Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Langit yang begitu luas ada kemungkinan dihuni alam semesta lain. Jika ditemukan kemungkinan alam semesta itu memiliki sifat yang berbeda dengan hukum fisikanya sendiri.

Adakah Jagat Raya yang Lain?

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Alam semesta atau jagat raya (universe) terdiri dari ratusan miliar galaksi dengan jumlah bintang yang hampir tak terhitung, membentang puluhan miliar tahun cahaya. Berdasarkan teori multiverse, multisemesta atau jagat majemuk menyatakan mungkin ada jagat raya lain di langit ini.
"Bisa jadi alam semesta kita hanyalah salah satu anggota dari alam semesta yang jauh lebih besar dan lebih banyak atau multiverse," tulis profesor riset astrofisika di Institute for Advanced Computational Science di Stony Brook University dan Flatiron Institute di New York City, Paul M Sutter, di laman Live Science edisi Selasa (24/8).
Konsep multiverse muncul dalam beberapa bidang fisika (dan filsafat), tetapi contoh yang paling menonjol berasal dari sesuatu yang disebut teori inflasi yang dikemukakan fisikawan AS Alan Guth pada 1980. Teori inflasi menggambarkan peristiwa hipotesis yang terjadi ketika alam semesta ini masih sangat muda kurang dari satu detik.
Menurut Badan Penerbangan dan Antariksa (National Aeronautics and Space Administration/NASA), setelah Dentuman Besar (Big Bang), dalam waktu yang sangat singkat, alam semesta mengalami periode ekspansi yang cepat, mengembang menjadi lebih besar dari ukuran sebelumnya,
"Inflasi alam semesta kita diperkirakan telah berakhir sekitar 14 miliar tahun yang lalu. Namun, inflasi tidak berakhir pada waktu yang sama di semua tempat," kata Heling Deng, seorang ahli kosmologi di Arizona State University dan seorang ahli dalam teori multiverse. "Ada kemungkinan bahwa ketika inflasi berakhir di beberapa wilayah, inflasi berlanjut di wilayah lain," imbuh dia.
Inflasi di alam semesta ini telah berakhir tapi mungkin ada bagian wilayah lain yang lebih jauh masih berlanjut bahkan hingga hari ini. Alam semesta individual bisa serta merta mengembang dan meluaskannya, menciptakan lautan inflasi abadi yang tak terbatas dan menghasilkan banyak alam semesta individual lainnya.
Dalam skenario inflasi abadi ini, setiap alam semesta akan muncul dengan hukum fisikanya sendiri, kumpulan partikelnya sendiri, pengaturan gayanya sendiri, dan nilai konstanta fundamentalnya sendiri.
"Ini mungkin menjelaskan mengapa alam semesta kita memiliki sifat-sifat itu terutama sifat-sifat yang sulit dijelaskan dengan fisika dasar, seperti materi gelap atau konstanta kosmologis," kata Deng. "Jika ada multiverse, maka kita akan memiliki konstanta kosmologis acak di alam semesta yang berbeda," imbuh dia.
Bukti terbesar untuk multisemesta adalah bahwa kehidupan itu ada, terutama kehidupan cerdas yang mampu melakukan pengamatan kosmologis. "Aspek-aspek tertentu dari alam semesta kita tampak istimewa dan penting untuk mendukung kehidupan, seperti umur panjang bintang, kelimpahan karbon, ketersediaan cahaya untuk fotosintesis, dan stabilitas inti atom kompleks," kata ilmuwan penelitian di Blue Marble Space Institute of Science, McCullen Sandora.

Cari Bukti
Banyak ilmuwan telah mencoba menemukan lebih banyak bukti fisik dan kuat untuk membuktikan teori multiverse. Misalnya, jika ada alam semesta tetangga sejak lama, mungkin telah bertabrakan dengan alam semesta saat ini. Selain itu alam semesta lain seharusnya menciptakan jejak yang dapat dideteksi.
Jejak bisa berbentuk distorsi pada latar belakang gelombang mikro kosmik yaitu cahaya yang tersisa dari saat alam semesta sejuta kali lebih kecil dari sekarang, pada sifat galaksi yang aneh ke arah tabrakan, menurut blog Early Universe yang dipublikasikan oleh University College London. Namun semua pencarian tersebut sia-sia belakan sehingga multiverse tetap jadi sebuah hipotesis.
Deng sendiri sedang mencari bukti multiverse dengan mencari jenis lubang hitam khusus yang bisa menjadi artefak potongan alam semesta ini yang terpisah menjadi alam semesta sendiri melalui proses yang disebut terowongan kuantum.
Jika beberapa wilayah alam semesta ini berpisah dengan cara seperti itu, mereka akan meninggalkan "gelembung" di alam semesta ini yang akan berubah menjadi lubang hitam unik, yang mungkin masih ada sampai sekarang. "Pendeteksian potensial lubang hitam ini kemudian dapat menunjukkan keberadaan multiverse," papar Deng. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top