Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Bank Besar di AS Berlomba Naikkan Suku Bunga Pinjaman, Menyusul Kebijakan The Fed

Foto : ANTARA/REUTERS/Nick Zieminski

Nasabah menggunakan ATM di cabang Citibank di lingkungan Jackson Heights di distrik Queens, New York City, AS 11 Oktober 2020.

A   A   A   Pengaturan Font

NEW YORK - Bank-bank besar AS mengatakan pada Rabu (16/3) bahwa mereka menaikkan suku bunga pinjaman dasar mereka masing-masing seperempat poin persentase, beberapa jam setelah Federal Reserve AS menaikkan suku bunga acuannya dalam upaya untuk menahan inflasi yang sangat tinggi.

Citigroup Inc, Wells Fargo & Co, JPMorgan Chase & Co dan Bank of America Corp mengatakan mereka masing-masing menaikkan suku bunga dasar mereka menjadi 3,5 persen dari 3,25 persen, efektif pada Kamis waktu setempat.

Sebelumnya, The Fed mengisyaratkan akan mulai secara agresif menyapih ekonomi dari langkah-langkah era pandemi untuk mengekang inflasi yang tinggi selama beberapa dekade.

Bank sentral menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, mencari untuk melawan risiko ekonomi yang ditimbulkan oleh inflasi yang berlebihan dan perang di Ukraina. Pembuat kebijakan mengisyaratkan mereka akan mendorong suku bunga dana federal utama ke kisaran 1,75 persen hingga 2,00 persen pada akhir 2022.

Bank, yang menghasilkan uang dari selisih antara apa yang mereka peroleh dari pinjaman dan membayar deposito dan dana lainnya, biasanya berkembang dalam lingkungan suku bunga tinggi.

Dalam perdagangan setelah pasar, saham bank-bank besar AS masing-masing naik antara 3,3 persen hingga 6,6 persen.

The Fed menghadapi tugas untuk memetakan arah ekonomi guna menghadapi kenaikan suku bunga tanpa mengulangi kesulitan gaya tahun 1970-an di mana kenaikan suku bunga bank sentral untuk melawan inflasi mengakibatkan resesi yang curam.

Inflasi, yang mencapai tiga kali lipat dari target Fed 2,0 persen dan isu politik yang hangat, telah diperburuk oleh perang di Eropa yang telah menyebabkan lonjakan harga-harga komoditas dan menumpuk tekanan pada rantai pasokan yang sudah rusak.



Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top