Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Bangun House of Wellness, Kemenperin Dorong Kemandirian Industri Kesehatan

Foto : Istimewa

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (tengah) pada acara Topping Off Ceremony House of Wellness Fasilitas Produksi Fitofarmaka di Jakarta, Jumat (19/8).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah bertekad memacu transformasi industri farmasi di dalam negeri, dari bergantung pada bahan baku obat dan obat impor menjadi mandiri memperkuat resiliensi sektor industri kesehatan.

Transformasi itu didasari oleh kesulitan memberikan pelayanan farmasi bagi masyarakat di kala pandemi Covid-19. Selain itu, Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dapat dioptimalkan untuk mengembangkan industri farmasi dan alat kesehatan yang kuat.

Industri farmasi salah satu sektor prioritas pengembangan dalam peta jalan Making Indonesia 4.0. Salah satu upaya transformasi sektor farmasi adalah pengembangan obat melalui pengolahan bahan-bahan baku alam atau dikenal dengan fitofarmaka. Seperti disampaikan Presiden pada Sidang Tahunan MPR pada 16 Agustus lalu, hilirisasi dan industrialisasi adalah kunci.

"Indonesia memiliki kekuatan dan kemampuan untuk mengembangkan obat melalui pengolahan bahan baku alam atau fitofarmaka dengan kekayaan biodiversitas yang mencapai lebih dari 2.800 spesies tanaman obat," papar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat Topping Off Ceremony House of Wellness Fasilitas Produksi Fitofarmaka di Jakarta, Jumat (19/8).

Hilirisasi dan industrialisasi juga dapat mengurangi ketergantungan terhadap obat dan bahan baku obat impor, mendorong kemandirian obat nasional bagi rakyat yang mudah didapat (accessible), terjangkau (affordable), selalu tersedia di manapun dibutuhkan (available), dan berkesinambungan (sustainable).

Upaya ini juga untuk mengoptimalkan pasar domestik dan pasar internasional yang potensial dari produk herbal atau obat berbahan alam. Di tingkat global, WHO memprediksi permintaan produk herbal akan terus meningkat hingga mencapai 5 triliun dollar AS atau setara 74.146,02 triliun rupiah (kurs saat ini Rp14.829,20/ dollar AS) pada 2050. Sedangkan nilai konsumsi obat berbahan alam oleh masyarakat Indonesia diperkirakan mencapai 23 triliun rupiah pada 2025.

Pada 2022, pemerintah menetapkan Formularium Fitofarmaka yang mengakomodasi sekaligus menjadi acuan penggunaan produk-produk fitofarmaka dalam pelayanan kesehatan masyarakat.

Langkah Strategis

Kemenperin mengambil langkah strategis dengan membangun fasilitas fitofarmaka di Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Kimia, Farmasi, dan Kemasan di Jakarta. Fasilitas yang dibangun melalui pendanaan Surat Berharga Syariah Negara diberi nama House of Wellness dengan tujuan menjadi sarana penumbuhan industri ekstrak, obat herbal terstandar, dan khususnya fitofarmaka.

House of Wellness akan memberikan pelayanan kepada industri dalam mengembangkan produk fitofarmaka dan mewujudkan indonesia sebagai negara mandiri dalam industri kesehatan, baik dari sisi obat-obatan maupun alat kesehatan.

Fasilitas tersebut akan mengolah bahan baku alam menjadi simplisia, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka yang memenuhi standar Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB).

Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Doddy Rahadi melaporkan, pembangunan House of Wellness telah sampai di tahap struktur dan akan segera memasuki tahapan pekerjaan selanjutnya. Fasilitas ini akan selesai dibangun dan mulai memproduksi ekstrak bahan alam pada 2024 dan ditargetkan mampu memproduksi fitofarmaka pada 2027.

"House of Wellness menempati lahan seluas 3000 m2 dengan fasilitas meliputi laboratorium quality control (QC), laboratorium pengembangan produk, dan laboratorium pengujian bahan alam yang terakreditasi ISO 17025, jelas Doddy. Selain untuk produksi fitofarmaka, fasilitas ini juga akan dikembangkan sebagai pusat pengembangan dan otentifikasi minyak atsiri, yang akan dipadukan dengan teknologi 4.0 dan masuk ke dalam ekosistem SINDI 4.0.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top