Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Alunan Musik Jazz dan Keindahan Lampion Terbang

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Bukan hanya budaya lokal yang jadi daya tarik Dieng Culture Festival (DCF) di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, karena ada juga pertunjukkan music jazz dan pesta lampion.

Musik jazz dengan nama Jazz Atas Awan akan hadir kembali pada DCF 2022 yang mengambil temaReturn of the Light" yang artinya Kembalinya Sang Cahaya.

Dataran tinggi Dieng berada di ketinggian sekitar 1.000-2.000 meter di atas permukaan laut. Kawasan ini akan diselimuti kabut yang membuat seseorang serasa berada di atas lautan awan. Oleh karena itu, gelaran musik tersebut diberi nama Jazz Atas Awan.

Pada DCF 2019, gelaran Jazz Atas Awan mendatangkan bintang tamu seperti Fatin Shidqia, dan Isyana Sarasvati, Gugun Blues Shelter dan Iis (Mohammad Istiqamah Djamad) eks Payung Teduh, dengan nama band barunya Pusakata.

Menikmati alunan jazz pada dingin malam adalah yang keseruan yang ditawarkan acara ini.

Selain itu ada Pesta Lampion menjadi salah agenda menarik yang diadakan setiap festival. Pada DCF 2022 acara ini akan hadir dengan menghadirkan ribuan lampion di langit. Dengan warna temaram seperti bohlam lampu di kafe-kafe lampion ini diterbangkan di kegelapan malam bertabur bintang.

Pada setiap acara Pesta Lampion misalnya suasana yang terjalin sangat hangat dan penuh keakraban. Para pejabat pemerintah, bintang tamu, dan wisatawan berbaur bersama-sama melepaskan lampion sembari melantunkan laguIndonesia Pusaka.

Pesta Lampion di DCF 2019 panitia menjual sekitar 4 ribu tiket. Peserta yang ikut menjadi bukti daya tarik wisatawan. Kegembiraan menyalakan dan menyaksikan lampion-lampion terbang ke angkasa secara bersama adalah suasana gembira ditawarkan. Pengunjung juga bisa berfoto dangan latar lampion-lampion yang beterbangan itu.

Setelah menerbangkan lampion, pada pagi hari wisatawan bisa melihatsunrisedari beberapa bukit. Bukit-bukit di Dieng juga ramah pendaki, jadi pendaki pemula yang tidak biasa mendaki gunung pun tetap mampu mencapai puncak.

Jalan sehat di perkebunan sayur-mayur bisa dilakukan, Wisatawan dapat melihat masyarakat Dieng menanam sayuran dan memahami kebiasaan atau cara hidup masyarakat Dieng. Setelah itu peserta disuguhi minumanpurwacengyang dikenal dapat meningkatkan stamina dan menyantap buah karika.

Masyarakat Dieng pun sudah lama mengetahui khasiat tanaman ini dan mengkonsumsinya secara turun temurun. Sedangkan buah karika yang hidup subur di dataran tinggi, saat ini telah diolah menjadi manisan yang enak di lidah. Manisan yang telah dikemas dengan baik ini kini jadi produk masyarakat lokal ini yang bisa menjadi oleh-oleh khas Dieng.

Salah satu tarian yang dipentaskan pada acara budaya itu adalah Tari Rampak Yakso Pringgondani. Tarian kolosal ini dimainkan oleh 20 penari yang seluruhnya laki-laki dengan kostum daerah yang didominasi warna hitam dan merah. Seluruh wajah penari ditutup dengan riasan berwarna hitam, ditambah dengan variasi menyerupai gigi taring dan rambut palsu yang berantakan.

Banjarnegara dan Banyumas pada umumnya memiliki kesenian Tari Lengger. Pada DCF tarian bebas ini dipertunjukkan oleh beberapa orang yang mayoritas terdiri dari kaum laki-laki dan perempuan. Yang menarik adalah hadirnya penari perempuan yang mempertontonkan gaya tarian bebas namun sangat lemah gemulai. Tarian ini diiringi oleh alunan musik gamelan Jawa.

Bagi masyarakat lokal pagelaran wayang kulit menjadi hiburan yang ditunggu. Acara ini di DCF sebagai bukti pelestarian kesenian yang sudah mulai banyak ditinggalkan oleh generasi muda. Selain itu pagelaran wayang kulit telah menjadi tradisi bagi masyarakat Jawa untuk mengucap syukur pada Sang Pencipta. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top