Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Evolusi Manusia

Apakah Manusia Purba Hanya Memakan Daging?

Foto : Wikimedia
A   A   A   Pengaturan Font

Belakangan ini para influencer di media sosial mendorong orang-orang untuk makan daging ketimbang sayuran. Makan daging menurut mereka sesuai dengan diet yang dilakukan oleh nenek moyang sesuai bukti arkeologi.

Paul Saladino adalah seorang dokter medis pendukung dari pola makan populer berbasis hewan. Ia berpendapat bahwa piramida makanan tradisional, dengan basis makanan nabati yang luas adalah terbalik. Yang benar adalah makanan hewani berada di piramida terbawah.

Bagi Saladino, pandangan lembaga medis bahwa kolesterol tinggi menyebabkan penyakit jantung adalah salah. Ia mengatakan bahwa daging dan organ adalah kunci kesehatan, kekuatan, dan vitalitas dalam melakukan aktivitas.

Saladino tidak sendirian dalam pendapatnya ini. Media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube, saat ini dipenuhi dengan para influencer yang menjajakan menu yang berpusat pada daging. Seperti yang disebut diet paleo atau diet manusia gua sebelumnya, diet ini menghindari makanan ultra proses seperti keripik kentang, sereal sarapan, roti kemasan, soda, dan hot dog.

Namun, diet ini jauh lebih ketat daripada diet paleo dalam hal makanan nabati. Beberapa pendukung, termasuk Saladino dan petualang selebriti Bear Grylls, mengizinkan sejumlah buah secara terbatas tetapi melarang sayuran, yang menurut mereka mengandung banyak bahan kimia defensif yang beracun bagi manusia.

Yang lain, seperti psikolog Kanada Jordan Peterson dan putrinya yang menjadi pembawa acara podcast, Mikhaila, mendukung diet yang hanya terdiri dari daging sapi, garam, dan air. Banyak orang, seperti tokoh media sosial Brian Johnson alias Liver King, merekomendasikan untuk mengkonsumsi produk hewani termasuk susu dan telur mentah.

Para influencer daging, begitu mereka dikenal, sering kali mencirikan pola makan mereka sebagai "makanan leluhur", yang terdiri dari makanan yang dimakan oleh nenek moyang. Makanan jenis daging yang dimakan oleh nenek moyang inilah yang seharusnya dikonsumsi oleh manusia.

"Anda harus menyelaraskan pola makan dan gaya hidup Anda dengan evolusi manusia dan hominid selama jutaan tahun," kata Saladino dalam penampilan TikTok, "Begitulah cara manusia berkembang," tegas dia.

Penelitian tentang nenek moyang, serta pengamatan terhadap primata yang masih hidup dan pemburu-pengumpul zaman modern, membantah gagasan bahwa manusia berevolusi untuk hidup terutama dengan memakan hewan. Daging memang memainkan peran penting dalam evolusi manusia, namun itu tidak berarti kita ditakdirkan untuk makan seperti singa.

Pola makan manusia purba yang sesungguhnya sulit direkonstruksi secara tepat, tetapi pola makan tersebut jauh lebih beragam daripada pola makan karnivora yang sebagian besar terdiri dari daging, sebuah temuan yang memiliki implikasi penting bagi apa yang harus dimakan orang saat ini agar tetap sehat.

Agar adil terhadap para pendukung pola makan yang mengutamakan daging, para ilmuwan secara tradisional telah memberikan banyak perhatian pada konsumsi daging dalam evolusi manusia, seperti halnya para jurnalis yang menulis tentang asal usul manusia.

"Beberapa faktor telah berkontribusi pada tren ini. Pertama-tama, kita manusia unik di antara primata karena secara teratur memburu hewan yang sama besar atau lebih besar dari kita, dan para ilmuwan khususnya tertarik untuk memahami ciri-ciri yang membedakan kita dari makhluk lain," tulis Kate Wong, penulis sains yang berfokus pada evolusi, ekologi, antropologi, arkeologi, paleontologi, dan perilaku hewan dalam tulisannya di laman Scientific American.

Kedua, peralatan batu dan tulang hewan yang disembelih lebih mudah terawetkan dalam catatan arkeologi daripada sisa-sisa tanaman yang rapuh. Ada fakta bahwa perburuan hewan terutama mamalia besar dan berbahaya seperti gajah secara inheren lebih menarik daripada mengumpulkan buah beri, kacang-kacangan, dan umbi-umbian.

"Bagaimanapun, tidak perlu banyak googling untuk menemukan setumpuk makalah ilmiah dan artikel populer yang menggembar-gemborkan gagasan bahwa berburu dan makan daging menjadikan kita manusia," ujar Wong.

Sumber Kalori Baru

Ketertarikan pada peran daging dan perburuan dalam asal usul manusia memiliki akar yang dalam. Charles Darwin bahkan berspekulasi tentang pentingnya hal itu dalam risalahnya tahun 1871 berjudul The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex.

Gagasan tentang bagaimana karnivora membentuk evolusi manusia telah bergeser selama bertahun-tahun, tetapi kebijaksanaan yang berlaku adalah ini, sekitar dua juta tahun yang lalu Homo erectus, anggota awal genus manusia, mulai mengembangkan proporsi tubuh manusia modern, dengan kaki yang lebih panjang, lengan yang lebih pendek, usus yang lebih kecil, dan otak yang lebih besar.

Perkakas batu dan tulang hewan paling awal yang memiliki bekas potongan berasal dari sebelum periode tersebut. Waktunya menunjukkan bahwa penemuan perkakas batu bermata tajam memungkinkan manusia purba untuk menyembelih hewan besar dan memiliki akses ke sumber kalori baru yang kaya.

Makanan bergizi ini membutuhkan lebih sedikit pemrosesan di saluran pencernaan, yang memungkinkan jaringan usus yang sangat penting untuk menyusut. Daging yang padat kalori juga menyediakan bahan bakar yang memungkinkan otak kita yang sangat penting untuk berkembang.

Sebuah siklus umpan balik terjadi saat otak membesar dimana nenek moyang manusia semakin pintar menciptakan perkakas yang semakin efektif untuk mendapatkan makanan hewani kaya energi, yang mendorong pertumbuhan otak lebih banyak pada manusia.

Jika itu saja yang diketahui tentang evolusi manusia, akan menggoda untuk menyimpulkan bahwa manusia berevolusi untuk memakan makanan berbahan dasar daging. Namun, itu hanya sebagian dari apa yang telah dipelajari oleh para antropolog dan arkeolog tentang makanan dan asal usul manusia, dan bahkan bab cerita tentang umat manusia itu telah mengalami revisi selama 15 tahun terakhir berdasarkan bukti baru.

Penemuan fosil baru dan analisis DNA baru mengungkapkan apa yang dimakan nenek moyang manusia dengan sangat rinci. Untuk pemahaman yang lebih jelas tentang evolusi manusia dan pola makan maka perlu mencermati lebih dekat apa yang terjadi sebelum dan sesudah dua juta tahun tersebut.

Dari awal manusia, monyet, dan kera merupakan bagian dari primata yang dikenal sebagai primata tingkat tinggi, yang berevolusi untuk memakan buah. Garis keturunan hominin (Homo sapiens dan kerabatnya yang telah punah, termasuk Ardipithecus, Australopithecus, dan lainnya) berasal dari sekitar enam juta hingga tujuh juta tahun yang lalu.

Fosil hominin paling awal yang diketahui menunjukkan bahwa mereka berjalan tegak dengan dua kaki tetapi masih menghabiskan banyak waktu di pohon. Mereka tampaknya tidak membuat peralatan dari batu dan mungkin hidup dengan pola makan yang mirip dengan simpanse dan bonobo, kerabat terdekat manusia yang masih hidup.

Sepanjang paruh pertama sejarah manusia, hominin tampaknya telah mempertahankan pola makan nabati ini mereka. Baru sekitar tiga juta tahun setelah garis keturunan manusia dimulai, ada bukti bahwa mereka mengeksploitasi hewan besar untuk makanan.

Bukti tertua yang mungkin tentang pemakan daging oleh hominin berasal dari Dikika, Ethiopia. Di sana, para peneliti menemukan fragmen tulang dari mamalia seukuran kambing dan sapi yang memiliki tanda-tanda yang menunjukkan adanya pembantaian. Hal ini terjadi setidaknya 3,39 juta tahun yang lalu. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top