Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Pemerintah

Amerika Serikat Terus Berupaya untuk Mencegah Perang di Timur Tengah

Foto : AFP/JIM WATSON

Presiden AS, Joe Biden memberi hormat saat dia melangkah dari Marine One setibanya di Pangkalan Garda Nasional Udara Delaware di New Castle, Delaware, pekan lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, pada hari Senin (5/8), mengadakan pembicaraan krisis mengenai potensi serangan balik Iran terhadap Israel, sementara pemerintahannya mengatakan pihaknya bekerja sepanjang waktu untuk menghindari perang habis-habisan di Timur Tengah.

Dikutip dari The Straits Times, Biden dan Menteri Luar Negeri, Antony Blinken, tengah disibukkan dalam diplomasi untuk mencoba meredakan ketegangan yang dipicu oleh dugaan serangan Israel yang menewaskan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran.

Biden menelepon Raja Abdullah II dari Yordania, yang membantu menjatuhkan pesawat tak berawak dan rudal Iran dalam pertikaian sebelumnya pada bulan April, sementara Blinken menelepon pejabat tinggi di Qatar dan Mesir, perantara utama yang mengupayakan gencatan senjata dalam perang Israel- Hamas yang telah berlangsung selama 10 bulan.

"Kami terlibat dalam diplomasi yang intens, hampir sepanjang waktu, dengan pesan yang sangat sederhana, semua pihak harus menahan diri dari eskalasi," kata Blinken setelah bergabung dengan pejabat tinggi lainnya dalam pertemuan di Gedung Putih.

"Sangat penting bagi kita untuk memutus siklus ini dengan mencapai gencatan senjata di Gaza," kata Blinken, yang juga telah berbicara sejak 4 Agustus dengan rekan-rekan dari G7 dan Perdana Menteri Irak, Mohammed Shia al-Sudani.

Pada tanggal 5 Agustus, sejumlah personel AS terluka dalam serangan roket di sebuah pangkalan di Irak, menambah ketegangan regional yang sudah meningkat.

Akhiri Perang Gaza

Pada bulan-bulan terakhir masa jabatannya, Biden berharap dapat mengakhiri perang Gaza dan berupaya mencapai kesepakatan penting antara Israel dan Arab Saudi.

Sebaliknya, dia telah meningkatkan kehadiran militer AS di Timur Tengah sebagai bentuk unjuk kekuatan terhadap Iran.

Setelah dengan tegas mendukung perang Israel melawan Hamas, Biden telah menyatakan dengan jelas rasa frustrasinya terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, atas pembunuhan Haniyeh, yang terlibat dalam negosiasi gencatan senjata.

Blinken, yang telah memperingatkan Iran akan menyerang, mengajukan usulan baru untuk rencana gencatan senjata Biden yang akan membekukan pertempuran di Gaza dan memulangkan sandera yang ditawan dalam serangan 7 Oktober di Israel oleh Hamas.

"Gencatan senjata akan membuka kemungkinan bagi ketenangan yang lebih langgeng, tidak hanya di Gaza sendiri, tetapi juga di wilayah lain di mana konflik dapat menyebar," kata Blinken saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong.

Dalam singgungan terselubung terhadap rasa frustrasi AS, Blinken mengatakan yang terpenting adalah semua pihak menemukan cara untuk mencapai kesepakatan, bukan mencari alasan untuk menunda atau mengatakan tidak.

"Sangatlah penting bagi semua pihak untuk membuat pilihan yang tepat dalam beberapa jam dan hari ke depan," tambahnya.

Biden bertemu di Ruang Situasi Gedung Putih yang dijaga ketat dengan tim keamanan nasionalnya, termasuk Wakil Presiden, Kamala Harris.

Gedung Putih mengatakan Biden dan Raja Yordania dalam panggilan telepon mereka membahas upaya untuk meredakan ketegangan regional, termasuk melalui gencatan senjata segera dan kesepakatan pembebasan sandera.

"Raja Abdullah menyerukan gencatan senjata segera dan permanen untuk mengakhiri bencana di Gaza dan untuk menghentikan semua tindakan eskalasi," bunyi pernyataan pengadilan Kerajaan Yordania.

Iran menyerang langsung ke Israel pada bulan April, membawa perang bayangan mereka ke permukaan setelah serangan terhadap gedung diplomatik Iran di Suriah. AS membantu mencegat pesawat nirawak dan rudal, dan kerusakannya sangat kecil.

Namun, Yordania yang berada dalam posisi yang sulit karena jumlah penduduk Palestina yang besar dan kesepakatan damai dengan Israel, bersikeras tidak ingin menjadi medan pertempuran.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, mengatakan pada bulan April, AS mampu memetakan jalan yang akhirnya membawa melewati masa itu tanpa terjerumus ke dalam perang yang lebih luas.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top