Australia Terancam Resesi Ekonomi Menyusul Korsel dan Singapura
TOKO DI SYDNEY I Pejalan kaki berjalan melewati toko yang bertuliskan “disewakan†di Sydney, Kamis (23/7). Pejabat pemerintah mengatakan ekonomi Australia harus menghadapi resesi untuk yang pertama kalinya dalam hampir tiga dekade terakhir.
SYDNEY â€" Pemerintah AusÂtralia mengingatkan bahwa perekonomian negaranya akan mengalami kemerosotan terÂcepat sepanjang sejarah pada kuartal kedua tahun ini.
Defisit anggaran yang terÂjadi tahun ini juga menjadi yang terbesar sejak Perang Dunia II. Semua ini sebagai dampak dari pandemi wabah virus korona.
Sejak status pandemi diumumkan, pemerintah AusÂtralia telah membelanjakan puluhan miliar dolar untuk mengatasi beragam masalah yang timbul.
Sayangnya, pengeluaran besar-besaran ini tidak sejalan dengan pemasukan yang biasa didapat dari sektor industri serta aktivitas ekspor-impor.
Pandemi ini terasa makin buruk bagi Australia yang pada awal tahun lalu juga mesti berjuang menghadapi benÂcana kebakaran hutan besar-besaran.
GDP Australia akan mengalami kontraksi hingga 7 persen pada periode Aprilâ€"Juni 2020. Hal ini membuat ekoÂnomi Australia harus menghadapi resesi untuk yang perÂtama kalinya dalam hampir tiga dekade terakhir.
Sebelumnya, ada sejumÂlah negara kekuatan ekonomi global yang masuk ke dalam resesi. Selain Korsel, negara lain seperti Singapura, Jepang, Jerman, Prancis juga mengalaÂmi penurunan ekonomi ini.
Defisit Anggaran
Menteri Keuangan AusÂtralia, Josh Frydenberg, mengatakan bahwa defisit angÂgaran bisa saja melonjak menjadi 185 miliar dollar AusÂtralia hingga 30 Juni, hampir sepersepuluh dari total PDB. Pada 12 bulan sebelumnya, defisit anggara Australia juga tercatat sebesar 86 miliar dolÂlar Australia.
“Angka-angka kasar ini menunjukkan kenyataan pahit yang kita (Australia) alami. Prospek ekonomi sangat tidak pasti,†ungkap Frydenberg.
Sebagian besar perkiraan defisit berasal dari pengeluaran stimulus besar-besaran yang sengaja digelontorkan untuk menjaga perekonomian tetap bertahan dan mencegah meluasnya depresi ekonomi. Pemerintah Australia setidaknya sudah menggelontorkan sekitar 289 miliar dollar AusÂtralia stimulus ekonomi unÂtuk melindungi negara dan warganya.
Frydenberg menjelaskan stimulus ini umumnya dialoÂkasikan untuk mendukung para pekerja, bisnis, dan para pensiunan.
Akibat wabah ini juga angka pengangguran di Australia melonjak tajam. Sekarang jumÂlahnya mencapai 7,4 persen, tertinggi dalam dua dekade. Angka ini diperkirakan akan naik sampai 9,3 persen pada Desember nanti.
Melihat kondisi yang makin buruk ini, pemerintah AusÂtralia tetap percaya diri memÂperkirakan bahwa ekonomi bisa tumbuh kembali pada kuartal ketiga mengingat pemÂbatasan sosial sudah mulai longgar dan masyarakat sudah mulai kembali bekerja.
Terakhir, Frydenberg memÂperkirakan GDP Australia mampu tumbuh sampai 2,5 persen di tahun 2021 dengan asumsi bahwa pembatasan sosial skala internasional akan dicabut pada bulan Januari. AFP/P-4
Redaktur : Khairil Huda
Komentar
()Muat lainnya