Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 30 Nov 2017, 06:30 WIB

'Bandara I Gusti Ngurah Rai Telah Dibuka, tapi Tetap Dievaluasi'

Foto: istimewa

Tidak ketinggalan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) fokus memberikan pelayanan transportasi bagi masyarakat dan wisatawan di sana.


Untuk mengetahui lebih jauh terkait langkah yang dilakukannya, berikut perbincangan Koran Jakarta dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenhub, Sugihardjo, di Jakarta, Rabu (29/11).


Bisa diinfokan situasi terkini?


Laporan dari Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub menyatakan bahwa telah dibuka kembali operasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai pada hari Rabu (29/11) pukul 15.00 Wita.

Pembukaan tersebut dikarenakan ruang udara di seputar bandara sudah tidak tertutupi oleh vulcano ash (debu vulkanik) akibat Erupsi Gunung Agung.

Informasi perihal pembukaan Bandara Ngurah Rai tersebut telah disebarkan ke semua penyelenggara penerbangan nasional dan internasional melalui notam No A4300/17 NOTAMC A4298/17.


Dengan dibuka Bandara I Gusti Ngurah Rai berarti aktivitas penerbangan sudah normal?


Untuk saat ini dapat kita umumkan sudah bisa beroperasi kembali maskapai dari dan ke I Gusti Ngurah Rai.


Apa yang mendasari bandara tesebut dapat beroperasi kembali?


Dari hasil rapat koordinasi Emergency Operation Centre (EOC) pada hari ini pukul 13.00 Wita, didapat kesimpulan bahwa sebaran vulcano sudah bergerak ke arah tenggara dan sudah tidak menutupi ruang udara I Gusti Ngurah Rai. Dengan demikian, aktivitas penerbangan di Bandara tersebut sudah bisa dilaksanakan dengan normal.


Lalu, bagaimana dengan kondisi Gunung Agung?


Dalam rapat tersebut diperoleh informasi bahwa kondisi tremor Gunung Agung menunjukkan penurunan dan letusan berkurang dengan ketinggian letusan juga turun. Status VONA (Vulcano Observation Notice for Aviation) Gunung Agung sudah menurun dari Red ke Orange.


Apakah pembukaan bandara ini akan seterusnya?


Nah, ini yang belum dapat kami pastikan. Sebab, buka dan tutup bandara terus dievaluasi setiap enam jam berdasarkan beberapa sumber data, di antaranya Satelit BMKG Himawari, Satelit Australia di Darwin, Paper Test di bandara, serta informasi dari pilot.


Lalu, apa yang menjadi alasan bandara ditutup?


Beberapa alasan mengapa buka-tutup bandara tergantung kepada sebaran debu vulkanik karena debu tersebut dapat mengganggu penerbangan.


Apakah hal ini berbahaya?


Jadi, kalau debunya terlalu tinggi, berbahaya pada engine pesawat. Jika tersedot ke mesin akan mengganggu sehingga menyebabkan (mesin) tidak berfungsi akan berakibat fatal.

Kedua, di samping mengganggu visual, juga kalau terkena ke kaca cockpit bisa menimbulkan flek dan mengganggu pandangan. Ketiga, jika jatuhnya debu ke landasan, akan menimbulkan efek slippery (licin) dan itu harus dibersihkan dulu baru didarati (pesawat).


Seandainya ada penutupan bandara lagi, apa yang akan dilakukan Kemenhub?


Pertama kami akan melakukan pengalihan penerbangan atau divert yang disiapkan untuk pengalihan rute penerbangan saat Bandara Ngurah Rai ditutup. Sepuluh bandara untuk divert (pengalihan) yaitu, Jogjakarta, Solo, Surabaya, Banyuwangi, Lombok, Makassar, Balikpapan, Ambon, Manado, dan Kupang.


Lalu, buat para penumpang yang di Bali?


Untuk penduduk lokal atau wisatawan yang akan keluar dari Bali, perjalanan juga disiapkan 100. Itu bus 40 dan DAMRI dan 60 dari Organda bus-bus untuk antarpenumpang ke Terminal Mengwi dan beberapa tujuan atau menyeberang ke Banyuwangi, bisa lanjut pesawat naik Banyuwangi atau bisa Banyuwangi ke Surabaya atau ke Stasiun Kereta.


Untuk moda kereta ikut membantu mengangkut penumpang?


Ia stasiun kereta yang disinggahi oleh penumpang kita menambah satu rangkaian, biasanya lima rangkaian sekarang ditambah saru rangkaian Mutiatra Timur dengan kapasitas 650 orang. m.zaki alatas/AR-3

Penulis: Mohammad Zaki Alatas

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.