Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

AS Tarik Kapal Induk dari Kawasan Teluk

Foto : AFP/Elliot Schaudt/US NAVY

Perintah Pulang l Kapal induk USS Nimitz didampingi kapal penjelajah USS Philippine Sea saat berlayar melewati Selat Hormuz pada September lalu. Pada Selasa (2/2), juru bicara Pentagon menyatakan bahwa USS Nimitz yang saat ini berada di kawasan Teluk, telah diperintahkan untuk berlayar ke wilayah komando Indo-Pasifik.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Pemerintah Amerika Serikat (AS) pada Selasa (2/2) telah memerintahkan kapal induknya yang berada di kawasan Teluk Persia untuk pulang ke pangkalan. Perintah ini bisa jadi indikasi bahwa potensi ketegangan dengan Iran telah mereda setelah meningkat pada era pemerintahan mantan Presiden Donald Trump.

"Armada tempur kapal induk USS Nimitz telah berlayar dari Pusat Komando Militer AS di Timur Tengah menuju wilayah komando Indo-Pasifik," ucap juru bicara Pentagon, John Kirby.

Dalam keterangannya, Kirby menjelaskan bahwa setelah pemerintahan Trump meningkatkan kehadiran militer AS di Teluk, maka pada era pemerintahan Presiden Joe Biden, keberadaan kapal induk AS di kawasan Teluk tidak dipandang terlalu diperlukan untuk kebutuhan keamanan AS.

Kirby menambahkan bahwa Menteri Pertahanan Lloyd Austin percaya bahwa kehadiran AS di Timur Tengah cukup kuat untuk menanggapi ancaman apa pun. "Menhan Austin menyadari konsekuensi geostrategis yang amat besar ketika dia menyetujui ditariknya kapal induk dari wilayah tanggung jawab pusat komando wilayah ke komando Indo-Pasifik," imbuh dia.

Dalam keterangannya, Kirby mengatakan bahwa absennya kapal induk USS Nimitz dalam waktu dekat akan digantikan oleh kapal perang AS lainnya dan ia menjelaskan bahwa saat ini AS memiliki keterbatasan jumlah kapal induk, namun AS akan terus memantau jika terjadi ancaman-ancaman yang perlu ditanggapi secara layak. SB/AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, AFP

Komentar

Komentar
()

Top