
AI Ancam Pekerjaan Perempuan
Acara webinar sekaligus peluncuran Indonesia AI Institute yang diadakan secara daring pada hari Sabtu (15/3).
Foto: IstimewaJAKARTA - Di Indonesia, pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) masih relatif terbatas, baik di bidang pendidikan maupun industri. Padahal Revolusi Industri Keempat telah membawa transformasi signifikan di berbagai sektor, termasuk pendidikan, industri, dan pemerintahan. Kecerdasan Buatan (AI) merupakan salah satu teknologi utama yang mendorong perubahan ini.
Dalam sebuah webinar bertajuk AI untuk Perempuan: Membuka Peluang Lebih Besar & Bekerja Lebih Efisien yang digelar pada Sabtu (15/3) mengemuka beberapa isu penting. Acara ini digelar sekaligus menandai diluncurkannya Indonesia AI Institute (IAII) yang diinisiasi oleh Iim Fahima Jachja, Dr. Ayu Purwarianti dan Noudie de Jong.
Meutya Hafid, Menteri Komunikasi dan Digital Indonesia dalam kata sambutannya menyampaikan dan menyambut baik kehadiran Indonesia AI Institute. Dia menilai ini adalah langkah besar membangun ekosistem kecerdasan buatan yang inklusif, inovatif dan berdaya saing.
"Kehadiran Indonesia AI Institute ini membuktikan bahwa kolaborasi dan juga inovasi adalah kunci dalam membuka potensi besar kecerdasan buatan di Indonesia. Kita semua telah menyaksikan bagaimana Artificial Intelligence atau AI telah menjadi katalis utama dalam berbagai transformasi digital di berbagai sektor," kata Menkomdigi.
Muthia juga mengingatkan semua perlu menyadari bahwa AI membawa tantangan dan risiko tertentu. Salah satu risiko yang paling signifikan menurutnya adalah dampak terhadap pekerja perempuan.
"Otomatisasi yang didorong oleh AI dapat mengancam pekerjaan-pekerjaan yang selama ini didominasi oleh kaum perempuan. Jika kita tidak mengambil langkah yang tepat kesenjangan digital antara laki-laki dan perempuan bisa semakin melebar," paparnya.
Indonesia AI Institute menjawab kebutuhan ini dengan menjadi lembaga penelitian yang didedikasikan untuk pengembangan, literasi, dan penerapan Kecerdasan Buatan (AI) di Indonesia. Visinya adalah untuk meningkatkan literasi dan kemampuan AI di masyarakat Indonesia
"Didirikan dengan visi yang jelas, Indonesia AI Institute bertujuan untuk meningkatkan literasi dan kemampuan AI di masyarakat Indonesia, dan mempromosikan inovasi dan penelitian di bidang AI yang menjawab kebutuhan lokal dan nasional," kata Iim Fahima Jachja, founder Indonesia AI Institute, Queenrides, dan Young Global Leader of the World Economic Forum.
Pendiri Indonesia AI Institute yang lain, Dr. Ayu Purwarianti, peneliti pada Pusat AI Institut Teknologi Bandung (ITB), mengungkapkan pihaknya tengah melakukan penelitian tentang sentiment analysis di sektor ekonomi dan keuangan untuk meningkatkan pengambilan keputusan berbasis data.
Sentiment Analysis yang akan dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, mulai dari Multi Domain, Aspect Base, Knowledge Graph, Named Entity Recognition (NER) dan LLM. Analisis akan dilakukan menggunakan dua bahasa, Indonesia dan Inggris.
“Harapannya penelitian ini dapat mengidentifikasi sentimen yang terkandung dalam berita secara akurat dan dapat dimanfaatkan untuk memprediksi pergerakan pasar finansial maupun ekonomi,” katanya.
Secara bersamaan, Indonesia AI Institute juga melakukan riset yang memadukan teknologi VR dan AI yang ditujukan untuk membantu pendidikan. Use case yang digunakan pada saat ini adalah penanaman nilai-nilai kebangsaan melalui pendekatan sejarah dan pengenalan para pahlawan Indonesia. Ketika penelitian ini sukses nanti, maka teknologi yang dibangun dapat diterapkan di berbagai bidang lain mulai dari pelatihan di dunia industri hingga di sektor pariwisata.
Penelitian lain yang pada saat ini telah dimanfaatkan adalah AI Teaching Tools, yaitu pemanfaatan AI dalam penyusunan rencana pembelajaran. Alat ini telah disampaikan pada para guru dalam pelatihan AI Literacy for Teachers.
“Para guru ketika melihat simulasi tools tersebut merespon positif dan merasa sangat terbantu. Mereka dapat membuat rencana pengajaran dengan cepat dengan mempertimbangkan faktor-faktor lokal, sehingga pengajaran dapat lebih mudah diterima oleh siswa,” imbuhnya.
Tidak cukup hanya dalam bentuk penelitian, Indonesia AI Institute juga tengah mempersiapkan buku “Membuat Chatbot itu Mudah”. Hal ini dilakukan mengingat peranan Chatbot dalam perekonomian yang signifikan.
Chatbot akan mendorong consumer engagement, meningkatkan produktivitas dan efisiensi bagi berbagai pihak. Dengan buku ini akan ditunjukkan, betapa Chatbot yang mungkin bagi sebagian pihak dianggap teknologi canggih yang sulit, sebenarnya termasuk kategori mudah. Programmer yang membaca buku ini akan dapat membangun Chatbot secara cepat.
“Berbagai inisiatif yang dilakukan Indonesia AI Institute ini sejalan dengan tujuan transformasi digital Indonesia, yang mendorong transparansi dan daya saing dalam perekonomian sekaligus mendorong pertumbuhan berkelanjutan,” lanjut Ayu.
Dalam diskusi ini hadir pula Ulziisuren Jamsran, Perwakilan UN Women untuk Indonesia dan Liaison ASEAN, Josefhine Chitra, Head of Corporate Communication GoTo, Tessi Fathia Adam, Group Head Digital Transformation ParagonCorp, dan Haryati Lawidjaja, EVP-Head of Fintech Indosat Ooredoo Hutchison.
Ulziisuren mengemukakan, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, menawarkan peluang yang belum pernah ada sebelumnya bagi pemberdayaan perempuan. Namun, di samping kemajuan ini, digitalisasi yang cepat telah menyoroti tantangan yang terus ada, khususnya kesenjangan gender dalam akses dan penggunaan teknologi.
"Meskipun semakin banyak perempuan di seluruh dunia yang terhubung ke internet setiap tahun, hanya 20 persen perempuan di negara-negara berpenghasilan rendah yang online," ucapnya.
Meski banyak tantangan dia juga mengemukakan AI memiliki potensi yang sangat besar untuk mempercepat kesetaraan gender. Di Indonesia, adopsi AI akan memberikan efek signifikan, pada tahun 2030 AI diproyeksikan akan memberikan kontribusi antara 2,83% dan 3,67 persen terhadap PDB Indonesia, setara dengan 366 miliar dollar AS.
Indonesia diidentifikasi sebagai global leader dalam adopsi AI di tempat kerja, dengan 92 persen pekerja kantor menggunakan generative AI. Potensi yang besar ini tidak bisa membuat terlena.
“Saat ini Indonesia menempati peringkat ke-46 dari 62 negara dalam Global AI Index 2023, yang menekankan pentingnya investasi berkelanjutan dalam infrastruktur digital dan adopsi AI yang merata. Sangat penting untuk mengatasi kesenjangan ini dan memastikan bahwa manfaat AI dapat dinikmati secara adil di seluruh sektor masyarakat” ujar Ulziisuren untuk mengingatkan kita.
Josefhine Chitra, Head of Corporate Communication GoTo alam kesempatan ini mengemukakan AI dapat membantu kita menghemat waktu untuk melakukan pekerjaan. Dengan demikian bisa menjadi lebih fokus pada masalah bisnis yang dihadapi.
“Memang tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan penggunaan AI, tetapi saat bisnis berkembang dengan cepat, AI bisa membantu dalam efisiensi operasi bisnis," ungkapnya.
Dia menambahkan pihaknya bersama PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk pada November 2024 resmi meluncurkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial Intelligence (AI) bernama ‘Sahabat-AI’ dalam gelaran Indonesia AI Day.
Sahabat-AI merupakan platform Large Language Model (LLM) open-source pertama di Indonesia. LLM sendiri merupakan program AI yang telah dilatih dengan data besar, untuk memahami dan menghasilkan bahasa alami, sehingga dapat digunakan untuk berbagai aplikasi dan layanan digital.
Di ParagonCorp, melibatkan teknologi AI sudah dimulai sejak 2020. Terkini, seperti yang diungkapkan oleh Tessi Fathia Adam, Group Head Digital Transformation ParagonCorp,. Pihaknya melibatkan technology partner dan skin expert untuk membuat platform yang bisa memberi rekomendasi produk yang cocok sesuai dengan warna dan kondisi kulit konsumen.
"Kami menyadari benar kebutuhan tersebut, sehingga pada akhirnya konsumen bisa membeli produk yang sesuai dengan kebutuhan kulit sehingga kami mempunya Wardah Color Intelligence," tuturnya.
Tidak berbeda jauh dengan GoTo dan Paragon, Sito Dewi Damayanti VP Head of Industry Solution Indosat Ooredoo Hutchison mengungkapkan pihaknya telah melibatkan perempuan dalam pengembangan teknologi AI. Pihaknya memiliki program yang bernama Indosat Digital Camp yang empowering every Indonesian khususnya untuk di bidang AI maupun bidang digital bisnis.
“Ada beberapa jenis pekerjaan yang akan hilang tetapi ada pekerjaan yang membutuhkan kreativitas, analisis mendalam, dan pengelolaan justru akan meningkat di kemudian hari. Kami di Indosat membutuhkan para pekerja yang mampu mengelola AI, memahami dan kemudian dapat meningkatkan layanan berbasis AI sehingga menjadi aset yang berharga,” terangnya.
Berita Trending
- 1 Negara Paling Aktif dalam Penggunaan Energi Terbarukan
- 2 Ekonomi Biru Kian Cerah! KKP dan Kemnaker Maksimalkan Peluang Lapangan Kerja
- 3 Menpar Sebut BINA Lebaran 2025 Perkuat Wisata Belanja Indonesia
- 4 THR Untuk Ojol Harus Diapresiasi dan Diawasi
- 5 Bukan Arab Saudi, Negara Penghasil Kurma Terbesar Dunia Berasal dari Afrika
Berita Terkini
-
Jelang Libur Lebaran, Menpar Tinjau Taman Margasatwa Ragunan
-
Pemudik yang Melintasi Pulau Dewata Wajib Tahu, Pelabuhan Bali Tutup 28 Maret Malam, Ini yang Perlu Diketahui
-
Masyarakat Tak Perlu Khawatir, Wamen ESDM Pastikan BBM di SPBU Swasta Tetap Ada Saat Lebaran
-
LOVE IS Resmi Rilis Album Penuh Kedua ‘Made to Believe’
-
ASDP Ambon Menyediakan 80 Kuota Mudik Gratis untuk Warga Namlea-Kayeli