Asing Was-was terhadap Kebijakan Trump, Saham Perbankan Loyo
Layar menunjukkan pergerakan harga saham saat pembukaan perdagangan saham awal tahun 2025 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak AJAKARTA - Pelemahan saham- saham perbankan di pasar saham Indonesia ditengarai akibat investor asing melakukan aksi jual bersih (foreign net sell), sebagai upaya mengantisipasi kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump.
Analis saham sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana menyebut tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan pasar saham Indonesia, membuat investor asing lebih selektif dalam memilih saham terutama pada sektor yang rentan terhadap fluktuasi nilai tukar.
“Faktor-faktor eksternal seperti kebijakan ekonomi Amerika Serikat di bawah Donald Trump, yang memperkuat dolar AS, turut mempengaruhi aksi jual beli asing,” ujar Hendra di Jakarta, Rabu (15/1).
Selain itu, Hendra menjelaskan, pengetatan likuiditas pada sektor perbankan, dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) mendekati 95 persen pada beberapa bank besar, meningkatkan kekhawatiran terhadap likuiditas dan biaya dana.
“Yang pada akhirnya mempengaruhi margin bunga bersih (NIM) dan profitabilitas bank,” ujar Hendra.
Secara spesifik, Ia menjelaskan untuk PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang fokus pada pembiayaan segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), sangat terpengaruh oleh kenaikan kredit macet pada segmen ini.
“Investor asing melihat risiko yang meningkat dari kredit bermasalah tersebut, sehingga mereka lebih memilih untuk menjual saham BBRI dalam jumlah besar, yang kemudian menekan harga saham dan mencerminkan sentimen negatif terhadap prospek keuangan bank ini,” ujar Hendra.
Untuk PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), Ia menjelaskan menjadi target aksi jual investor asing akibat perlambatan laju pertumbuhan kredit dan peningkatan biaya pencadangan untuk kredit bermasalah.
“Kekhawatiran terhadap pertumbuhan laba yang lebih lambat dan potensi risiko yang masih membayangi sektor kredit menjadi alasan utama di balik aksi jual ini, yang pada akhirnya memberikan tekanan tambahan pada kinerja saham BBNI,” ujar Hendra.
Sementara itu, untuk PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Ia menyebut adanya kepercayaan investor asing terhadap kinerja dan prospek kedua bank tersebut.
Dengan eksposur yang lebih rendah terhadap segmen kredit yang berisiko tinggi seperti UMKM, Ia menyebut BMRI mampu menarik minat investor asing yang mencari stabilitas di tengah tantangan ekonomi global.
Terkait BBCA, Ia menyebut stabilitas dan manajemen risiko yang baik dari BBCA membuat saham bank tersebut menjadi pilihan utama bagi investor asing,
“Bahkan di tengah ketidakpastian ekonomi, kepercayaan mereka terhadap kemampuan BBCA untuk tetap tumbuh dan mempertahankan profitabilitasnya menjadi alasan di balik pembelian bersih yang signifikan ini,” ujar Hendra.
Dalam kesempatan ini, Hendra berharap ke depan program-program baru dari pemerintah, seperti peningkatan daya beli masyarakat, insentif perpajakan, dan pembatalan kenaikan PPN 12 persen dapat memperbaiki kinerja perbankan di Tanah Air.
Lanjutnya, prediksi pertumbuhan kredit pada tahun 2025 di level 9-10 persen juga bisa menjadi katalis positif, terutama apabila likuiditas dapat dikelola dengan lebih baik.
- Baca Juga: Luar Biasa, 56 Bulan Untung Terus
- Baca Juga: Sistem Irigasi Padi Hemat Air
“Hal ini menunjukkan bahwa meskipun beberapa bank besar mengalami aksi jual bersih oleh asing, potensi pemulihan tetap ada, tergantung pada bagaimana kebijakan dan strategi diimplementasikan untuk menghadapi tantangan yang ada,” ujar Hendra.
Berita Trending
- 1 Selama 2023-2024, ASDP Kumpulkan 1,72 Ton Sampah Plastik
- 2 Kemenperin Desak Produsen Otomotif Tiongkok di Indonesia Tingkatkan Penggunaan Komponen Lokal
- 3 Jepang Siap Dukung Upaya RI Wujudkan Swasembada Energi
- 4 Irena Sebut Transisi Energi Indonesia Tuai Perhatian Khusus
- 5 Perkuat Kolaborasi, PM Jepang Dukung Indonesia untuk Jadi Anggota Penuh OECD
Berita Terkini
- Agensi ADOR Gugat NewJeans untuk CegahTeken Kontrak Independen
- Marbot Masjid dan Guru Ngaji Seharusnya Mendapat BPJS Ketenagakerjaan
- Mike Ethan Kolaborasi dengan Mario Ginanjar Rilis Single ‘Dia Harus Tahu’
- Untuk Kenang Persahabatan, Nyoman Paul Hadirkan 'Alunan Mimpi'
- Indra Sjafri Mengaku Belajar Banyak dari Shin Tae-Yong