Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

AS Beri Sanksi ke Tiongkok dan Russia terkait Serangan Drone di Ukraina

Foto : CNA/Patrol Police of Ukraine/Handout via REUTERS

Pemandangan dari drone memperlihatkan bangunan yang rusak setelah serangan, di tengah serangan Rusia terhadap Ukraina, di Toretsk, Ukraina, pada 15 Oktober 2024, dalam gambar diam yang diperoleh dari sebuah video.

A   A   A   Pengaturan Font

Amerika Serikat memberikan sanksi kepada dua perusahaan Tiongkok dan afiliasi Russia yang terlibat dalam pembuatan dan pengiriman drone militer.

WASHINGTON - Amerika Serikat pada hari Kamis (17/10) memberikan sanksi kepada dua perusahaan Tiongkok dan afiliasi Russia yang terlibat dalam pembuatan dan pengiriman pesawat serang tak berawak dan memperingatkan kedua negara untuk menghentikan kerja sama yang meningkatkan upaya perang Ukraina.

Sanksi baru menargetkan perusahaan Tiongkok, Xiamen Limbach Aircraft Engine Co Ltd, yang membuat mesin yang menggerakkan kendaraan udara tak berawak jarak jauh seri Garpiya Russia, kata Departemen Keuangan AS.

Tindakan tersebut juga ditujukan kepada Redlepus Vector Industry Shenzhen Co Ltd yang berkantor pusat di Tiongkok atas perannya dalam pengiriman drone tersebut dan orang serta perusahaan Russia yang terafiliasi.

Drone-drone tersebut diyakini telah digunakan untuk menyerang target-target militer dan sipil di Ukraina, merusak infrastruktur penting dan menimbulkan korban sipil dan militer. Reuters adalah yang pertama melaporkan bulan lalu bahwa drone Russia baru tersebut dibuat menggunakan mesin dan suku cadang buatan Tiongkok.

"Meskipun Amerika Serikat sebelumnya telah menjatuhkan sanksi kepada entitas [Republik Rakyat Tiongkok] yang menyediakan masukan penting bagi basis industri militer Russia, ini adalah sanksi AS pertama yang dijatuhkan kepada entitas RRT yang secara langsung mengembangkan dan memproduksi sistem persenjataan lengkap dalam kemitraan dengan perusahaan-perusahaan Russia," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : CNA

Komentar

Komentar
()

Top