AS Tawarkan Kesepakatan Baru untuk Kanada dan Meksiko

Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, sedang mempertimbangkan untuk membuat kesepakatan perdagangan terpisah, sebagai pengganti Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dengan Kanada dan Meksiko.

Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan Washington telah membahas kesepakatan pengganti perjanjian yang telah berlangsung selama dua dekade itu dengan Ottawa.

"Dia lebih suka melakukan perundingan bilateral, dan dia melihat ada dua negara yang berbeda," kata penasihat ekonomi Trump, Larry Kudlow, pada Fox News, Selasa (5/6).

Kesepakatan baru yang ditawarkan kepada dua anggota NAFTA itu merupakan bagian negosiasi dari rencana penerapan tarif atas impor baja dan aluminium.

Namun, para pejabat di Kanada dan Meksiko bersikukuh tetap mengacu pada kesepakatan perdagangan tiga negara, yang merupakan hasil revisi perjanjian perdagangan 1994.

"Sudah tidak mungkin lagi untuk saat ini," kata seorang pejabat senior Kanada menanggapi gagasan itu.

Meski rencana itu dianggap tidak mungkin, pejabat tersebut tidak menyangkal bahwa Ottawa sempat membuka diri atas wacana kesepakatan perdagangan terpisah dengan Amerika Serikat sebagai pengganti NAFTA.

"Kami belum mencapai titik di mana rencana itu diajukan sebagai perjanjian bilateral, dan kami tetap fokus pada renegosiasi TRILALA NAFTA," tegas dia.

Menteri Ekonomi Meksiko, Ildefonso Guajardo, mengatakan NAFTA "sangat menguntungkan" karena dapat menarik investor asing yang membutuhkan akses ke pasar Amerika Utara.

"Kami percaya perjanjian itu akan kehilangan nilainya bila dihentikan, dan kami ingin terus menjadi bagian dari integrasi trilateral benua," katanya.

Wacana strategi baru itu muncul saat Washington harus menghadapi negara-negara G7 yang bersatu menjadi oposisi. Mereka bertekad untuk membalas kebijakan tarif impor baja dan aluminium Trump.

Selasa lalu, Meksiko merilis daftar yang lebih rinci atas produk AS yang akan dikenakan tarif impor balasan, termasuk sejumlah produk baja, daging babi, buah-buahan, keju, dan bourbon. SB/AFP