Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Aktivis Prodemokrasi Thailand Berupaya Mendulang Suara dari Generasi Muda

Foto : The Nation Thailand

Aktivis Muda Berkampanye | Aktivis prodemokrasi muda Thailand, Chonticha “Lookkate” Jangrew (tengah), saat berkampanye di sebuah pasar di pinggiran Bangkok pada pertengahan April lalu. Chonticha saat ini adalah bagian dari barisan baru kandidat muda yang ingin memanfaatkan energi gerakan protes prodemokrasi untuk mengguncang politik saat Thailand menggelar pemilu pada Minggu (14/5).

A   A   A   Pengaturan Font

Chonticha "Lookkate" Jangrew adalah bagian dari barisan baru kandidat muda yang ingin memanfaatkan energi gerakan protes prodemokrasi untuk mengguncang politik Thailand saat negara itu menggelar pesta demokrasi pada Minggu (14/5).

Perempuan berusia 30 tahun, yang merupakan ahli strategi utama dalam aksi protes demokrasi yang dipimpin pemuda yang mengguncang Thailand pada 2020-21, mencalonkan diri sebagai kandidat untuk Partai Move Forward yang progresif dalam mengkampanyekan isu kesetaraan ekonomi, kebebasan politik, dan tentunya, mengakhiri cengkeraman kekuasaan militer.

"Saya percaya kita tidak dapat mengubah negara kita hanya dengan protes di jalanan. Kita harus bekerja sama di jalanan dan di parlemen," kata Chonticha.

Dari belakang truk pikap yang dihiasi poster kampanye, Chonticha mencoba membujuk penduduk di sekitar Nava Nakorn, salah satu kawasan industri terbesar Thailand di pinggiran Bangkok, untuk mendukung visinya awal pekan ini. Berbekal mikrofon, dia berbicara kepada orang-orang di restoran pinggir jalan, bengkel, dan pasar, sambil sesekali mengacungkan salam tiga jari, mirip yang kita lihat dalam filmHunger Games, saat dia lewat.

Sebuah jajak pendapat pekan lalu menunjukkan bahwa Partai Move Forward berpeluang besar memenangkan jumlah kursi tertinggi kedua di Dewan Perwakilan Rakyat, menjadikannya posisi yang baik untuk mengambil bagian dalam pemerintahan yang dapat mengakhiri kekuasaan yang didominasi militer selama sembilan tahun. Sedangkan Partai oposisi utama Thailand, Pheu Thai, yang dipimpin oleh Paetongtarn Shinawatra, 36 tahun, putri mantan Perdana Menteri Thaksin, memimpin jajak pendapat itu.

Inti kampanye dari Partai Move Forward seperti mengubah konstitusi, melonggarkan kekuatan monopoli, dan mereformasi undang-undang pencemaran nama baik kerajaan yang ketat yang dikenal sebagailèse-majesté, telah menarik perhatian kalangan muda Thailand. Menurut Kementerian Dalam Negeri Thailand, gen Z dan Y menyumbang 41,65 persen suara yang memenuhi syarat pada pemilu tahun ini.

"Jika saya menjadi anggota parlemen di legislatif, saya ingin mendorong semua tuntutan dari masyarakat sipil, dari jalanan, dan dari aksi protes ke dalam undang-undang dan ke dalam kebijakan," kata Chonticha, saat beristirahat sejenak dari berkampanye di gerai Starbucks di Pathum Thani, sebuah provinsi di utara Bangkok, di mana dia mencalonkan diri untuk salah satu dari tujuh kursi anggota parlemen yang diperebutkan dalam pemilu mendatang.

"Banyak pemilih pemula yang tidak tahu apa-apa selain kehidupan di bawah mantan Jenderal Angkatan Darat, Prayuth Chan-Ocha," kata aktivis lain yang juga maju sebagai kandidat anggota legislatif dari Move Forward bernama Piyarat "Toto" Chongthep. "Separuh hidup mereka berada di bawah tekanan militer, jadi mereka ingin merasakan demokrasi yang utuh," imbuh dia.

Tetap Optimistis

Para analis politik sebelumnya mengatakan bahwa bagi banyak anak muda Thailand, mereka memandang kesenjangan ekonomi negara sangat terkait dengan sifat sistem politik yang kurang demokratis.

Sementara itu Chonticha, yang mengatakan dirinya telah menghadapi 28 kasus pelanggaran pidana, termasuk dua kasus terkaitlèse-majesté, menambahkan bahwa peningkatan cakupan kesejahteraan sosial dan kesetaraan ekonomi tidak akan terjadi tanpa berbicara tentang reformasi politik.

"Jika kita mengurangi anggaran untuk militer atau keluarga kerajaan dan menggunakan uang itu untuk membangun negara kesejahteraan, saya rasa banyak rakyat Thailand dapat memiliki kehidupan yang lebih baik," tutur dia.

Sementara jajak pendapat menunjukkan dukungan yang meningkat, Partai Move Forward perlu memasuki koalisi, kemungkinan besar dipimpin oleh Pheu Thai, agar Chonticha semakin dekat untuk memberlakukan agendanya.

Namun, banyak analis memperkirakan militer tetap memegang kekuasaan dengan satu atau lain cara setelah pemungutan suara, terutama berkat konstitusi 2017, yang menurut para kritikus, memberi para jenderal keunggulan dalam pembentukan pemerintah pasca-pemilihan. Sedangkan pengamat lain telah mengemukakan kemungkinan bahwa pihak berwenang akan membubarkan Partai Move Forward atau Partai Pheu Thai setelah pemilu.

Ketika ditanya bagaimana dia tetap optimistis menghadapi tantangan konstitusional seperti itu, Chonticha dengan cepat menjawab. "Jika kita tidak bermimpi besar, kita hanya akan diam dan tidak melakukan apapun - dan negara tidak akan pernah berubah," kata dia. "Untuk generasi saya, saya merasa tidak punya pilihan selain berjuang untuk masa depan kita." BenarNews/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top