Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Strategi Pembiayaan - Angkasa Pura II hingga Akhir 2018 Perlu Dana 8 Triliun Rupiah

AP II Emisi Obligasi Rp750 Miliar

Foto : Koran jakarta/m fachri

Penawaran Obligasi - Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin (tengah) bersama Direktur Teknik dan Operasi Djoko Murjatmodjo, Direktur SDM, Umum & IT Tina T. Kemala Intan, Direktur Keuangan Andra Y. Agussalam, dan Direktur Komersial Daan Achmad usai menyampaikan Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi I 2018 di Jakarta, Rabu (7/11).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - PT Angkasa Pura (AP) II (Persero) menerbitkan surat utang atau Obligasi Berkelanjutan I Angkasa Pura II Tahap I Tahun 2018 sebesar 750 miliar rupiah.

Obligasi berkelanjutan ini merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan dengan total plafon sebesar 3 triliun rupiah. Obligasi ini mendapatkan peringkat idAAA (triple A) dari Peringkat Efek Indonesia (Pefindo).

Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi yakni PT Bahana Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas.

Direktur Utama Danareksa Sekuritas, Jenpino Ngabdi, mengatakan surat utang tersebut terdiri atas dua seri yakni seri A bertenor tiga tahun menawarkan kupon 8,50-9 persen per tahun. Lalu, seri B bertenor lima tahun menawarkan kupon 8,75-9,25 persen per tahun.

"Bunga obligasi dibayarkan setiap tiga bulan sesuai dengan tanggal pembayaran masing- masing bunga obligasi," ungkapnya, di Jakarta, Rabu (7/11). Dana hasil penerbitan obligasi tahap I ini akan digunakan untuk pengembangan dan peremajaan bandara-bandara yang dikelola Perseroan.

Adapun untuk sisi udara antara lain pembangunan dan pengembangan runway, taxiway, apron, dan fasilitas penunjang lainnya. Lalu, sisi darat antara lain pembangunan dan pengembangan gedung terminal, gedung parkir, aksesibilitas, dan fasilitas pendukung lainnya.

Sedangkan Direktur Keuangan Angkasa Pura II, Andra Y Agussalam, menjelaskan target dana dalam penerbitan obligasi tahap I ini lebih rendah dibandingkan target sebelumnya sebesar satu triliun rupiah.

Sebab, Perseroan sudah mendapatkan opsi pendanaan lainnya. "Ada juga beberapa bank yang siap memberikan pendanaan hingga empat triliun rupiah," kata dia.

Hingga akhir tahun ini, kebutuhan pendanaan Perseroan sebesar delapan triliun rupiah yang akan berasal dari penerbitan obligasi dan pinjaman bank.

Selain untuk pengembangan dan peremajaan fasilitas bandara, Perseroan juga menyiapkan belanja modal (capital exoendicture/capex) sebesar 2,5-3 triliun rupiah untuk pengembangan runway dan terminal di empat bandara.

Penugasan Kemenhub

Sementara itu, Direktur Utama Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, menambahkan tahun ini Perseroan mendapatkan penugasan dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk pengalihan empat bandara.

Keempat bandara tersebut adalah Bandara Tjilik Riwut (Palangkaraya), Bandara Tanjung Karang (Lampung), Bandara Tanjung Pandan (Belitung), dan Bandara Fatmawati Soekarno (Bengkulu).

Terkait obligasi, Angkasa Pura II optimistis akan memperoleh Pernyataan Efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tanggal 30 November 2018, dan melakukan penawaran umum pada tanggal 3 dan 4 Desember 2018.

Untuk tanggal penjatahan diperkirakan tanggal 5 Desember 2018 dan ditutup dengan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 10 Desember 2018.

Per 30 Juni 2018, pendapatan usaha Angkasa Pura II mengalami peningkatan sebesar 19,33 persen atau 730,37 miliar rupiah menjadi 4,5 triliun rupiah, dibandingkan periode sama tahun lalu 3,77 triliun rupiah.

Peningkatan ini disebabkan kenaikan pada pendapatan aeronautika dan non-aeronautika masing-masing sebesar 564,03 miliar rupiah atau 24,24 persen dan 166,34 miliar rupiah atau 11,46 persen.

Seiring dengan itu, laba usaha Perseroan mengalami peningkatan 7,60 persen atau sebesar 93,8 miliar rupiah menjadi 1,32 triliun rupiah, dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 1,23 triliun rupiah.

Hal ini terutama disebabkan peningkatan dari pendapatan usaha Perseroan sebesar 730,37 miliar rupiah melebihi peningkatan beban usaha Perseroan yang hanya sebesar 636,57 miliar rupiah.

"Potensi pariwisata di Indonesia masih dapat dikembangkan. Upaya pemasaran pariwisata dapat dilakukan di wilayah Indonesia Barat yang menyasar warga mancanegara Asia Tenggara kelas menengah- atas yang berlibur akhir pekan di Indonesia.

Juga untuk penumpang domestik di mana perkembangan ekonomi pada wilayah ini cukup pesat, sehingga secara natural akan berimbas pada peningkatan jumlah penumpang," pungkas Andra. yni/AR-2

Penulis : Yuni Rahmi

Komentar

Komentar
()

Top