Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sejarah Permukaan Bumi

Airnya Menyusut Karena Perubahan Iklim

Foto : Utrecht University
A   A   A   Pengaturan Font

Ketika lempeng benua saling bertabrakan sekitar 12 juta tahun yang lalu, hal ini tidak hanya menimbulkan gunung-gunung baru di Eropa tengah tetapi juga menciptakan danau terbesar yang pernah ada di dunia. Perairan yang sangat luas yang disebut dengan Danau Paratethys menjadi rumah bagi spesies yang tidak ditemukan di tempat lain.

Di sini ditemukan paus terkecil di dunia. Selain itu dua penelitian baru mengungkapkan bagaimana perairan purba terbentuk dan bagaimana perubahan di sekitarnya membantu memunculkan gajah, jerapah, dan mamalia besar lainnya yang berkeliaran di planet Bumi saat ini.

Untuk menyusun garis waktu tersebut, paleo-oseanografer Dr Dan Palcu dari Universitas Utrecht dan rekan-rekannya di kampus utama mengumpulkan petunjuk dari catatan geologi dan fosil. Pada ukuran terbesarnya, perairan tersebut, yang oleh beberapa ilmuwan dianggap sebagai laut pedalaman, terbentang dari Pegunungan Alpen bagian timur hingga wilayah yang sekarang disebut Kazakhstan, dengan luas sekitar 2,8 juta kilometer persegi, berisi lebih dari 1,8 juta kilometer kubik air payau.

Dalam hasil analisis laporannya yang diterbitkan pada jurnal Scientific Reports, mereka memperkirakan perubahan iklim menyebabkan danau tersebut menyusut secara dramatis setidaknya empat kali lipat dalam 5 juta tahun umurnya tingkat penurunannya 250 meter antara 7,65 juta dan 7,9 juta tahun yang lalu.

Selama masa penyusutan terbesar tersebut, danau tersebut kehilangan sepertiga airnya dan lebih dari dua pertiga luas permukaannya. Hal ini menyebabkan salinitas air di cekungan tengah danau yang sangat mirip dengan Laut Hitam saat ini, melonjak dari kadar sepertiga garam lautan saat ini ke tingkat yang setara dengan air laut.

Pergeseran tersebut memusnahkan banyak spesies akuatik, termasuk sejumlah spesies alga bersel tunggal dan organisme kecil yang mengambang bebas, lapor para peneliti. Makhluk yang dapat bertahan hidup di air payau, termasuk beberapa moluska, bertahan hidup untuk mengisi kembali danau ketika danau tersebut meluas selama musim hujan, kata Palcu.

"Paratethys segera menjadi rumah bagi berbagai macam moluska, krustasea, dan mamalia laut yang tidak ditemukan di tempat lain di Bumi. Banyak paus, lumba-lumba, dan anjing laut yang hidup di sana merupakan versi mini dari yang ditemukan di laut lepas," kata ahli biologi evolusi Pavel Gol'din dari Institut Zoologi I. I. Schmalhausen dari Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional Ukraina, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Ia menerangkan, salah satu spesiesnya, Cetotherium riabinini yang panjangnya 3 meter atau 1 meter lebih pendek dari lumba-lumba hidung botol masa kini, sebagai paus terkecil yang pernah ditemukan dalam catatan fosil. Dwarfisme seperti itu mungkin membantu hewan-hewan ini beradaptasi dengan menyusutnya Paratethys.

"Perubahan iklim yang memicu penyusutan danau juga mempengaruhi evolusi hewan darat. Ketika permukaan air menurun, garis pantai yang baru terekspos menjadi padang rumput dan titik panas evolusi," kata ahli biologi evolusi Madelaine Böhme dari Universität Tübingen.

Baru-baru ini, Böhme dan rekan-rekannya fokus pada catatan geologi di Iran bagian barat, di mana sedimen mencatat perubahan iklim dalam jangka panjang. Catatan fosil menunjukkan bahwa di wilayah utara Paratethys, nenek moyang domba dan kambing modern hidup berdampingan dengan kijang primitif. Dan di tempat yang sekarang disebut Iran bagian barat, di sebelah selatan danau, nenek moyang jerapah dan gajah masa kini tumbuh subur. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top