
Badiul Fitra: Stimulus Fiskal Lebih Tepat Ketimbang Turunkan Suku Bunga
Pengamat Kebijakan Publik Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Badiul Hadi mengatakan, penurunan suku bunga acuan akan efektif jika konsumsi dan investasi sudah kuat
Foto: istimewaJAKARTA-Pengamat Kebijakan Publik Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Badiul Hadi mengatakan, Negara-negara maju rata-rata menjadikan kebijakan stimulus fiskal dibandingkan menurunkan suku bunga acuan.
Karena, penurunan suku bunga acuan akan efektif jika konsumsi dan investasi sudah kuat. "Ketika konsumsi melemah maka kebijakan penurunan suku bunga acuan kurang efektif karena daya beli masyarakat menurun dan permintaan tetap rendah,"tegasnya menanggapi langkah BI menurunkan suku bunga acuan, Minggu (19/1)
Dalam konteks ekonomi Indonesia dimana sedang terjadi pelemahan konsumsi rumah tangga sebagai penyokong ekonomi maka penurun suku bunga cadangan kurang efektif. Akan lebih efektif jika pemerintah mengambil kebijakan stimulus fiskal seperti subsidi, belanja pemerintah atau bantuan langsung tunai yang menyasar masyarakat secara langsung dan sektor riil dan ini lebih mampu mendorong perekonomian.
"Jika belajar dari banyak kasus yang terjadi di negara maju saat menghadapi resisi atau ketidakpastian, pemberlakukan kombinasi kebijakan kerap dilakukan misalnya stimulus fiskal diimbangi dengan kebijakan moneter yang longgar, tetapi fokusnya tetapi dorongan pada sektor riil,"ungkap Badiul
Pada posisi ini terangnya, pemeintah Indonesia tidak ada salahnya meniru pola pola negara maju itu, sambil melakukan evaluasi apakah belanja pemerintah sudah berjalan efektif atau justru tersendat oleh serapan anggaran.
Kritik terhadap penurunan suku bunga acuan tidak mesti dimaknai dengan penurunan suku bunga kredit, karena itu hal yang berbeda. Dalam kondisi pelemahan konsumsi insentif moneter harus dibarengi kebijakan fiskal yang kuat. "Secara pronsip integrasi antara kebijakan moneter dan fiskal berguna menjaga konsumsi dan stabilitas pemulihan ekonomi,"pungkas Badiul.
Diketahui, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) Bulan Januari 2025 pada Selasa (14/1) dan Rabu (15/1) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi berada di level 5,75 persen.
Suku bunga deposit facility turun 25 bps menjadi di level 5 persen. Sedangkan suku bunga lending facility juga diputuskan untuk turun 25 bps menjadi di level 6,5 persen
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Polresta Cirebon gencarkan patroli skala besar selama Ramadhan
- 2 Kota Nusantara Mendorong Investasi Daerah Sekitarnya
- 3 Ini Klasemen Liga 1 Setelah PSM Makassar Tundukkan Madura United
- 4 Pemerintah Kabupaten Bengkayang Mendorong Petani Karet untuk Bangkit Kembali
- 5 Negara-negara Gagal Pecahkan Kebuntuan soal Tenggat Waktu Laporan Ikim PBB