Anggota NATO Harus Habiskan Lebih Dua Persen PDB untuk Pertahanan
Asisten Sekretaris Jenderal NATO untuk Kebijakan dan Perencanaan Pertahanan, Angus Lapsley
Foto: AFP/MICHAL CIZEKMOSKWA - Asisten Sekjen NATO untuk Kebijakan dan Perencanaan Pertahanan, Angus Lapsley, mengatakan pengeluaran di bidang pertahanan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau North Atlantic Treaty Organization (NATO) harus jauh di atas target yang disepakati sebesar 2 persen dari produk domestik bruto (PDB) di tengah skenario ancaman yang ada.
Calon presiden dari Partai Republik Amerika Serikat (AS), Donald Trump, sebelumnya mengatakan jika terpilih, dia akan mendorong negara-negara anggota NATO untuk menghabiskan setidaknya 3 persen dari PDB mereka untuk sektor pertahanan.
"Mengingat skenario ancaman yang kita hadapi saat ini, bagi sebagian besar sekutu Eropa, pengeluaran harus meningkat jauh di atas batas dua persen jika ingin meningkatkan kapabilitas atau kemampuan yang lebih baik lagi, lebih berguna, serta berkelanjutan seperti yang kami minta dari mereka mulai sekarang," kata Lapsley, seperti dikutip oleh media Defense One pada Minggu (1/9).
Seperti dikutip dari Antara, Lapsley mengatakan negara-negara anggota NATO mampu mencapai target tiga persen.
Belanja Militer
Sekutu NATO sebelumnya telah sepakat untuk meningkatkan pengeluaran atau belanja pertahanan mereka guna mencapai target dua persen dari PDB masing-masing. Namun, belanja militer di banyak negara anggota masih jauh di bawah angka yang disepakati.
Hanya Amerika Serikat, Polandia, Estonia, Latvia, dan Yunani yang menghabiskan lebih dari tiga persen dari PDB mereka untuk sektor pertahanan.
Sebelumnya, Sekjen NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan negara-negara anggota NATO harus berkomitmen untuk membelanjakan sedikitnya 2 persen dari PDB mereka untuk pertahanan pada tahun 2024.
Stoltenberg menyampaikan hal itu kepada wartawan menyusul pertemuan para menteri pertahanan NATO di Brussel untuk membaha s isu-isu utama terkait keamanan.
" S ema kin banyak negara kini membelanjakan sedikitnya 2 persen dari PDB mereka untuk pertahanan. Dan 2022 menjadi tahun kedelapan secara berturut-turut peningkatan belanja pertahanan oleh para sekutu Eropa serta Kanada. Dengan investasi tambahan senilai 350 miliar dollar AS, tren ini diperkirakan akan berlanjut pada tahun ini. Namun, masih banyak hal yang harus dilakukan," tutur Stoltenberg.
Sekutu-sekutu NATO sebelumnya pada 2014 sepakat membelanjakan 2 persen dari PDB mereka untuk pertahanan pada 2024.
Stoltenberg menyampaikan aliansi itu telah menyepakati perlunya kerja sama erat dengan industri pertahanan untuk meningkatkan kapasitas industri mengingat Ukraina, negara yang disokong dengan dukungan yang belum pernah terjadi sebelumnya, menghabiskan sangat banyak amunisi dan menipiskan persediaan para negara sekutu (NATO).
Dia mengatakan para menteri pertahanan NATO akan membahas tentang keamanan infrastruktur bawah laut yang krusial menyusul sabotase terhadap jalur pipa Nord Stream.
Stoltenberg mengumumkan pembentukan Sel Koordinasi Infrastruktur Bawah Laut yang Sangat Penting (Critical Undersea Infrastructure Coordination Cell) di kantor pusat NATO.
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
Berita Terkini
- CEO Nvidia Jensen Huang Sebut 'Era AI telah Dimulai'
- Messe Duesseldorf Ajak Industri Plastik dan Karet Indonesia Akselerasi Penerapan Industri Hijau Melalui Pameran K
- Edukasi Pentingnya Nutrisi Toko Susu Hadirkan Area Permainan
- Survei Indikator: Pemilih KIM Plus Banyak Menyeberang ke Andika-Hendi di Pilgub Jateng
- Tiga Merek Baru Mobil Listrik Buatan Tiongkok Resmi Diluncurkan di Indonesia