Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Timur Tengah I Armada Kapal Induk AS Didukung Kekuatan Misil Patriot

AS Tambah Kekuatan Hadapi Iran

Foto : AFP/MC2 Magan Anuci / Navy Office of Information

USS Arlington

A   A   A   Pengaturan Font

Ketegangan antara AS dan Iran kian memanas setelah Washington DC menerjunkan kapal perang yang dilengkapi misil Patriot untuk bergabung dengan armada kapal induk AS yang ada di kawasan Timur Tengah.

WASHINGTON DC - Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah mengirimkan kapal perang USS Arlington yang dilengkapi misil Patriot untuk bergabung dengan armada kapal induk USS Abraham Lincoln yang saat ini berada di Laut Merah. Pengerahan kekuatan militer tambahan ini dilakukan ditengah kian ketegangan antara AS dan Iran.

"Kapal USS Arlington yang membawa misil Patriot, akan bergabung dengan armada kapal induk USS Abraham Lincoln, yang saat ini berlayar di Laut Merah," demikian dilaporkan kantor berita Al Jazeera, Minggu (12/5) .

Pihak AS menyatakan bahwa pengerahan kekuatan militer ke kawasan Timur Tengah ini sebagai tanggapan atas kesiapan Iran yang ingin meningkat serangan ofensif.

"Pejabat di Kementerian Pertahanan AS (Pentagon) telah menyetujui pengiriman USS Arlington dan misil Patriot sebagai bagian dari permintaan dukungan awal kekuatan sejak awal pekan lalu," demikian pernyataan dari Pentagon.

Sebelumnya, AS juga telah mengirimkan 4 unit pesawat bomber B-52 Stratofortress yang telah tiba di pangkalan udara Al Udeid di Qatar.

Dalam pernyataannya, armada militer di Timur Tengah mengatakan AS akan terus memantau dengan cermat aktivitas rezim Iran, militer, dan proksi mereka, demi kesiapsiagaan untuk membela pasukan dan kepentingan AS di kawasan itu.

Menyikapi pengerahan kekuatan militer AS itu, pemerintah Iran telah mengabaikannya dan menyebut pengerahan itu sebagai sebagai bagian dari perang urat saraf yang dirancang untuk mengintimidasi mereka.

Adapun ancaman yang telah dilontarkan Tehran sejauh ini yaitu memblokade Selat Hormuz yang merupakan jalur utama lalu lintas aliran konsumsi seperlima minyak dunia.

Ancaman ini merupakan respons dari Tehran yang geram dengan sanksi AS setelah negara Paman Sam secara sepihak mundur dari perjanjian nuklir 2015 pada Mei tahun lalu dan memperkuat sanksi-sanksi terhadap Iran, serta menghalangi negara-negara yang meneken perjanjian 2015 untuk melanjutkan hubungan dagang dengan Theran.

Dalam pernyataannya, sejumlah pejabat AS mengatakan mereka telah mendeteksi indikasi bahwa Iran sedang mempersiapkan kekuatan militernya. Para pejabat yang tak ingin disebut jati dirinya mengatakan adanya laporan intelijen yang mengindikasikan Iran telah memindahkan misilnya ke atas kapal.

Salah seorang pejabat itu bahkan mengatakan misil yang diamati itu mungkin mampu diluncurkan dari kapal kecil.

Tolak Berunding

Sementara itu kantor berita Iran, Tasnim, yang mengutip penyataan panglima Garda Revolusioner Iran mengatakan, Tehran tidak akan berunding dengan AS. Pernyataan itu menyusul undangan tidak langsung Presiden AS, Donald Trump, kepada pemimpin Iran untuk menelpon Trump.

Presiden Trump menyerukan agar dilakukan perundingan dengan Iran beberapa kali pada Kamis (9/5) lalu. Tetapi Tasnim melaporkan pada Jumat (10/5) bahwa Jenderal Yadollah Javani mengatakan tak akan melakukan perundingan dengan AS.

"AS tidak akan berani untuk mengambil tindakan militer terhadap Iran," pungkas Jenderal Javani. ang/VoA/AlJazeera/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top