Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sejarah Maritim

Bagaimana Kehidupan Bajak Laut  yang Sebenarnya?

Foto : afp/ PAUL J. RICHARDS
A   A   A   Pengaturan Font

Selama Masa Keemasan Pembajakan, ribuan pelaut berupaya mencari ketenaran dan kekayaan. Banyak pelaut ingin berpetualang seperti Kapten Jack Sparrow, sosok bajak laut yang sebenarnya hanya khayalan Robert Louis Stevenson dalam novel yang ia tulis pada tahun 1883, berjudul "Treasure Island".

Tiga ratus tahun yang lalu, sebuah revolusi kebudayaan meledak di London timur. Jalan sempit di Paternoster Row terasa seperti tempat yang tidak mungkin menjadi tempat lahirnya bajak laut Karibia. Namun tempat ini pernah menjadi jantung industri penerbitan di ibu kota Inggris dan tempat peradilan bagi para perampok yang paling ditakuti.

Paternoster Row berdiri beberapa blok jauhnya dari Pengadilan Old Bailey dan Penjara Newgate, tempat begitu banyak "anjing laut", sebutan untuk pelaut berpengalaman, diseret dengan rantai, diadili dan dijatuhi hukuman mati. Maka pantaslahA General History of the Pirates, buku biografi komprehensif yang membentuk persepsi tentang bajak laut dulu dan sekarang, pertama kali dijual di sini pada Mei 1724.

Penulis buku tersebut, Kapten Charles Johnson, memiliki buku terlaris hingga dicetak sebanyak 4 edisi. Terjemahan buku ini bahkan dibuat dalam bahasa Belanda, Jerman, dan Prancis.

Tiga abad kemudian, buku laris tersebut masih dicetak. Bab demi bab, buku ini memperkenalkan para bajak laut yang kini menjadi nama yang akrab di telinga, mulai dari Henry Avery, Blackbeard, hingga Anne Bonny, tokoh-tokoh yang menginspirasi film-film hits televisi sepertiBlack SailsdanOne Piece. Mereka bahkan memberi keuntungan bagi waralabaPirates of the Caribbeansenilai 4,5 miliar dollar AS.

Namun, sebagian besar dari apa yang dipikirkan dan diketahui tentang masa keemasan pembajakan, ternyata tidak seperti yang terlihat. Johnson tidak pernah ada karena ia adalah nama samaran untuk seorang penulis yang juga diidentifikasi sebagai Daniel Defoe atau Nathaniel Mist.

Sebagian besar klise pada zaman itu membicarakan seputar peta harta karun yang terkubur. Bajak laut pemabuk seperti karakter Kapten Jack Sparrow sebenarnya adalah khayalan, yang diciptakan oleh Robert Louis Stevenson untuk novelnya pada 1883 yang berjudulTreasure Island.

"Pada novel pertama tentang bajak laut, kisah Stevenson mengokohkan gambaran spesifik tentang bajak laut dalam imajinasi populer," kata Rebecca Simon, penulisThe Pirates Code: Laws and Life Aboard Ship. "Hampir semua hal tentang bajak laut dalam budaya pop berasal dariTreasure Island," imbuh dia seperti dikutip olehSmithsonian Magazine.

Jadi, seperti apa sebenarnya bajak laut Karibia itu? Apakah benar mereka itu adalah kaum revolusioner yang mendirikan republik bajak laut di mana setiap orang bebas dan setara? Atau hanya musuh seluruh umat manusia yang ingin merampas uang semata?

Secara keseluruhan, sekitar 4.000 "anjing laut" telah mengusik jalur laut dunia selama masa keemasan pembajakan. Pada 1690-an, bajak laut awal berlayar antara India bagian barat dan pantai Laut Merah di Yaman dan Arab Saudi saat ini. Beberapa dekade kemudian, pada 1710-an dan 1720-an, mereka mengalihkan perhatian mereka ke jalur pelayaran Spanyol dan Eropa di Karibia dan pedagang budak di lepas pantai Afrika Barat.

Impian yang Menyatukan

Pada puncak kekacauan, sekitar tahun 1720, terdapat hingga 32 kapal bajak laut yang diawaki oleh 2.400 pelaut multietnis mengganggu Karibia pada waktu tertentu. Sekitar setengahnya adalah orang Inggris. Seperempat dari bajak laut Inggris ini berasal dari kota pelabuhan Bristol, Liverpool dan Plymouth, sementara sepertiga lainnya berasal dari London Raya. Seperempat dari seluruh perompak adalah orang Amerika Utara terutama dari Boston, Rhode Island, New York, dan Charleston.

"Bajak laut adalah manusia laut, bukan bangsawan yang dianiaya dan membalas dendam atas kehilangan kehormatan mereka, seperti yang Hollywood ingin kita percayai," kata Marcus Rediker, penulisVillains of All Nations: Atlantic Pirates in the Golden Age. "Beberapa dari mereka telah menjadi pekerja tepi laut yang diperbudak, beberapa lagi adalah nelayan dan orang awam biasa. Sebagian besar dari mereka adalah pelaut di Angkatan Laut Kerajaan Inggris dan khususnya industri pelayaran dagang, di mana mereka pernah mengalami pekerjaan yang menantang maut, dan makan makanan yang buruk," ungkap dia.

Satu dari lima perompak memulai usahanya setelah melakukan pemberontakan di laut, namun sebagian besar menjadi sukarelawan setelah perompak menyita kapal dagang mereka. Para tukang kayu dan dokter yang berketerampilan tinggi mungkin akan direkrut secara paksa, namun sebagian besar kapten kapal, seperti Samuel "Black Sam" Bellamy. Ia memaksa siapapun untuk ikut bersama mereka, dan mengatakan bahwa mereka tidak akan menerima siapapun yang bertentangan dengan keinginan mereka.

Yang menyatukan para bajak laut yang berbeda ini adalah impian untuk menghasilkan banyak uang karena seorang bajak laut bisa mendapatkan 100 hingga 1.000 kali lipat gaji seorang pelaut.

Pada Juli 1693 misalnya, bajak laut bernama Thomas Tew dari Rhode Island menjarah emas dan perak senilai 100.000 poundsterling, permata, mutiara, gading gajah, rempah-rempah, sutra, dan bubuk mesiu, dari sebuah kapal yang menuju tempat yang sekarang menjadi wilayah Arab Saudi.

Kemudian, pada bulan September 1695, Avery melucuti kapal harta karun Kaisar Mughal Aurangzeb dan mendapatkan 600.000 poundsterling berupa emas, perak, dan permata, sebuah hasil jarahan terbesar dalam sejarah bajak laut.

Meskipun saat ini penekanannya adalah pada bajak laut Karibia, kapal-kapal terkaya berlayar antara pelabuhan Laut Merah di Jeddah di Arab Saudi modern, Mocha di Yaman, dan Surat di India. Namun para perompak tidak selalu menghabiskan rejeki nomplok mereka dengan bijak.

Selama Perang Suksesi Spanyol, yang berlangsung dari 1701 hingga 1714, pihak swasta yang dikontrak oleh pemerintah Eropa untuk menyita kapal musuh, bisa menyimpan sekitar 80 persen hasil jarahan mereka. Segera setelah perdamaian ditandatangani, sumber pendapatan yang menguntungkan ini lenyap.

"Zaman keemasan pembajakan berakhir dengan pertumpahan darah pada tahun 1720-an, ketika gubernur kerajaan menggantung ratusan bajak laut. Padahal selama tahun-tahun kejayaannya yaitu pada tahun 1716 hingga 1726, bajak laut telah menyebabkan lebih banyak kerusakan pada perdagangan Atlantik Inggris dibandingkan Prancis dan Spanyol dalam Perang Suksesi Spanyol saat itu," papar Rediker. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top