Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hasil Pilpres | Suara Jokowi Melonjak Tinggi di Jatim dan Jateng, Prabowo di Sumbar dan Aceh

Akhiri Segera Polarisasi Politik

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan hasil rekapitulasi suara pemilihan presiden, di mana pasangan Jokowi-KH Ma'ruf dinyatakan sebagai pemenang. Saatnya, para pemimpin politik bersatu kembali. Merajut persatuan yang sempat koyak oleh perbedaan pilihan politik. Jokowi harus Prabowo- Sandiaga Uno dan para pendukungnya untuk efektivitas pemerintahannya mendatang.

Demikian diungkapkan Dekan Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) Erwan Agus Purwanto, di Jakarta, Rabu (22/5 Dia mengatakan, dalam Pemilu kali ini terjadi konfigurasi menarik yakni melonjaknya perolehan suara Jokowi di Jateng dan Jatim, menurut Erwan, dari dulu, dua provinsi tersebut adalah kandang banteng dan Nahdliyyin. Di Pilpres kali ini, Jokowi memang fokus ke dua provinsi ini, sebab inilah lumbung suara yang akan menentukan kemenangan.

Makin tingginya suara Jokowi di Jateng, tidak lepas dari bersatunya kalangan Nahdliyyin dan banteng. Terlebih calon wakil presiden yang digandeng Jokowi adalah seorang kiai senior di NU. Ini seakan memberi garansi kepada kalangan Nahdliyin. Tidak heran, jika kemudian suara Jokowi di Jateng dan Jatim meningkat tajam di Pilpres kali ini.

"Saya kira dua-duanya baik Jokowi dan Prabowo realitis membaca realitas di lapangan bahwa sangat berat mengubah posisi pilihan politik di masing-masing basis lawan. Tapi yang pasti, kemenangan Pasangan Jokowo-Ma'ruf kali ini memang sangat ditentukan oleh kenaikan suara di dua propinsi kunci, yaitu Jateng dan Jatim. Sementata kekalahan di Sumatra dikompensasi dengan kemenangan di Kalimantan dan Indonesia timur," tutur Erwan.

Jokowi maupun Probowo kata Erwan, dalam Pilpres kemarin memang lebih konsentrasi menggarap basis daerah dukungan mereka masing-masing. Meskipun di beberapa daerah, Jokowi mencoba merebut dukungan politik seperti di Jabar yang jadi basis Prabowo, namun hasilnya masih kurang menggembirakan.

Sementara untuk Prabowo Subianto sendiri, Sumbar dan Aceh memang menjadi basis pendukung terkuat. Kemenangan di Sumbar, tidak lepas dari pengaruh Ustaz Abdul Somad. Di samping di Sumbar, kekuatan politik dari Partai Keadilan Sejahtera cukup kuat. Perang isu dengan bumbu isu agama pun membuat Prabowo leading di Sumbar. Sedangkan di Aceh, kemenangan Prabowo tidak lepas dari tokoh lokal berpengaruh yang mendukung mantan Danjen Kopassus tersebut.

"Hal yang sama juga dilakukan Prabowo dengan upayanya masuk ke Jawa Tengah, namun juga gagal mendulang dukungan, tapi berhasil di Aceh dan Sumbar," tutur Erwan.

Jadi, maknanya, kata Erwan, Jateng dan Jatim adalah basis pendukung Jokowi. Pun Sumbar dan Aceh bagi Prabowo. Namun Erwan sendiri yakin, seiring waktu, apalagi setelah para elite tak lagi terus mempertajam perbedaan pilihan politik saat pemilihan presiden, pembelahan masyarakat akan perlahan hilang. Karena bagaimana pun, elit politik sangat berperan membuat masyarakat apakah akan bersatu atau tetap terbelah. Kini saatnya yang menang merangkul yang kalah. Dan yang kalah mau legowo berlapang dada.

"Saya kira pekerjaan Pak Jokowi ke depan adalah merangkul semua pihak. Artinya Jokowi harus bisa menjadi presiden 100 persen, tidak 55,7 persen," katanya.

"Presidential Threshold"

Sementara terkait dengan presidential threshold yang dipatok 20 persen, Erwan berpendapat perlu dipertimbangkan untuk dirubah. Karena kalau tetap dipertahankan seperti sekarang, kemungkinan besar Pilpres akan tetap diikuti oleh dua pasangan calon.

Jika hanya dua pasangan calon yang bertarung, dampaknya akan dirasakan seperti sekarang ini. Masyarakat terbelah dalam dua kubu. Beda jika banyak calon. Dukungan masyarakat akan tersebar. ags/AR-3

Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top