Minggu, 16 Mar 2025, 11:14 WIB

Bapanas Ajak Milenial dan Gen Z Peduli Dampak Pemborosan Pangan

Direktur Kewaspadaan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA) Nita Yulianis

Foto: Bapanas

JAKARTA- Generasi muda, khususnya Milenial dan Gen Z, memiliki peran penting dalam menciptakan kebiasaan konsumsi yang lebih bertanggung jawab. Sebagai kelompok yang aktif dalam berbagai platform digital dan sosial, mereka menjadi target utama dalam edukasi terkait dampak pemborosan pangan. 

Hal tersebut disampaikan Direktur Kewaspadaan Pangan Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Nita Yulianis dalam kegiatan pesantren kilat (sanlat) yang mengangkat tema "Aksi Anak Muda dalam Mengurangi Dampak Perubahan Iklim dan Mendukung Pembangunan Ketahanan Pangan Berkelanjutan" di Bogor, Sabtu (15/3).

“Upaya menurunkan pemborosan pangan menjadi tantangan bagi kita. Karena dampaknya bersifat multiaspek. Oleh karena itu para generasi muda menjadi harapan dan role model agen perubahan untuk Stop Boros Pangan,” ujar Nita. 

Ia juga mengungkapkan bahwa pemborosan pangan tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga berimbas pada ekonomi dan ketahanan pangan nasional.

“Berbagai riset baik skala global maupun nasional menunjukkan bahwa perilaku pemborosan pangan berdampak buruk pada ketahanan pangan kita. Bahkan juga pada lingkungan dan ekonomi. Jadi ini harus menjadi konsen bersama, sehingga membutuhkan kontribusi kita semua. Terutama di bulan Ramadan ini, tentunya menjadi momentum bagi kita untuk mengubah perilaku menjadi lebih menghargai pangan kita,” kata Nita.  

Bapanas telah menginisiasi Gerakan Selamatkan Pangan sejak tahun 2022. “Kami berkomitmen untuk menyelamatkan pangan melalui dua pendekatan utama, yaitu mencegah pemborosan pangan melalui penetapan kebijakan dan sosialisasi/promosi/advokasi dan fasilitasi aksi penyelamatan pangan berkolaborasi dengan mitra donatur dan bank pangan/penggiat penyelamatan pangan” ungkap Nita.

Selama tahun 2024, sekitar 1.298,7 ton pangan terselamatkan dan disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan melalui kolaborasi dengan berbagai penggiat pangan. 

Menurut FAO (2011) secara global sepertiga dari pangan yang diproduksi atau 1,3 miliar ton pangan terbuang. Di Indonesia sendiri, data Bappenas tahun 2021 mencatat timbulan susut dan sisa pangan (SSP) mencapai 23-48 juta ton per tahun, atau setara dengan 115-184 kg per kapita per tahun. Jika diselamatkan dapat memberi makan 61-125 juta orang, atau 29-47% dari total populasi Indonesia.

Dampak terhadap lingkungan berkontribusi terhadap 7,29% emisi gas rumah kaca. Secara ekonomi, kehilangan pangan ini diperkirakan mencapai Rp. 213-551 triliun per tahun. 

Ketahanan Pangan

Melihat dampak yang besar tersebut, dalam berbagai kesempatan, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi dalam berbagai kesempatan menegaskan bahwa upaya penyelamatan pangan harus terus diperkuat melalui sinergi dengan berbagai pihak. “Gerakan penyelamatan pangan yang kita inisiasi bersama para pemangku kepentingan menunjukkan komitmen nyata dalam menekan tingkat food waste. Dalam jangka panjang, ini akan berkontribusi pada ketahanan pangan nasional. Saya mengajak semua pihak untuk bersama-sama menghentikan pemborosan pangan demi masa depan yang lebih berkelanjutan,” tegas Arief.

Sementara itu, Penyelenggara Pesantren Kilat Rahmad Nasution menyampaikan bahwa isu tentang pemborosan pangan sangat tepat disosialisasikan pada bulan Ramadan. "Bulan Ramadan biasanya masyarakat kita cenderung boros pangan, sehingga sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran agar tidak boros pangan perlu digencarkan," ujarnya.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan: