Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus
Hubungan Bilateral I Pakta Strategis AS-Inggris Dimaksudkan untuk Melawan Ancaman Baru

AS-Inggris Bentuk Deklarasi Atlantik

Foto : AFP/Brendan SMIALOWSKI

Pertemuan Biden-Sunak | Presiden AS, Joe Biden, saat bertemu dengan PM Inggris, Rishi Sunak, di Ruang Oval, Gedung Putih, Washington DC, pada Kamis (8/6). Pertemuan pemimpin dari AS dan Inggris ini menghasilkan sebuah pakta strategis baru yang disebut Deklarasi Atlantik.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Amerika Serikat (AS) dan Inggris pada Kamis (8/6) mengumumkan pakta strategis baru yang disebut Deklarasi Atlantik saat para pemimpin kedua negara menegaskan kembali hubungan khusus mereka untuk melawan Russia, Tiongkok, dan ketidakstabilan ekonomi.

Deklarasi itu lahir setelah Presiden AS, Joe Biden, dan Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, bertemu di Gedung Putih. Deklarasi Atlantik itu diadopsi oleh para pemimpin dengan tujuan untuk meningkatkan ikatan industri pertahanan dan energi terbarukan, dalam menghadapi meningkatnya persaingan dari negara-negara otoriter.

"Negara-negara seperti Tiongkok dan Russia bersedia memanipulasi dan mengeksploitasi atau mencuri kekayaan intelektual kita, menggunakan teknologi untuk tujuan otoriter, atau menarik sumber daya penting seperti energi," kata PM Sunak dalam konferensi pers bersama Biden.

"Mereka tidak akan berhasil," imbuh PM Inggris itu.

Di bawah deklarasi tersebut, kedua belah pihak sepakat untuk membuka pembicaraan tentang perlakuan AS terhadap mineral kritis yang digunakan dalam baterai listrik di Inggris. Biden juga setuju untuk meminta Kongres menunjuk Inggris sebagai sumber domestik untuk pengadaan pertahanan, untuk mempercepat pengembangan senjata generasi mendatang seperti misil hipersonik.

Meskipun tidak tercapai sebuah kesepakatan perdagangan, PM Sunak mengatakan bahwa hubungan ekonomi bilateral tidak pernah sekuat ini.

Pertemuan PM Sunak dan Presiden Biden di Gedung Putih itu merupakan upaya membangun kembali hubungan pribadi setelah Inggris mengalami 3 kali pergantian perdana menteri tahun lalu, dan setelah Biden menunjukkan rasa ketidaksenangannya pada Boris Johnson terkait penanganan terhadap Irlandia Utara.

Dalam pertemuan itu, baik PM Sunak dan Presiden Biden sama-sama sepakat atas pandangan bahwa ekonomi dunia sedang mengalami perubahan terbesar sejak Revolusi Industri, sebagian didorong oleh kecerdasan buatan (AI).

Terkait hal ini, Presiden Biden mendukung rencana PM Sunak untuk mengadakan KTT AI pertama di dunia di Inggris akhir tahun ini, apalagi Sunak juga ingin Inggris menjadi tuan rumah bagi badan pengatur AI di masa depan.

"Potensi AI sangat mencengangkan," kata Presiden Biden. "Teknologi ini berpotensi melakukan kerusakan besar jika tidak dikendalikan. Kami berupaya agar mencari Inggris Raya untuk membantu memimpin masalah ini. Tidak ada negara yang lebih kami percayai untuk membantu menegosiasikan isu ini," imbuh dia.

Kepemimpinan NATO

Selain isu melawan ancaman baru, Presiden Biden dan PM Sunak juga berjanji untuk terus mempelopori dukungan global untuk Ukraina, setelah memberikan bantuan militer miliaran dollar untuk membantu Kyiv melawan penjajah Russia.

Biden mengatakan bahwa mereka membahas dukungan tak tergoyahkan mereka untuk rakyat Ukraina yang membela diri dari agresi paling brutal yang telah mereka saksikan dalam waktu lama.

PM Sunak dan Presiden Biden juga membahas soal suksesi kepemimpinan NATO, dimana Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace, menjadi salah satu kandidat kuat saat aliansi tersebut mempersiapkan pertemuan puncak di Vilnius bulan depan.

"Mereka (Inggris) memiliki kandidat yang merupakan individu yang sangat berkualitas," kata Presiden Biden tentang pencalonan Wallace.

Sekretaris Jenderal NATO saat ini dipegang oleh Jens Stoltenberg dan ia rencananya akan mengakhiri jabatan itu pada Oktober mendatang. Sebelumnya Stoltenberg telah memperpanjang masa jabatan Sekjen NATO sebanyak satu kali.

Selain Wallace, PM Denmark, Mette Frederiksen, dan PM Estonia, Kaja Kallas, dilaporkan juga akan menjadi kandidat kuat untuk memimpin NATO. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top