Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Balada Perempuan Penjaga Hutan Lindung di Aceh

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Sumini mengatakan tujuan mereka mendirikan organisasi ini untuk menjaga hutan dari perambahan, terlebih lagi banjir bandang pernah menimpa desa mereka pada tahun 2015, yang merusak sekitar 12 rumah. "Selama ini telah terjadi perambahan merajalela oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk dijadikan kebun kopi. Makanya sekarang, sudah banyak terjadi longsor, bencana alam terus terjadi di kampung kami. "Jadi MpU Uteun ini sangat bersemangat untuk menjaga hutan, agar tidak terus terjadi banjir bandang yang sangat mengerikan," kata Sumini.

Menurut Sumini, ada sekitar 251 hektare area hutan lindung yang berada di bawah tanggung jawab mereka. Mereka juga bertugas menjaga Daerah Aliran Sungai (DAS) Wih Gile yang menjadi sumber mata air untuk enam desa tetangganya. "Karena kalau sudah terus terjadi bencana, sumber air minum kita sudah pasti terganggu. Dari situ kami terus ingin bersemangat dengan ibu-ibunya, gimana terus menerus kami akan menjaga hutan, agar tetap sumber air minum kami, sumber kehidupan kami itu tetap terjaga terus menerus."

'Kelebihan' ranger perempuan hadapi perambah hutan

Untuk menjalankan tugas patroli, ranger MpU Uteun dibagi dalam dua tim. Siapa pun bisa bergabung asal mendapatkan izin dari suami atau orang tua. Sumini menjelaskan, "Kami melakukan patroli selama lima hari dalam satu bulan, dengan dibagi dua regu. Jadi dalam satu bulan itu kami 10 hari melakukan patroli. Satu regu itu delapan orang, lima laki -laki dan tiga perempuan. Nah, kami selama patroli juga didampingi oleh bapak-bapak dan anak muda juga."

Kehadiran para ranger perempuan ini dinilai memudahkan para penjaga hutan dalam memberikan arahan bagi pelaku penebangan liar dan perambah hutan. "Kalau kita ibu-ibu yang ngobrol dengan orang laki-laki yang [lakukan] ilegal logging atau perambah hutan lebih didengarkan, tapi kalau bapak-bapak yang ngomong langsung sama-sama panas," kata Sumini. Sejauh ini, menurut Sumini, perambah hutan atau pelaku pembalakan liar yang mereka temui adalah warga dari desa sekitar.
Halaman Selanjutnya....


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Zulfikar Ali Husen

Komentar

Komentar
()

Top