Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Propek Ekonomi - Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, Vietnam dan Filipina Relatif Stabil

Aliran Dana Asing Terus Banjiri Asia

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Aliran dana asing diperkirakan terus membanjiri pasar keuangan Asia karena investor menilai kawasan tersebut memiliki prospek potensial tahun ini. Sebab, pertumbuhan ekonomi di Asia dinilai masih kuat di tengah ketidakpastian global dengan kontribusi utama dari Tiongkok dan India.

Demikian dikemukakan Head of Asia Desk, OECD's Development Center, Kensuke Tanaka dalam seminar bertajuk Economic Outlook for Southeast Asia, China and India 2019 yang berlangsung di Jakarta, Kamis (11/4).

Menurut Tanaka, selain kedua negara, aliran dana juga akan masuk ke negara-negara emerging market termasuk negara-negara di Asia Tenggara seperti Indonesia, Filipina, dan Vietnam. Sebab, pertumbuhan ekonomi tiga negara tersebut relatif stabil seperti Indonesia yang diperkirakan mencapai 5,2 persen, Filipina 6,5 persen, dan Vietnam 6,7 persen.

"Credit default swap juga menurun, sehingga penanaman modal asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) terus mengalir ke emerging Asia seperti Kamboja dan Myanmar," kata Tanaka.

Mengenai dampak ketegangan perdagangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat (AS), Tanaka menilai hal itu berbeda-beda di tiap-tiap negara. Sebab itu, perlu strategi menyiasati kondisi tersebut seperti diversifikasi produk.

Kepala Kajian Makro dan Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI), Febrio Kacaribu, dalam kesempatan itu mengatakan ekonomi Indonesia merupakan terbesar di Asia Tenggara dengan Gross Domestik Product atau Produk Domestik Bruto (PDB) yang telah mencapai satu triliun dollar AS.

"Jika dibandingkan dengan Thailand size (ukuran) ekonomi mereka hanya 60 persen ekonomi Indonesia, Filipina setengahnya atau 50 persen ekonomi Indonesia dan Vietnam hanya 35 persen," kata Febrio.

Kendati terbesar di Asia Tenggara, ekonomi Indonesia lebih kecil dibanding Tiongkok yang 20 kali lebih besar karena GDP-nya sekitar 20 triliun dollar AS, sementara dengan India 2,5 kali dari ekonomi Indonesia.

Kemudahan Berbisnis

Dengan melihat ukuran ekonomi tiga negara di Asia yaitu, Tiongkok, India dan Indonesia, sangat wajar jika investor menilai Asia sebagai engine atau mesin pertumbuhan ekonomi global. Hal yang perlu disiapkan, kata Febrio, adalah terus memperbaiki peringkat kemudahan berbisnis di Indonesia atau ease of doing business agar aliran dana yang masuk khususnya FDI lebih besar, terutama mereka yang berbasis ekspor.

"Jadi jangan kita buka mereka masuk, tetapi hanya mengincar pasar domestik," kata Febrio.

Baca Juga :
Modernisasi Pertanian

Untuk FDI paparnya, Indonesia masih butuh dua kali lipat atau sekitar 50 miliar dollar AS dari rata-rata saat ini sekitar 25 miliar dollar AS per tahun karena lebih stabil dan membuka lapangan pekerjaan. Sementara untuk dana asing yang masuk di portofolio seperti saham dan obligasi negara, dia mengatakan agar tidak dihambat karena hal itu menunjukkan kepada investor jika Indonesia cukup fleksibel.

"Kalu itu kita halangi yang FDI juga akan melemah karena mereka juga butuh fasilitas trade, investment, yang jadi masalah kalau mereka masuk kita senang kalau mereka keluar kita nggak suka, kan begitu masalahnya, tapi seharusnya kita fair," katanya. bud/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Vitto Budi

Komentar

Komentar
()

Top