Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perubahan Iklim I Peringatan Dini Sangat Penting untuk Selamatkan Nyawa dan Pencaharian

Antisipasi Rawan Pangan Dampak El Nino

Foto : ISTIMEWA

Badan Meteorologi Dunia (Word Meteorological Organization, WMO)

A   A   A   Pengaturan Font

» Permulaan El Niño akan sangat meningkatkan kemungkinan memecahkan rekor suhu panas.

» Panas ekstrem turunkan ketersediaan air irigasi sehingga ada penurunan produksi pangan.

JAKARTA - Badan Meteorologi Dunia (Word Meteorological Organization, WMO) yang merupakan lembaga PBB, pada Kamis (6/7), mengumumkan permulaan fenomena El Niño di dunia. Fenomena itu memungkinkan lonjakan suhu global dan cuaca ekstrem.

WMO dalam pernyataannya memperkirakan ada kemungkinan 90 persen dari peristiwa El Niño bertahan hingga paruh kedua tahun ini. Diperkirakan fenomena iklim itu akan bertahan dengan kekuatan sedang.

"Permulaan El Niño akan sangat meningkatkan kemungkinan memecahkan rekor suhu dan memicu panas yang lebih ekstrem di banyak bagian dunia dan di lautan," kata Sekretaris Jenderal WMO, Petteri Taalas.

Deklarasi El Niño oleh WMO adalah sinyal bagi pemerintah di seluruh dunia untuk memobilisasi persiapan guna membatasi dampak terhadap kesehatan, ekosistem, dan ekonomi.

"Peringatan dini dan tindakan antisipatif dari peristiwa cuaca ekstrem yang terkait dengan fenomena iklim besar itu sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian," kata Taalas.

El Niño, bagian dari pola yang lebih besar bernama El Niño-Southern Oscillation (ENSO), adalah sistem iklim alami yang ditandai dengan suhu permukaan laut yang lebih hangat dari rata-rata di Samudra Pasifik dekat khatulistiwa. Fenomena ini muncul setiap 2-7 tahun.

Terbaru, dari laporan National Oceanic and Atmospheric Administration pada awal Juni menjabarkan El Niño diperkirakan akan menguat secara bertahap hingga musim dingin di Belahan Bumi Utara.

Hal itu akan mempengaruhi kenaikan harga komoditas seperti pangan dan pakaian. Ahli iklim Christopher Callahan mengatakan dalam risetnya bahwa bumi pernah mengalami kerugian 5,7 triliun dollar AS akibat El Niño 1997- 1998 dan kerugian sebesar 4,1 triliun dollar AS akibat El Niño 1982-1983.

"Cuaca ekstrem yang terkait dengan El Niño menyebabkan banjir, kebakaran hutan, angin topan, dan bencana alam lainnya," katanya. Potensi dampak dramatis El Nino membentang jauh melampaui Samudra Pasifik. Jin-Yi Yu, seorang profesor ilmu atmosfer di University of California, Irvine, mengatakan pola iklim ini biasanya menghasilkan pola cuaca yang tidak normal, termasuk kekeringan di Asia Tenggara dan Australia yang biasanya hujan, dan curah hujan di gurun yang biasanya gersang," katanya.

Lonjakan Suhu Global

Guru Besar bidang Geofisika, Universitas Brawijaya, Malang, Adi Susilo, mengatakan kondisi kandungan kadar karbon yang tinggi di udara dan fenomena El Niño menjadi kombinasi yang mendukung tren lonjakan suhu global dan cuaca ekstrem.

"Dua-duanya sama-sama mendorong lonjakan suhu dan memang kondisi ini bisa bertahan lama. Ditambah lapisan ozon kita berlubang, ini semua menjadi kombinasi yang mendorong ekstrem," kata Adi.

El Nino secara signifikan juga memengaruhi suhu rata-rata global, begitu juga karbondioksida. Panas ekstrem menurunkan ketersediaan air irigasi yang berdampak pada penurunan produksi pangan.

Negara-negara terutama produsen tentu harus bersiap menghadapi. Tapi yang juga perlu diperhatikan adalah anomali iklim, sehingga meskipun sudah kemarau, beberapa wilayah kita masih turun hujan, bahkan menimbulkan banjir bandang.

"Artinya, pemerintah dan pelaku pertanian harus mengantisipasi dua kondisi sekaligus kekeringan dan hujan," katanya.

Pengamat ekonomi Universitas Indonesia (UI), Eugenia Mardanugraha, berharap jangan sampai Indonesia dilanda bencana yang sampai mengakibatkan kerusakan parah sehingga rakyat kekurangan bahan pangan atau terserang wabah penyakit mematikan.

Namun demikian, antisipasi harus dilakukan seluruh masyarakat. Sebab itu, pemerintah perlu melakukan sosialisasi agar masyarakat waspada terhadap bencana tersebut.

"Pemerintah harus membuat sistem tanggap bencana yang disosialisasikan kepada seluruh masyarakat karena cuaca ekstrem berkaitan dengan produksi dan stok pangan, kesehatan dan ekonomi," katanya.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top