Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hewan Mikroskopis

Apakah Binatang Tardigrada Memang Tidak Dapat Dihancurkan?

Foto : Thomas Shahan/Wikimedia
A   A   A   Pengaturan Font

Tardigrada adalah binatang kecil berukuran mikroskopis. Yang mengagumkan hewan mikroskopis ini dapat bertahan hidup dalam beberapa kondisi paling ekstrem di Bumi, termasuk suhu beku, tekanan yang sangat tinggi, dan bahkan ruang hampa tanpa oksigen.

Tardigrada (tardigrade) yang juga sering disebut beruang air atau anak babi lumut, adalah hewan akuatik yang memiliki ukuran dalam skala mikroskopis dengan bentuk tubuh gemuk dan bersegmen serta kepala yang pipih. Hewan ini memiliki delapan kaki, masing-masing berujung dengan empat hingga delapan cakar atau jari, dan agak menyerupai ulat yang menghisap hookah seperti yang terlihat dalam film besutan Disneyland yaitu Alice in Wonderland.

Meskipun tardigrada sangat lucu namun hampir tidak bisa dihancurkan dan bahkan hewan ini dapat bertahan hidup di luar angkasa.

Tardigrada ditemukan pada tahun 1773 oleh ahli zoologi Jerman bernama Johann August Ephraim Goeze. Ia menjuluki temuannya ini dengan sebutan "beruang air kecil". Tiga tahun kemudian, ahli biologi Italia, Lazzaro Spallanzani, menamai hewan itu tardigrada atau "penginjak lambat".

"Dinamakan tardigrada karena gaya berjalannya yang seperti anak kecil," ungkap Pusat Sumber Daya Pendidikan Sains di Carleton College (SERC).

Saat ini, ada sekitar 1.300 spesies tardigrada yang diketahui dalam filum Tardigrada dalam kategori klasifikasi menurut Sistem Informasi Taksonomi Terpadu (Integrated Taxonomic Information System /ITIS).

Hewan tersebut memiliki strategi yang tidak biasa untuk bertahan hidup dalam kondisi yang keras. Mahluk hidup ini memasuki kondisi yang hampir seperti kematian yang disebut kriptobiosis dengan mengeluarkan lebih dari 95 persen air dari tubuh mereka, menarik kepala dan kaki mereka, dan meringkuk menjadi seperti tong yang kering.

Pada tahun 1970-an, para ilmuwan menentukan bahwa berbagai bentuk kriptobiosis pada tardigrada dapat disebabkan oleh empat pemicu lingkungan. Pertama pengeringan, kedua pembekuan, ketiga kekurangan oksigen, dan keempat kelebihan garam, menurut laporan sebuah studi tahun 2020 yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports.

Selama kriptobiosis, aktivitas metabolisme tardigrada turun hingga 0,01 persen dari tingkat normal. Sel-selnya dilindungi dari kerusakan oleh protein yang larut dalam air yang unik bagi tardigrada, yang dikenal sebagai protein tardigrada yang tidak teratur atau TDP.

Ketika tardigrada mengeluarkan air dari tubuhnya, molekul TDP membentuk kepompong yang kuat seperti kaca di sekitar sel. Hal ini menjaga materi seluler tetap aman saat tardigrada berada di dalam tong dan memungkinkannya untuk hidup kembali di air ketika kondisinya lebih bersahabat, menurut sebuah studi tahun 2017 yang diterbitkan dalam jurnal Molecular Cell.

"Tardigrada adalah makhluk kecil yang menarik," kata Sandra McInnes, seorang peneliti tardigrada di British Antarctic Survey, yang telah mempelajari spesies yang hidup di bentang alam bersalju beku Antartika sejak 1980, sebelumnya mengatakan kepada Live Science.

"Tardigrada memiliki kemampuan untuk mengatasi lingkungan ekstrem dengan menghentikan metabolismenya. Kemampuan untuk mengatasi kekeringan atau pembekuan inilah yang membuat mereka tahan lama di Antartika," papar McInnes.

Meski hampir tidak dapat dimusnahkan, tardigrada memiliki kelemahan fatal. Hewan ini layu karena panas. Perubahan iklim terus berlanjut yang meningkatkan suhu udara dapat mengakibatkan hewan kecil ini mengalami hal demikian.

Sebuah studi tahun 2020 yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports menemukan bahwa tardigrada yang berada dalam suhu air sekitar 100 derajat Fahrenheit (37,8 derajat Celsius) dapat mati hanya dalam satu hari.

"Tardigrada jelas bukan organisme yang hampir tidak dapat dihancurkan seperti yang diiklankan di banyak situs web sains populer," kata rekan penulis studi Ricardo C Neves, seorang ilmuwan pascadoktoral di bidang biologi di Copenhagen University kepada Live Science.

World Tardigrada Database menyebutkan beruang air ini dapat memiliki panjang antara 0,05 hingga 1,2 milimeter, tetapi biasanya panjangnya tidak lebih dari 1 milimeter. Tubuh tardigrada biasanya hanya terdiri dari 1.000 sel, menurut sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal Arthropod Structure and Development pada tahun 2019. Sebagai perbandingan, tubuh manusia terdiri dari triliunan sel.

Bola Dehidrasi

Sesuai dengan namanya, beruang air hidup di mana saja yang terdapat air cair, menghuni lautan, danau dan sungai air tawar, serta lapisan air yang melapisi lumut dan lumut kerak daratan. Mereka dapat bertahan hidup di berbagai lingkungan, dari ketinggian lebih dari 6.000 meter di pegunungan Himalaya hingga kedalaman laut lebih dari 4.700 meter di bawah permukaan, menurut Animal Diversity Web milik Universitas Michigan.

Tidak semua tardigrada hidup di lingkungan ekstrem, tetapi beruang air ini dikenal mampu bertahan hidup dalam kondisi ekstrem yang dapat membunuh sebagian besar bentuk kehidupan lainnya dengan berubah menjadi bola dehidrasi yang dikenal sebagai tun.

Para peneliti telah menemukan bahwa tardigrada dalam kondisi tun dapat bertahan pada suhu serendah minus 200 derajat Celsius dan lebih panas dari 148,9 derajat Celsius, menurut laporan majalah Smithsonian. Mereka juga dapat bertahan hidup dari paparan radiasi, cairan mendidih, dan tekanan hingga enam kali lipat dari bagian terdalam lautan, menurut Science Education Resource Center di Carleton College di Minnesota.

Sebuah studi tahun 2008 yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology mengungkapkan bahwa beberapa spesies tardigrada ketika mengalami dehidrasi dapat bertahan dalam perjalanan 10 hari ke orbit rendah Bumi, dan kembali ke Bumi tanpa cedera oleh radiasi ultraviolet Matahari dan ruang hampa.

Baru-baru ini, tardigrada yang dikeringkan telah ditembakkan dari senjata berkecepatan tinggi, melaju hampir 900 meter per detik dan bertahan dari benturan keras sekitar 1,14 gigapascal tekanan. Namun, temuan terbaru menunjukkan bahwa beberapa ribu tardigrada berstatus tun yang dibawa dalam misi bulan Israel Beresheet tidak akan bertahan hidup setelah wahana pendarat itu jatuh di Bulan pada 11 April 2019.

"Tekanan kejut dari wahana pendarat yang menghantam Bulan melampaui batas kemampuan tardigrada untuk bertahan hidup. Kami dapat memastikan bahwa mereka tidak bertahan hidup," kata Alejandra Traspas-Muina, yang memimpin penelitian tersebut sebagai mahasiswa PhD di Universitas Queen Mary London, kepada majalah Science.

Meskipun para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa untuk bertahan hidup dalam kondisi ekstrem, tardigrada memasuki status tun melalui metamorfosis yang dikenal sebagai anhidrobiosis. Bagaimana tepatnya binatang ini melakukannya telah menjadi misteri sejak lama.

Tardigrada pun dapat dihidupkan kembali bahkan setelah puluhan tahun berlalu. Pada tahun 2016, para ilmuwan menghidupkan kembali dua tardigrada dan satu telur tardigrada yang telah berada dalam kondisi kriptobiosis selama lebih dari 30 tahun, lapor Live Science. "Penghidupan kembali dari kondisi tardigrada yang lebih lama mungkin saja dapat dilakukan," tulis Live Science. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top