Bakteri di Usus Berpengaruh Pada Kesehatan Mental
Foto: istimewaDalam dunia kesehatan saat ini terdapat istilah yang disebut dengan psikobiotik (psychobiotics). Istilah tersebut merujuk pada bakteri hidup yang jika dicerna dalam jumlah secara tepat, dapat memberi manfaat bagi kesehatan mental karena dapat mempengaruhi mikrobiota pada organisme inang.
Society of Biological Psychiatry didefinisikan psikobiotik sebagai organisme hidup yang bila tertelan dalam jumlah yang memadai, menghasilkan manfaat kesehatan pada pasien yang menderita penyakit kejiwaan. Bakteri probiotik ini memberikan efek menguntungkan pada kesehatan mental dan suasana hati dalam beberapa cara yang berbeda.
Menurut buku karya Profesor Eva M Selhub dan rekan di Harvard Medical School, bakteri psikobiotik terlibat dalam memproduksi neurokimia, seperti serotonin dan asam gamma-aminobutyric (GABA), yang memodulasi suasana hati, mengaktifkan jalur saraf antara usus dan otak, membatasi produksi sitokin inflamasi.
Selain itu beberapa bakteri psikobiotik seperti kelompok bakteri Mycobacterium vaccae, Faecalibacterium, Bifidobacterium dan Lactobacillus, dapat mengurangi peradangan di tubuh dan otak, dan meningkatkan status gizi umum.
Bakteri-bakteri tersebut juga dapat mengurangi bakteri jahat (patogen) di usus seperti jenis yersinia, shigella, salmonella, campylobacter dan E coli, yang bisa menyebabkan banyak masalah kesehatan yang berbeda di seluruh tubuh
"Satu dekade yang lalu, gagasan bahwa bakteri di usus Anda dapat memandu perilaku dan kesehatan mental Anda dipandang sebagai sangat aneh," kata psikolog klinis di Sheppard Pratt Health System di Baltimore, Faith Dickerson, PhD, MPH, dalam tulisannya pada laman The American Psychological Association.
Triliunan mikroba di saluran pencernaan secara kolektif dikenal sebagai mikrobioma mempengaruhi kesehatan dengan cara yang tak terhitung banyaknya. Di dalam usus psikobiotik memprogram sistem kekebalan. Sistem kekebalan yang diprogram lalu membantu menciptakan nutrisi, untuk bertahan melawan infeksi, dan menghasilkan zat kimia saraf yang penting untuk fungsi otak.
Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti telah mengumpulkan bukti meyakinkan mikroorganisme yang ada usus berpengaruh terhadap kesehatan mental dan juga kognisi. "Kami menyebut ini sebagai sumbu mikrobioma-usus-otak, dan sumbu itu adalah dua arah," kata profesor fisiologi integratif di University of Colorado Boulder, Christopher Lowry, PhD, yang mempelajari mekanisme saraf yang mendasari fisiologi terkait stres dan perilaku emosional.
Menurut Lowry mikrobioma dan usus berkomunikasi dengan otak, dan sebaliknya otak berkomunikasi dengan usus dan mikrobioma (microbiome). Namun para ahli masih perlu mempelajari bagaimana cara komunikasi antar keduanya.
"Memang, para ilmuwan yang berangkat untuk menjelajahi hal ini sering kagum dengan kompleksitas sistem," kata ahli gastroenterologi dan ahli saraf di David Geffen School of Medicine di University of California, Los Angeles, Emeran Mayer, MD.
Otak Kedua
Beruntungnya, para peneliti di berbagai bidang termasuk psikologi, mikrobiologi, dan neurobiologi tidak terpengaruh kompleksitas yang dihadapi. Mereka menyatakan fokus pada menemukan manfaat pencernaan dan kekebalan dari probiotik, meski penjelasan ilmiah pada hal tersebut masih dipelajari.
Dalam memanfaatkan hubungan yang baik antara usus dan otak peneliti psikobiotik mencoba mempelajari prospek mengobati gangguan kejiwaan dan perilaku dengan perubahan pola makan atau suplemen psikobiotik yang diisi dengan mikroba yang bermanfaat bagi otak. "Saya pikir kami memiliki banyak alasan untuk optimis pada masa depan psikobiotik ini," kata Lowry.
Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah mengamati hubungan antara usus dan sistem saraf. Para peneliti telah menggambarkan "otak kedua" yang penting di usus, jaringan kompleks neuron dan neurotransmitter yang dikenal sebagai sistem saraf enterik.
Sementara itu, para ilmuwan telah mencatat bahwa masalah usus dan gangguan kesehatan mental sering terjadi bersamaan. "Ada sejumlah jenis bukti yang berbeda untuk koneksi usus-otak ini," kata Dickerson.
Lowry mengatakan, para peneliti telah mengidentifikasi serangkaian mekanisme potensial untuk menjelaskan pola-pola itu, yang mungkin bekerja secara paralel. Jalur pesan dari saluran pencernaan ke otak di sepanjang saraf vagus, yang membentuk jalan raya langsung dari usus ke batang otak. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Gara-gara Perkawinan Sedarah, Monyet Salju Jepang di Australia akan Dimusnahkan
- 2 Ini yang Dilakukan Pemkot Jaksel untuk Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok Jelang Natal
- 3 Prabowo Dinilai Tetap Komitmen Lanjutkan Pembangunan IKN
- 4 Kemendagri Minta Pemkab Bangka dan Pemkot Pangkalpinang Siapkan Anggaran Pilkada Ulang Lewat APBD
- 5 Natal Membangun Persaudaraan
Berita Terkini
- Lapas Banjarmasin Terima Dua Tersangka Korupsi Titipan KPK
- Penjabat Gubernur Mempromosikan Wisata Waduk Manggar Balikpapan
- Ancaman Siber Berbasis AI Akan Lebih Besar dan Berani
- Laos dan Filipina Bermain Imbang 1-1 di Grup B Piala AFF 2024
- The Fed Diperkirakan Akan Memangkas Suku Bunga pada Pertemuan Terakhir Era Biden