaan rupiah, pengunjung juga diperkenankan masuk ke dapur pembuatan batik.

Beberapa lokasi yang biasanya sering dikunjungi adalah Batik Katura, yang berlokasi persis di depan kantor dan show room koperasi batik. Di sini, Katura, pemilik selalu menerima tamu dengan tangan terbuka, termasuk menyediakan waktu untuk mengajari cara membatik.

Batik Katura hanya memproduksi batik tulis. Sehingga harganya pun lumayan mahal namun kualitasnya sangat bagus. Sehingga tidak jarang, tempat ini sering didatangi turis asing terutama dari Jepang.

Lokasi lain yang juga sering dikunjungi adalah Kampoeng Batik EB di Jalan Penambahan milik Edi Baredi. Tempat ini sengaja dibuat seperti one stopshooping batik. Sebab selain menjual batik, lokasinya nyaman untuk beristirahat sejenak setelah menempuh perjalanan sepanjang pantura. Atau datangi saja satu persatu showroom yang sekaligus menjadi rumah tinggal perajin batik di kampung unik ini. tgh/R-1

Komentar

Komentar
()

Top