Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stabilitas Kawasan

AS Pastikan Tak Ada Personel dan Fasilitasnya Terkena Serangan Iran

Foto : ANTARA/XINHUA/LIU JIE

Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Gedung Putih mengungkapkan tak ada personel atau fasilitas milik Amerika Serikat (AS) yang menjadi sasaran serangan rudal Iran di Irak utara dan Suriah utara pada Senin malam.

"Kami telah melihat laporan tersebut, dan kami melacak rudal-rudal tersebut, yang diluncurkan ke Irak utara dan Suriah utara. Tidak ada personel atau fasilitas AS yang menjadi sasaran," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional, Adrienne Watson, kepada Anadolu melalui email.

Seperti dikutip dari Antara, Watson menyatakan AS tengah menjalin komunikasi dengan para pejabat senior Irak dan pejabat-pejabat pada Pemerintah Daerah Kurdistan (Kurdistan Regional Government/KRG).

"Iran mengeklaim ini sebagai respons terhadap serangan teroris di Kerman, Iran, dan Rask, Iran, dengan fokus terhadap ISIS," kata Watson.

"Kami akan terus menilai situasinya, tetapi indikasi awal menunjukkan bahwa ini adalah serangkaian serangan yang ceroboh dan tidak tepat," kata dia, seraya menambahkan bahwa AS mendukung kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah Irak.

Sejumlah ledakan menimpa sekitar konsulat AS di Erbil yang diakui dilakukan oleh Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran.

Mereka mengatakan serangan itu menargetkan markas mata-mata dan perkumpulan kelompok teroris anti-Iran di wilayah tersebut dengan rudal balistik.

Perkembangan Regional

Ketegangan antara Iran dan AS meningkat di tengah perang Israel di Gaza dan sejumlah perkembangan situasi regional, termasuk serangan terhadap kapal di Laut Merah yang dilakukan kelompok Houthi yang didukung Iran.

Sebelumnya, Angkatan Laut Iran, pada Kamis (11/1), mengonfirmasi telah menyita kapal tangki minyak milik AS di Laut Oman. Dalam pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah, angkatan laut mengatakan kapal AS tersebut disita berdasarkan perintah pengadilan.

AL mengatakan tanker minyak itu mencuri minyak Iran tahun lalu, di bawah arahan AS, dan memasok minyak tersebut ke Washington. Menurut pernyataan itu, kapal tangki tersebut berlayar di Laut Oman ketika disita melalui perintah pengadilan sebagai balasan atas pencurian minyak Iran oleh AS.

Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa tanker yang disita telah dipindahkan ke pelabuhan Iran dan diserahkan kepada lembaga kehakiman untuk dilakukan tindakan hukum. Perincian insiden tersebut masih belum jelas. Angkatan Laut Iran diperkirakan akan merilis pernyataan terperinci setelahnya.

Sementara itu, laporan media yang mengutip perusahaan keamanan maritim Inggris, Ambrey, mengatakan tanker berbendera Kepulauan Marshall itu ditumpangi oleh orang-orang bersenjata di lepas pantai Oman ketika berlayar dekat Kota Sohar di Oman.

Sistem pelacakan AIS pada kapal tangki itu dilaporkan dimatikan saat berlayar menuju Pelabuhan Bandar-e-Jask, Iran.

Menurut laporan media, kapal yang disita oleh Angkatan Laut Iran itu memuat 145.000 metrik ton minyak di Pelabuhan Basra, Irak.

Tanker yang dinamai St Nikolas itu terlibat dalam perselisihan antara Teheran dan Washington tahun lalu, setelah kapal itu disita oleh AS pada April dalam tindakan penegakan sanksi saat kapal itu berlayar dengan nama Suez Rajan.

St Nikolas dipandu menuju pelabuhan Texas, tempat kapal tersebut berlabuh selama empat bulan sebelum Angkatan Laut AS menurunkan 800.000 barel minyak senilai sekitar 56 juta dollar AS (871,4 miliar rupiah) dan mengabaikan peringatan Iran.

Washington pada saat itu menuduh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mencoba mengirim minyak Iran selundupan ke Tiongkok, yang merupakan pelanggaran sanksi.

Sebelum minyak diturunkan di lepas pantai Texas, para pejabat militer Iran memperingatkan akan adanya konsekuensi yang berat. Komandan Angkatan Laut IRGC Alireza Tanjsiri pada saat itu mengatakan "era tabrak lari" sudah berakhir.

"Dengan ini kami menyatakan bahwa kami meminta pertanggungjawaban perusahaan minyak mana pun yang berusaha menurunkan minyak mentah kami dari kapal itu, dan kami juga meminta pertanggungjawaban Amerika," katanya saat itu.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top