Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Awas, Infeksi Cacing Picu Stunting pada Anak

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Menurut data terbaru Badan Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 1,5 miliar orang di seluruh dunia atau sekitar 24 persen menderita cacingan. Cacingan secara luas tersebar di daerah tropis dan sub-tropis, dengan jumlah yang cukup besar di Sub-sahara Afrika, Amerika dan Asia Timur.

Berdasarkan data pada 2015 dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan (Kemkes), penyakit cacingan menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia dengan tingkat prevalensi hingga 28,12 persen. Parahnya, angka tersebut pun belum mewakili banyak daerah di Indonesia yang memiliki potensi prevalensi di atas 50 persen.

Infeksi cacing dapat menyebabkan malnutrisi yang menghambat pertumbuhan atau lebih dikenal dengan istilah stunting. Kondisi ini akan mempengaruhi perkembangan fisik dan tumbuh kembang anak sehingga mereka tidak dapat berkembang secara optimal. Lebih dari itu, rendahnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit cacingan dan gejala yang tidak terlihat, membuat penyakit ini menjadi sering terabaikan.

Penuntasan masalah stunting saat ini telah menjadi perhatian pemerintah. Program ini juga telah menjadi salah satu fokus utama dari Presiden Joko Widodo yang menghimbau semua pihak, baik pemerintah pusat sampai desa untuk dapat menekan prevalensi angka stunting di Indonesia melalui berbagai upaya seperti menu bergizi untuk ibu hamil dan anak dan menggalakkan pentingnya pola hidup bersih dan sehat.

Dukungan perusahaan terhadap sejumlah program pemerintah Indonesia - termasuk kampanye kecacingan - sebenarnya telah dimulai sejak beberapa tahun sebelumnya. Pada Juni 2016, PT Johnson & Johnson Indonesia dan Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Pusat telah menandatangani perjanjian kerjasama di Indonesia.

Devy Yheanne, Country Leader of Communications & Public Affairs, PT Johnson & Johnson Indonesia menuturkan cacingan masih menjadi penyakit yang kerap diderita anak-anak di Indonesia dan prevalensi cacingan di Indonesia relatif masih tinggi dan menyebar di seluruh wilayah.

"Demi mendukung anak Indonesia agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, kami ingin mengajak para orang tua untuk melakukan pencegahan cacingan dengan cara memberikan obat cacing secara rutin setiap 6 bulan sekali atau minimal 1 tahun sekali, terutama jika anak sudah memasuki usia 2 tahun," ungkapnya.

Waspadai Gejalanya

Cacing dapat masuk ke tubuh manusia karena adanya kontak langsung antara kulit dengan tanah yang terkontaminasi larva atau telur cacing. Di dalam tubuh manusia, cacing akan berkoloni dan berkembang biak di usus lalu menyerap nutrisi yang masuk tubuh seperti karbohidrat dan protein.

"Alhasil anak mengalami defisiensi nutrisi, anemia, bahkan membuat stunting," jelas Juwalita Surapsari, dokter Spesialis Gizi Klinis pada acara Edukasi Mengenai Infeksi Cacing dan Hubungannya Terhadap Gangguan Gizi yang Berdampak Stunting.

Secara sederhana, lanjutnya, masalah stunting adalah ketika tinggi badan anak kita tidak sama dengan anak-anak seusianya. WHO menyebutkan anak masuk kategori stunting kalau tinggi badannya berada di level minus 2.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menyebutkan prevalensi infeksi cacing pada anak adalah 37,2 persen. "Dari data Riskesdas ini artinya, 1 dari 3 anak terkena stunting," jawab Juwalita.

Juwalita menyebutkan, anak yang mengalami stunting bisa mengalami gangguan perkembangan otak (IQ rendah), sistem imun yang lemah sehingga mudah terkena infeksi.

Tapi stunting ini bisa dicegah. Caranya dengan memerhatikan kecukupan nutrisi pada 1.000 hari pertama yang dimulai dari dalam kandungan sampai berusia 2 tahun. Tak hanya itu, kita juga harus memutus mata rantai penularan infeksi cacing karena terbukti infeksi ini menyebabkan stunting pada anak. Bahkan siklus kejadiannya bisa berujung pada kualitas individu di Indonesia.

Hal ini juga diamini Elizabeth Jane Soepardi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Ditjen P2P Kemkes. Menurut Elizabeth, anak perempuan yang mengalami stunting berisiko melahirkan bayi prematur atau bayi dengan berat badan kurang. "Apalagi jika stunting yang dialami ibu hamil karena infeksi cacing berulang membuat ibu mengalami anemia dan ini tidak akan bisa dikoreksi. Di sinilah bahayanya stunting yang diakibatkan oleh infeksi cacingan," ujarnya.

Kebanyakan orang yang terinfeksi cacingan tidak menunjukkan gejala yang spesifik karena sering diabaikan. Tapi orang tua sebaiknya mulai waspada ketika anak mulai menunjukkan gejala tidak nafsu makan.

Juwalita menjelaskan, tidak nafsu makan menjadi gejala yang paling sering terlihat karena infeksi membuat tubuh mengeluarkan zat-zat yang sifatnya inflamasi dan membuat berkurangnya nafsu makan. "Orang tua harus semakin curiga kalau anak terinfeksi cacingan jika telapak tangan atau selaput matanya pucat," tambahnya.

Adapun dampak jangka pendek yang disebabkan cacingan adalah tubuh akan kekurangan zat besi yang sangat penting untuk memproduksi hemoglobin. Tubuh memerlukan hemoglobin untuk mengangkut oksigen dari usus ke seluruh organ tubuh.

Sedangkan untuk dampak jangka panjangnya, infeksi cacingan pada anak akan menyebabkan malnutrisi. Jika dibiarkan dalam waktu lama akan memengaruhi pertumbuhan fisik serta mental anak. Bahkan dikhawatirkan malnutrisi akibat infeksi cacingan akan membuat anak memiliki kecerdasan di bawah rata-rata dan produktivitas yang rendah. Alhasil anak pun terhambat untuk meraih masa depan yang lebih baik. pur/R-1

Perhatikan Cara Pencegahannya

Dampak dari infeksi cacingan ini tak hanya menghambat tumbuh kembang anak tapi juga menyebabkan kerugian ekonomi. Cacingan bisa diatasi dengan pemberian obat cacing. Jika pemberian obat cacing dilakukan secara masif maka tindakan ini bisa meningkatkan status gizi dan fungsi kognitif anak.

Melihat tingginya prevalensi infeksi cacing ini maka Ditjen P2P Kemkes mengadakan program pembinaan perbaikan gizi masyarakat yang sudah dimulai sejak 2015. Program ini memiliki dua target utama. Pertama menurunkan prevalensi cacingan pada usia balita, usia pra sekolah, dan anak usia sekolah dasar sebesar 10 persen secara bertahap. Target keduanya meningkatkan capaian cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Cacingan minimal 75 persen.

POPM Cacingan dilangsungkan dua kali dalam setahun, setiap Februari dan Agustus untuk kabupaten atau kota dengan prevalensi infeksi cacingan di atas 50 persen. Sedangkan pada daerah dengan prevalensi 20 sampai kurang dari 50 persen, pemberian obat cacing dilakukan setahun sekali.

Adapun obat cacing yang dibagikan secara massal oleh Kemkes adalah Albendazole dosis tunggal 400mg. Dan untuk menyempurnakan pemutusan rantai penularan infeksi cacingan, kita juga perlu memerhatikan kebersihan perorangan seperti membiasakan cuci tangan pakai sabun pada lima waktu kritis yaitu sebelum makan, sehabis buang air besar, sebelum menyusui, sebelum menyiapkan makan, setelah menceboki bayi, dan setelah kontak dengan hewan. pur/R-1

Komentar

Komentar
()

Top