Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Timur Tengah I Washington DC Waspadai Potensi Serangan dari Pasukan di Tehran

AS Kirim Kapal Induk untuk Peringatkan Iran

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Penasihat Keamanan Nasional AS, memerintahkan pengiriman kapal induk dan pesawat bomber ke Timur Tengah untuk merespons potensi serangan terhadap kepentingan AS atau sekutunya.

WASHINGTON DC - Amerika Serikat (AS) telah mengirimkan kapal induk dan sebuah pesawat bomber ke Timur Tengah. Langkah pengerahan kekuatan militer AS itu bertujuan untuk mengirim "pesan yang amat jelas" pada Iran bahwa setiap serangan terhadap kepentingan AS atau sekutunya, akan direspons dengan serangan tiada henti-hentinya.

Pada Minggu (5/5), Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton, mengatakan bahwa pengiriman kapal induk USS Abraham Lincoln ke komando sentral AS di wilayah Timur Tengah sebagai tanggapan atas sejumlah indikasi dan peringatan yang mengganggu dan semakin meningkat, dan terjadi di tengah-tengah meningkatnya ketegangan antara Washington DC dan Tehran.

"AS tidak menginginkan terjadinya perang dengan rezim Iran, tetapi kami sepenuhnya siap untuk menanggapi serangan apa pun yang datang dari Korps Pengawal Revolusi Islam atau pasukan reguler Iran," kata Bolton dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan Bolton itu tidak secara khusus merinci mengapa pengerahan kekuatan militer AS dilakukan saat ini, namun awak media yang melaporkan dari Washington DC, mengatakan langkah itu tidak biasa dan bisa disebut sebagai provokasi terhadap Iran.

Pengerahan kekuatan militer AS juga diduga dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington DC dan Tehran terkait program nuklir Iran, dimana AS mengambil langkah sanksi untuk menghalangi ekspor uranium yang diperkaya Iran.

Pengerahan kekuatan militer AS ini terjadi tepat setahun sejak AS secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir dengan Iran dan memberlakukan sanksi baru pada Tehran.

Perjanjian nuklir Juli 2015 yang dicapai di Wina antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Jerman (P5+1), bertujuan untuk mengakhiri pertikaian dengan Iran dan agar negara di Timur Tengah itu bisa bergabung kembali dengan PBB.

Perjanjian itu, yang disetujui oleh Dewan Keamanan PBB, sepakat untuk mencabut sebagian sanksi internasional terhadap Tehran, dengan imbalan Iran setuju untuk membatasi program nuklirnya dan berjanji untuk tidak pernah mengembangkan persenjataan nuklir.

Tehran Jengkel

Upaya pemerintah AS untuk memaksakan isolasi politik dan ekonomi di Tehran semakin gencar setelah Presiden AS, Donald Trump, mengangkat Bolton sebagai Penasihat Keamanan Nasional AS. Langkah itu diambil agar bisa ditempuh sebuah negosiasi kesepakatan ulang yang lebih baik.

Seorang pejabat AS mengatakan pengerahan kekuatan militer ke Timur Tengah dilaksanakan sebagai tindak pencegahan terhadap kemungkinan serangan oleh pasukan Iran dan proksinya pasukan AS di kawasan tersebut.

Seorang diplomat dari Eropa yang tak ingin disebut jati dirinya menyatakan bahwa pengerahan kekuatan militer AS ke Timur Tengah akan semakin mendorong Tehran melanggar komitmen nuklirnya.

Dalam menghadapi penarikan perjanjian sepihak oleh AS, Iran sejauh ini memilih untuk tetap berpegang pada perjanjian nuklir dan terus menghormati komitmen yang dibuatnya di Wina. Akan tetapi Iran jengkel dengan apa yang dilihatnya sebagai ketidakmampuan Eropa untuk melawan AS dan menyelamatkan kesepakatan nuklir. ang/AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top