Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Migran I Lebih dari 8.000 Migran Tiba di Perbatasan Meksiko-AS

AS Kian Perketat Perbatasan

Foto : AFP/PEDRO PARDO

Tiba di Perbatasan I Migran asal Amerika Tengah, tiba di kota perbatasan Mexicali, Meksiko, pada Selasa (20/11) lalu. Para migran ini mengarah ke pos perlintasan perbatasan di Kota Tijuana yang saat ini dijaga ketat pasukan dan ptugas perbatasan AS.

A   A   A   Pengaturan Font

Gedung Putih telah mengizinkan anggota militer AS di perbatasan untuk menggunakan "kekuatan mematikan" untuk menghadapi gelombang migran.

WASHINGTON DC - Pihak Gedung Putih telah mengizinkan pasukan militer yang menjaga perbatasan Amerika Serikat (AS)-Meksiko, untuk menggunakan senjata mematikan jika hal itu diperlukan dalam tugas penjagaan mereka.

Izin itu merupakan perubahan perintah bagi 5.800 anggota pasukan militer AS yang diturunkan di sepanjang perbatasan yang membentang di Negara Bagian California, Arizona, dan Texas, yang sebelumnya membantu petugas penjaga perbatasan dengan mendirikan pagar berduri dan memberikan dukungan logistik.

"Kepala staf Gedung Putih, John Kelly, pada Selasa (20/11) lalu telah meneken memo yang memberi otoritas personel militer untuk meningkatkan aktivitas mereka demi melindungi petugas penjaga perbatasan, termasuk membolehkan mereka menggunakan kekuatan mematikan jika diperlukan, mengontrol kerumunan, penahanan sementara, dan penggeledahan singkat," demikian diwartakan laman Al Jazeera, Rabu (21/11).

Menanggapi penekenan memo itu, Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis, mengatakan pada awak media bahwa perintah terbaru itu berarti ia telah mendapat otoritas untuk memerintahkan pasukannya untuk melakukan tindakan yang lebih keras terhadap para migran ilegal.

Baca Juga :
Pertemuan Biden-Sunak

Sebelum keluar memo dari Gedung Putih ini, Presiden AS, Donald Trump telah meminta pasukan militer diperbolehkan menembak para migran jika mereka melempari baru ke arah pasukan AS. Namun saran itu dilarang dilaksanakan oleh Pentagon dan Kementereian Keamanan Dalam Negeri AS.
Menyikapi memo itu, ketua Human Rights First, Michael Breen, telah mengecam Gedung Putih dan menyatakan memo itu berarti bisa menyulut situasi penuh kekerasan yang bisa memicu konfrontasi mematikan.

"Memo itu dibuat saat kebingungan, menyepelekan aspek moral dan kemungkinan besar bisa mengarah pada kekerasan," kata Breen.

Saat kampanye jelang pemilu legislatif lalu, Presiden Trump mengatakan gelombang migran itu sebagai sebuah keadan darurat nasional dan ancaman invasi. Pernyataanl itu kembali ditegaskan Trump lewat akun media sosialnya pada Rabu.

"Ada banyak kriminal diantara gelombang migran itu. Kami akan menghentikan mereka. Tangkap dan penjarakan," cuit Trump. "Siapapun yang tak memperdulikan keamanan dan keselamatan warga AS, telah menempatkan negara ini dalam bahaya, dan itu amat buruk," imbuh dia, merespons putusan hakim federal California yang pada awal pekan ini mengabulkan penundaan larangan migran ilegal untuk mengajukan suaka.

Bertambah Banyak

Sementara itu dilaporkan bahwa gelombang migran asal Amerika Tengah, semakin memenuhi wilayah perbatasan Meksiko-AS. Kementerian Dalam Negeri Meksiko pada Rabu lalu memperperkirakan sudah ada lebih dari 8.000 migran berada di wilayahnya.

Para migran ini sebagian besar berasal dari negara miskin dan dalam kondisi konflik di El Salvador, Guatemala, dan Honduras.

Mereka memulai eksodus ini sejak sebulan lalu dengan berjalan kaki atau menumpang sejumlah kendaraan yang melintasi beberapa negara sejauh 4.400 kilometer.AFP/AlJazeera/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top