Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Politik Internasional - Lebih dari 100 Perusahaan Internasional Keluar dari Iran

AS Jatuhkan Sanksi Terberat untuk Iran

Foto : AFP/Nicholas Kamm

KAMPANYE DI TENNESSEE - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence menyimak yang dinyayikan Lee Greenwood (tengah) saat kampanye di McKenzie Arena, Chattanooga, Tennessee, Amerika Serikat, Minggu (4/11) waktu setempat.

A   A   A   Pengaturan Font

Washington Dc - Amerika Serikat menerapkan sanksi terhadap Iran, yang mereka gambarkan sebagai sanksi paling berat, enam bulan setelah Presiden Donald Trump mundur dari kesepakatan nuklir dengan negara tersebut.

"Sanksi terhadap Iran sangat kuat. Ini adalah sanksi terberat yang pernah kami terapkan, dan kita akan melihat apa yang terjadi dengan Iran," kata Presiden Donald Trump. Sanksi baru AS terhadap Iran itu menyasar sektor energi serta perbankan yang sangat vital.

Sanksi ini sebagai bagian dari upaya Presiden AS, Donald Trump, untuk memaksa Iran mengekang program nuklir dan misilnya, serta dukungan Teheran terhadap pemberontak Yaman, Suriah, Lebanon, dan bagian lain dari Timur Tengah. Sanksi itu mulai berlaku Senin (5/11), menyasar Iran dan negara-negara yang melakukan kerja sama dagang dengan negara itu.

Sanksi terberat AS tersebut akan berdampak pada ekspor minyak, pembayaran bank antarnegara, dan seluruh aktivitas utama ekonomi negara para Mullah itu. Langkah Trump telah memicu protes massal di negara kaya minyak itu. Ribuan orang bersatu di jalan-jalan Teheran meneriakkan "Death to America", seraya menyerukan penolakan terhadap pemerintah untuk melakukan perundingan.

Presiden Iran, Hassan Rouhani, sendiri bersumpah untuk tidak tunduk pada sanksi dan tetap menjual minyak. Demonstrasi berlangsung pada ulang tahun ke-39 pendudukan kedutaan AS di Teheran, yang menyebabkan permusuhan kedua negara selama empat dekade.

Eropa Dukung Iran

Presiden Donald Trump yang tengah berada dalam perjalanan kampanye pemilihan jangka menengah AS mengatakan Iran sudah berada dalam tekanan sejak dirinya memegang tampuk kepresidenan.

"Sanksi ini sangat kuat. Kita akan segera melihat apa yang terjadi dengan Iran. Tapi, saya dapat memberitahu Anda, mereka tidak mengatasinya dengan baik," ujar Trump. AS secara bertahap telah kembali memberlakukan sanksi, namun para pengamat menilai serangan terbaru itu yang paling berdampak.

Lebih dari 700 nama, entitas, kapal, dan penerbangan kini masuk dalam daftar sanksi, termasuk bank-bank besar, eksportir minyak dan perusahaan pelayaran. Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan lebih dari 100 perusahaan internasional telah keluar dari Iran karena tekanan sanksi yang makin besar.

Dia juga menyebutkan, ekspor minyak Iran telah turun hampir satu juta barel per hari, mencekik sumber utama pendapatan negara itu. Selain itu, jaringan pembayaran internasional, Swift, yang berbasis di Brussels diperkirakan akan memutus hubungan dengan lembagalembaga keuangan Iran yang diharapkan akan mengisolasi Iran dari sistem keuangan internasional.

Sementara itu, Inggris, Jerman, dan Prancis yang masih berkomitmen pada pakta nuklir 2015, menyatakan keberatan dengan sanksi itu. Mereka berjanji untuk mendukung perusahaan-perusahaan Eropa yang melakukan bisnis sah dengan Iran, dan telah menyiapkan mekanisme pembayaran alternatif atau Special Purpose Vehicle (SPV).

SPV akan membantu bisnis perusahaan tetap berjalan tanpa harus dihantui sanksi AS. Namun, para pakar meragukan cara itu dapat mengurangi dampak sanksi terhadap Iran.

BBC/SB/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top