Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Ada Apa Sampai Banyak Warga Timor Leste Masuk Ilegal Melalui Jalan Tikus ke Atambua

Foto : ANTARA/Ho-Humas Imigrasi Atambua

Ratusan pelintas bats ilegal berkumpul di PLBN Mota AIN sebelum dideportasi.

A   A   A   Pengaturan Font

Kupang - Kantor Imigrasi Kelas II TPI Atambua, Nusa Tenggara Timur, kembali mendeportasi 164 warga negara Timor Leste yang diduga merupakan pelintas ilegal yang masuk melalui jalur tikus di Atambua, Kabupaten Belu.

"Hari ini kami kembali mendeportasi 164 warga negara (WN) Timor Leste yang masuk secara ilegal ke Atambua, Kabupaten Belu," kata Kepala Imigrasi Atambua, K.A. Halim saat dihubungi ANTARA dari Kupang, Sabtu siang.

Ia mengatakan bahwa dengan pendeportasian ini, maka kini sudah ketiga kali selama bulan Agustus 2021 pihak Imigrasi mendeportasi ratusan WN Timor Leste.

Deportasi pertama dilakukan pada Selasa (10/8), deportasi kedua pada Kamis (19/8), dan ketiga pada Sabtu (21/8).

Dari tiga pendeportasianitu, kata dia, hanya pada gelombang kedua dan ketiga, ratusan WN Timor Leste itu menyerahkan diri langsung ke Kodim, sedangkan pada gelombang pertama ditangkap kepolisian.

"Mereka diduga tergabung dalam persatuan pencak silat yang menurut laporan datang ke Atambua untuk mengikuti kenaikan sabuk persatuan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Teratai (PSHT) di Kabupaten Belu," ujar dia.

Sampai dengan Sabtu (21/8) ini, ujar dia, terdapat kurang lebih 629 warga negara Timor Leste yang sudah dideportasi kembali ke negara asalnya.

Ia mengatakan pendeportasian dilakukan di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Mota Ain. Seluruh anggota PSHT WNA Timor Leste tersebut dikumpulkan lagi di ruang terbuka pada gedung Pasar PLBN Mota Ain.

Di tempat itu, dilakukan proses serah terima dari Imigrasi Indonesia ke Imigrasi Timor Lesteyang disaksikan langsung oleh saksi dari instansi terkait seperti TNI, Polri, BNPP, Bea Cukai, perwakilan Pemda Belu, dan perwakilan Timor Leste.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top