Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Politik

AS Ancam Tambah Sanksi bagi Venezuela

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Pemerintah Amerika Serikat (AS) sedang mempersiapkan sejumlah sanksi untuk melawan beberapa kelompok yang terkait dengan upaya Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, membentuk institusi superbody, majelis konstituen baru. Sumber di pemerintah AS, yang tidak mau dipublikasi identitasnya mengatakan, sanksi di antaranya dengan membekukan asetaset, larangan berkunjung ke AS, dan melarang masyarakat AS melakukan aktivitas bisnis dengan individu-individu di Venezuela yang masuk daftar hitam Washington DC.

Sampai sekarang, belum ada keputusan akhir diambil terkait target-target baru yang akan disasar pemerintah AS, namun diprediksikan akan ada banyak nama yang masuk dalam daftar hitam AS ini. Sebelumnya, pada akhir pekan lalu, pemerintah AS menjatuhkan sanksi pada Maduro dan 13 sosok penting lainnya di Venezuela.

Dalam penjatuhan sanksi gelombang berikutnya, diperkirakan sektor minyak Venezuela akan disasar. Minyak merupakan pundi-pundi utama pemasukan Venezuela. Sumber di pemerintah AS menyebut, sanksi keras ini masih dipertimbangkan. "Kami ingin melakukan lebih banyak tekanan jika kesewenang-wenangan Maduro berlanjut," kata sumber tersebut, Selasa (8/8).

Terkait kabar ini, Gedung Putih belum mengeluarkan pernyataan. Bloomberg News merupakan media pertama yang mewartakan rencana penjatuhan sanksi-sanksi baru ini.

Persiapan untuk menjatuhkan sanksi lanjutan rencananya akan dilakukan pada Jumat (11/8) atau persis ketika dilakukannya upacara pengukuhan anggota majelis konstituen baru, yang ditugaskan menyusun ulang konstitusi negara dan memberikan mandat bagi Maduro serta Partai Sosialis atas kekuasaan baru.

PBB Khawatir

Sementara itu, Dewan HAM PBB melaporkan pasukan keamanan Venezuela telah melakukan latihan untuk menekan para demonstran. Aksi unjuk rasa di negara itu yang bermula sejak April 2017, telah menewaskan puluhan orang dan menahan sekitar 5.000 demonstran, dimana 1.000 orang di antaranya sampai sekarang masih berada di tahanan.

"Kami sangat khawatir dengan situasi keamanan di Venezuela, yang semakin memburuk dan tindakan-tindakan kekerasan terhadap HAM belum memperlihatkan tanda-tanda akan berkurang sehingga kami khawatir terhadap kemungkinan serangan yang akan datang," pungkas juru bicara PBB untuk bidang HAM, Ravina Shamdasani. uci/Rtr/I


Redaktur : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top