Ayo Perkuat Kolaborasi, Asean Jadi Kawasan Stabil di Tengah Ketegangan Geopolitik
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menyampaikan pidato kunci dalam acara Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025 di Jakarta, Selasa (10/12).
Foto: ANTARA/Bayu SaputraJAKARTA – Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau Association of Southeast Asian Nations (Asean) menjadi kawasan yang relatif stabil di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global. Situasi politik yang stabil ini dapat meyakinkan lebih banyak investor untuk menanamkan modalnya di negara-negara Asean, termasuk Indonesia.
“Di tengah ketidakpastian, kita baru-baru ini mendengar Perang Gaza belum berakhir, kemudian juga Ukraina-Russia masih panas, dan terakhir perubahan (pemerintahan) di Suriah yang juga kita belum tahu siapa yang akan meng-govern di sana, yang memimpin pemerintahan di sana.” kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam acara Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025 di Jakarta, Selasa (10/12).
Namun, tambah Airlangga, di tengah ketidakpastian, ada satu wilayah yang selama dua dekade relatif aman, yaitu Indo-Pasifik. Di Indo-Pasifik, Asean menjadi kerja sama regional yang paling stabil dan hampir seluruh negara,
Seperti dikutip dari Antara, Airlangga mengatakan perekonomian Asean menunjukkan kinerja positif dalam satu dekade terakhir dengan pertumbuhan rata-rata 4–5 persen serta menjadi perekonomian terbesar kelima, eksportir terbesar keempat, dan pada 2022 lalu menjadi tujuan investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) terbesar kedua.
Airlangga menekankan Asean telah menjadi model kerja sama regional yang stabil, dengan pertumbuhan ekonomi anggotanya rata-rata sekitar 4 persen. Dengan populasi sekitar 600 juta, Asean membuat wilayah Indo-Pasifik lebih “dingin” di tengah panasnya tensi global antara Timur dan Barat, termasuk perang dagang Tiongkok-Amerika.
Tetap Mewaspadai
Kemudian, di tengah semakin kompleksnya dinamika geopolitik, Airlangga tetap mewaspadai adanya perbedaan pendekatan kebijakan perdagangan antara negara-negara Asean dan AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump yang baru terpilih.
Pendekatan Asean yang mengedepankan kerja sama multilateral, menurutnya, diperkirakan bakal kurang cocok dengan gaya kepemimpinan Trump yang cenderung memprioritaskan hubungan bilateral antaranegara.
“Kita ketahui bahwa the new president (Trump) di Amerika lebih menghargai bilateral daripada multilateral. Tetapi, negara-negara Asean percaya multilateral akan membawa kesejahteraan bersama. Nah, ini merupakan tantangan-tantangan yang ada ke depan,” jelasnya.
Lebih lanjut dalam pidatonya, Airlangga menyampaikan proyeksi optimistis Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) terhadap ekonomi Indonesia. Proyeksi OECD menunjukkan pertumbuhan Indonesia akan mencapai 5,1 persen pada 2024 dan 5,2 persen pada 2025.
Berita Trending
- 1 Jangan Lupa Nonton, Film "Perayaan Mati Rasa" Kedepankan Pesan Tentang Cinta Keluarga
- 2 Trump Mulai Tangkapi Ratusan Imigran Ilegal
- 3 Menkes Tegaskan Masyarakat Non-peserta BPJS Kesehatan Tetap Bisa Ikut PKG
- 4 Sekolah Swasta Gratis Akan Diuji Coba di Jakarta
- 5 Ketua Majelis Rektor: Rencana Kampus Kelola Tambang Jangan Jadi Masalah Baru