Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Prospek Usaha - BMRI Memperkirakan Bakal Ada Reversal Dana Valas

Bank Mandiri Bidik Pendanaan Nonkonvensional Rp40 Triliun

Foto : ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

RUPSLB Bank Mandiri - Komisaris Utama PT Bank Mandiri Tbk, Hartadi A Sarwono (kiri) berbincang dengan Direktur Utama Kartika Wirjoatmodjo (tengah) dan Wakil Direktur Utama Sulaiman A Arianto sebelum RUPS Luar Biasa di Plaza Mandiri Jakarta, Senin (7/1). RUPSLB menyetujui penunjukkan Riduan sebagai Direktur Commercial Banking Bank Mandiri.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) pada tahun 2019 membidik pendanaan nonkonvensional berdenominasi rupiah dan dollar AS sebesar 40 triliun rupiah. Hal ini dilakukan guna mendukung ekspansi bisnis Perseroan.

Direktur Keuangan Bank Mandiri, Panji Irawan, mengatakan pada tahun 2019 ini untuk pendanaan yang berasal dari tabungan, giro, dan deposito tetap akan diambil. Namun di luar itu, Perseroan juga akan masuk ke pendanaan nonkonvensional yang masuk dalam Rencana Bisnis Bank (RBB), antara lain menerbitkan pendanaan berdenominasi dollar AS maupun rupiah melalui penerbitan obligasi, Negotiable Certificated of Deposits (NCD), Medium Term Notes (MTN), atau pinjaman bilateral.

Pendanaan denominasi dollar AS guna mendukung ekspansi bisnis Perseroan apabila permintaan terhadap kredit valuta asing besar. Besaran yang dibidik untuk pendanaan valuta asing ini antara 0,1 miliar dollar AS sampai dua miliar dollar AS. Begitupula pendanaan dalam denominasi rupiah, Perseroan juga akan melakukan kombinasi penerbitan instrumen keuangan seperti penawaran umum berkelanjutan (PUB), NCD, MTN, pinjaman bilateral, atau juga REPO sebesar 10 triliun rupiah.

"Kombinasi pendanaan dari denominasi rupiah sebesar 10 triliun rupiah dan denominasi dollar AS maksimum sebesar dua miliar dollar AS. Jadi, total pendanaan sekitar 40 triliun rupiah selain dari DPK di tahun ini," ungkap Panji, di Jakarta, Senin (7/12). Sedangkan Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo, menjelaskan di tahun 2019 ini tantangannya adalah likuiditas bagi perbankan Indonesia.

Hal ini tentunya tidak lepas dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Mengacu pada 2018 kemarin cukup menantang karena pertumbuhan kredit mulai rebound ke angka 12-13 persen, sedangkan pertumbuhan DPK nasional ada di angka 8 persen. Pertumbuhan DPK yang melambat membuat rasio kredit terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) nasional berada di atas 92 persen.

"Harapannya nanti ada inflow dari foreign fund sehingga DPK 2019 bisa di atas 10 persen. Jadi, ada rebound sehingga nanti posisi LDR bisa membaik," kata pria yang biasa disapa Tiko.

Penguatan Rupiah

Menurut Tiko, penguatan rupiah dan pelemahan dollar AS cukup signifikan yang terjadi dalam beberapa hari belakangan mendorong arus ekuitas yang cukup deras. Perseroan pun optimistis tahun ini akan ada tren reversal dari DPK valas. "DPK valas memang sempat terganggu dan kita harus mengimbangi pendanaan bilateral maupun repo," ujar dia.

Untuk DPK denominasi rupiah, lanjut Tiko, ada dua strategi yang disiapkan. Pertama untuk deposito, Perseroan berupaya agar tidak terpancing masuk ke deposito mahal yakni special rate. Bahkan selama 2018, Perseroan menjaga agar deposito rupiah tidak tergantung pada deposito yang special rate.

Kedua, Perseroan menjaga tabungan yang berkelanjutan (sustainable). Sebab, Perseroan sebelumnya memiliki tabungan- tabungan dengan nilai seperti lima miliar rupiah, 20 miliar rupiah, dan 50 miliar rupiah yang sifatnya in out day, sehingga membuat keluar masuknya uang cepat sekali maka pengelolaan likuiditas menjadi tidak terlalu sehat.

"Jadi, kami mencoba mengubah pola tabungan kami menjadi lebih stabil seperti di payroll dan transaksi perusahaan sehingga diharapkan tabungan kita ke depan lebih stabil," jelas dia.

yni/AR-2

Penulis : Yuni Rahmi

Komentar

Komentar
()

Top