Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 25 Jan 2021, 19:59 WIB

Bahaya Kelaparan Tersembunyi

Foto:

JAKARTA - Salah satu masalah kekurangan gizi yang tidak tampakkelaparan tersembunyi atau hidden hunger (HH). Berbeda dengan kelaparan biasa dengan penderita kurus dan lemah, HH tidak terlihat dengan jelas.

HH berupa kekurangan terutama gizi mikro sseperti yodium, zat besi, vitamin A, dan seng. Kondisi ini tidak memunculkan indikasi busung lapar atau gizi buruk, tetapi telah menimbulkan beberapa masalah kesehatan yang berkepanjangan.

Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB University Prof Dr Ir Dodik Briawan MCN mengatakan, Indonesia masih memiliki beban HH yang besar. Dampak kekurangan gizi mikro terhadap kualitas penduduk dan potensi kerugian ekonominya sungguh luar biasa.

"Kondisi ini timbul akibat kekurangan zat gizi mikro seperti yodium, zat besi, vitamin A dan seng ini telah menimbulkan beberapa masalah kesehatan yang berkepanjangan," ajar dia dalam webinar yang diselenggarakan UnileverIndonesia Senin (25/1).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 memperlihatkan 48,9 persen ibu hamil di Indonesia menderita anemia. Pada Riskesdas 2013 melaporkan sebesar 14,9 persen anak usia sekolah berisiko kekurangan iodium.

Dodik mengatakan, masyarakat seringkali masih abai dengan HH, karena meskipun kekurangan gizi namun penderitanya tidak merasa kelaparan karena asupan gizi makronya terpenuhi. "Jika tidak segera mendapatkan perhatian, akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia dalam jangka panjang baik secara fisik maupun psikis," ujar dia.

Pada anak-anak yang sedang tumbuh HH bisa menimbulkan IQ lost yang terjadi akibat defisiensi atau kekurangan gizi mikro. Penyakit anemia akibat kurang gizi mikro zat besi menyebabkan penduduk Indonesia kehilangan 40-80 juta IQ poin. Sementara itu, defisiensi yodium melenyapkan 150 juta IQ poin. Problem gizi mikro menjadi bom waktu yang berdampak negatif bagi mutu bangsa.

Anemia pada HH terjadi karena kekurangan zat besi, jal ini menjadi faktor risiko dominan munculnya defisiensi seng. Hasil penelitian Riyadi (2002) mengungkapkan bahwa anak-anak bawah dua tahun (baduta) yang anemia berpeluang 2,5 kali lipat untuk mengalami kekurangan seng.

Untuk mencegah terjadinya HH perlu asupan zat gizi mikro berupa yodium, zat besi, vitamin A dan seng dapat dipenuhi dengan memastikan sajian makanan beragam di rumah sejak dini. Namun langkah krusial ini masih belum dilakukan banyak orang tua.

Dokter Spesialis Gizi Klinik dr. Diana F. Suganda, Sp.GK, M.Kes berpendapat, orang tua perlu memperkaya pengetahuan dan kreativitas dalam memenuhi nutrisi seluruh keluarga dengan garam beryodium. "Sayangnya, pengetahuan sebagian masyarakat mengenai manfaat dari iodium masih terbatas pada upaya pencegahan penyakit gondok," ujar dia.

"Dampak dari kekurangan yodium jauh lebih luas dan dapat terjadi pada semua usia. Kekurangan yodium dapat mengakibatkan perkembangan otak terganggu," ujar dia.

Director of Foods & Refreshment PT Unilever Indonesia Tbk Hernie Raharja, mengatakan, memahami kebutuhan gizi di masyarakat menambahkan yodium pada produk Royco Kaldu Ayam dan Sapi.

"Royco mencermati salah satu permasalahan gizi yang masih dihadapi oleh masyarakat Indonesia, yakni hidden hunger. Kondisi kekurangan gizi ini masih sering diabaikan karena dampaknya baru terlihat dalam jangka panjang," ujar dia. hay/G-1

Redaktur: Aloysius Widiyatmaka

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.