Atol Pasifik Alami Kerugian akibat Naiknya Air Laut
Markas bank Dunia di Washington DC, AS
Foto: AFP/Tierney CROSSSYDNEY – Bank Dunia pada Kamis (14/11) membuat laporan bahwa beradaptasi dengan kenaikan muka air laut hingga 50 sentimeter akan menghabiskan biaya hampir 10 miliar dollar AS bagi tiga negara atol Pasifik yang paling rentan, setara dengan sekitar 20 tahun produk domestik bruto (PDB) mereka.
“Kiribati, Tuvalu, dan Kepulauan Marshall merupakan negara-negara terkecil, paling terpencil, dan tersebar di dunia. Negara ini membentang sepanjang 6,4 juta kilometer persegi di Samudra Pasifik, tempat penduduknya tinggal pada ketinggian tidak lebih dari 2 hingga 3 meter,” kata laporan itu.
Kenaikan muka air laut setinggi 50 sentimeter yang akan menenggelamkan sebagian besar negara-negara ini, dapat terjadi paling cepat pada tahun 2050 dalam skenario terburuk, atau lebih mungkin terjadi pada tahun 2070, dan sangat penting bagi pemerintah untuk bertindak berdasarkan rencana adaptasi sekarang, kata Bank Dunia.
Menurut laporan Bank Dunia, atol Pasifik menghadapi kesenjangan pendanaan iklim yang signifikan. Biaya adaptasi fisik, dengan membangun tembok laut di pusat kota, meninggikan rumah, dan relokasi ke pedalaman, untuk kenaikan permukaan laut hingga 0,5 meter, diperkirakan mencapai 3,7 miliar dollar AS untuk Kiribati, 1 miliar dollar AS untuk Tuvalu, dan 5 miliar dollar AS untuk Kepulauan Marshall. SB/ST/I-1
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
Berita Terkini
- Bappenas Targetkan Pertumbuhan Ekonomi Sasar Kelompok Bawah
- TNI Berperan Penting Ciptakan Suasana Kondusif Saat Pilkada
- Pasangan Risma-Gus Hans Sampaikan Permohonan Maaf di Akhir Masa Kampanye Pilgub Jatim
- Degrowth, Melawan Industrialisasi dan Konsumsi Berlebihan Demi Masa Depan yang Berkelanjutan
- Hardjuno Pertanyakan RUU Tax Amnesty Tiba-tiba Masuk Prolegnas Prioritas Saat RUU Perampasan Aset Tidak